Tak berharap banyak pada pemerintah selain untuk segera mengakhiri wabah corona di era new normal. Itu satu paragraf kalimat yang dilontarkan Elan kJaelani, penjahit pinggir Jalan HZ Musthafa, di pusat Kota Tasikmalaya.
Saat ditemui penulis ditempat dia melakukan aktivitas, Elan tampak semeringah. Bukan tak beralasan karena uneg-uneg yang tersimpan dihati, "Kini bisa diungkapkan," katanya.
Dalam pengakuannya, sejak pemerrintah kota memberlakukan karantina wilayah selama dua minggu (14 hari) untuk yang pertama kali, ketika itu sempat dengan istrinya ada pertengkaran kecil. Terutama mengenai keperluan dan kebutuhan belanja sehari-hari.
Sebagai kepala keluarga, Elan selalu meredam kehawatiran sang istri dengan mengatakan bahwa pemerintah kota memberlakukan seperti itu. Tentunya juga memikirkan nasib warga masyarakatnya.
Sehari-dua hari berlalu, Elan mulai tersadar akan hati was-was seorang istri yang sebelumnya pernah dikatakannya. Kini terbukti biaya untuk belanja dan keperluan lain tak ada, sedangkan bantuan yang dijanjikan Pemkot tak pernah kunjung datang.
Alhasil cekcok/adu mulut sama istri hampir setiap hari terjadi siang dan malam. Elan menepis dengan berucap, "Maaf, mas, bukan mau umbar privasi, inilah kenyataan," ujarnya.
Kegiatan untuk menopang kebutuhan, boleh dikata di pusat kota sudah sedikit melonggar, khususnya dijalur Jalan HZ. Musthafa. "Alhamdulillah pekerjaan menjahit setapak merangkak. Lumayan untuk menutupi keperluan yang dibutuhkan, termasuk melunasi beban pada tetangga yang peduli akan kekurangan keluargaku."
Elan berharap semoga pemerintah secepatnya mencabut dan mengakhiri wabah yang menjadi mitos menakutkan. Hingga semua warga terdampak akibat dari pandemi yang memasung kehidupan walau sesaat.
Tasikmalaya kota.(9/7/2020)
Gringohonasan
Ikuti tulisan menarik gringo honasan lainnya di sini.