x

Didi Kempot Meninggal Dunia

Iklan

Raiders Marpaung

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Juni 2020

Jumat, 10 Juli 2020 13:28 WIB

Tahun 2020, Indonesia Banyak Kehilangan Penyanyi & Musisi Besar

Tahun 2020 baru separuh jalan, kita berkali-kali dikejutkan dengan kabar berpulangnya artis penyanyi dan musisi karena telah dipanggil oleh sang penciptanya. Dunia selebriti tanah air berduka atas kepergian mereka. Berikut ini adalah para artis penyanyi dan misisi yang telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2020 baru separuh jalan, kita berkali-kali dikejutkan dengan kabar berpulangnya artis penyanyi dan musisi karena telah dipanggil oleh sang penciptanya. Dunia selebriti tanah air berduka atas kepergian mereka. Berikut ini adalah para artis penyanyi dan misisi yang telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. 

Oding Nasution adalah seorang musisi senior merupakan mantan personel band rock God Bless, meninggal dunia pada 27 Februari 2020 karena penyakit ginjal. Sebelum meninggal, Oding Nasution sempat dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta.

Semasa hidupnya Oding Nasution dikenal sebagai gitaris Cockpit Band yang digawanginya bersama Raidy Noor (bass), Yaya Moektio (drum), Krisna (keyboard), dan Ari Safrialdi (vokal). Oding juga sempat bergabung dengan group rock God Bless bersama dua saudaranya Keenan dan Debby Nasution. Selain itu, Oding juga dikenal sebagai gitaris Prambors Band, Guruh Gipsy dan penggiat Blues aktif di Jakarta Blues Festival.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rama Aiphama dengan nama asli Sayyid Mohammad bin Syagab Al-‘Idrus, seorang penyanyi senior era 80-an dan penulis lagu beraliran campuran pop melayu, dangdut, reggae, keroncong, disko dan folk. Rama yang berdarah Arab-Gorontalo juga dikenal dengan gaya berpakaiannya yang khas, yaitu pakaian yang menjuntai-juntai berwarna warni mecolok dengan topi khas di kepalanya, ala penyanyi reggae, dilahirkan di Gorontalo, 17 September 1956. Puncak kariernya adalah pada era 90-an, dengan lagu daur ulang Dinda Bestari.

Rama yang dimasa mudanya pernah menjadi asisten Yan Berlin Panjaitan melatih vokal di Sanggar Vokalia RRI dimana penulis menjadi salah seorang anggota telah menghasilkan 9 album. Rama menikah dengan Euis Kartika Sari sekitar tahun 1993 dan pasangan ini dikaruniai tiga orang anak. Rama Aiphama meninggal dunia pada umur 63 tahun pada 11 Maret 2020 dan dikebumikan di TPU Al Muchtar Cimanggis Jakarta Timur.

Glenn Fredly, seorang penyanyi dan penulis lagu R&B Indonesia yang naik daun di kancah industry musik Indonesia setelah memenangkan kontes menyanyi Cipta Pesona Bintang tahun 1995, dilahirkan di Jakarta, 30 September 1975. Glenn Fredly yang memiliki nama lengkap Glenn Fredly Deviano Latuihamallo di tahun yang sama bergabung dengan band rock Funk Section, kemudian setahun kemudian ia menjadi finalis di Asia Song Festival.

Pada tahun 1998 Glenn meninggalkan Funk Section untuk menjadi penyanyi solo R&B dan di tahun yang sama berhasil merilis album pertamanya “GLENN” yang mendapat sambutan cukup baik dengan keberhasilannya menjual 50 ribu copy di saat aliran musik R&B saat itu belum terlalu popular di Indonesia. Tahun 2000 ia menambah koleksi albumnya dengan merilis album keduanya “Kembali” dengan single “Kasih Putih” yang banyak diputar diberbagai tempat.

Setahun kemudian ia kembali meraih prestasi di level internasional dengan menempati posisi ketiga di Festival Lagu Internasional Asia Dauzy Rusia. Pada tahun 2009 Glenn menjadi salah satu penampil utama dalam konser penghormatan kepada penyanyi besar Indonesia yang sudah meninggal, Chrisye dalam Java Jazz Festival. Pada tahun yang sama lagi-lagi Glenn melakukan konser, kali ini dalam rangka penghormatan kepada penyanyi besar dunia, mendiang Michael Jackson di lima kota di seluruh Indonesia, dengan membawakan lagu-lagu hits Michael Jackson.

Setahun kemudian Glenn yang juga mahir memainkan guitar, bass guitar dan piano bergabung dengan Tompi dan Sandhy Sondoro untuk melakukan serangkaian konser dengan nama Trio Lestari. Pada tahun 2012 di Istora Gelora Bung Karno Glenn merayakan hari jadinya yang ke 17 dalam bisnis musik dengan tiket terjual habis di depan 7500 orang.

Rabu sore tanggal 8 April 2020 sekitar pukul 17.00 WIB pada usia 44 tahun musisi besar Indonesia yang multy talent itu telah dipanggil Tuhan akibat penyakit meningitis setelah sempat di rawat di RS Setia Mitra Fatmawati. Glenn yang telah menghasilkan lebih dari 10 album meninggalkan seorang istri Mutia Ayu dan seorang putri yang baru berusia 40 hari. Glenn telah tiada, rasanya masih terngiang-ngiang di telinga kita suara emas Glenn dengan lagu “kasih putih”nya. Selamat jalan Glenn, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan oleh Tuhan.

Andy Ayunir adalah seorang musisi dan pencipta lagu, ia berkarier sebagai desainer musik, baik sebagai produser, arranger, komposer, maupun programer musik dengan memainkan keyboard digital. Karya musiknya telah terekam bersamaan dengan lagu-lagu pada album banyak penyanyi terkenal, seperti Titi DJ, Ruth Sahanaya, Anggun C. Sasmi, KLA Project, Padi, Ada Band, Gigi,  Potret, Melly Goeslaw, Denada, Shelomita, Dewi Sandra, Rotor, Stanley Sagala, Ahmad Albar, Harry Moekti, Sophia Latjuba, Nia Zulkarnaen, EdanE, Dewi Gita, Ipang, /rif, dan banyak penyanyi lainnya.

Andy dikenal sebagai misisi digital dilahirkan di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, pada tanggal 29 November 1966. Andy yang pernah menimba ilmu musik pada Berklee College of Music, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada tahun 1989 yang lalu, meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 23 April 2020 dalam usia 53 tahun karena sakit liver.

Erwin Prasetya adalah musikus, komposer dan penulis lagu, Ia pernah bergabung dengan grup band Dewa 19 dari mulai terbentuk hingga tahun 2002. Setelah meninggalkan Dewa 19 Erwin pernah bergabung dengan TIC band dan Nukla yang merupakan kelanjutan dari Kla Project yang dipimpin oleh Katon Bagaskara. Erwin tidak lama bergabung dengan NuKLa dan pada tahun 2006 Erwin membentuk Evo Band. Pada tahun 2009, Erwin juga mendirikan grup musik Matadewa.

Di Dewa 19, Erwin Prasetya mempunyai andil mencipta lagu-lahu hit seperti Kirana, Restoe Boemi, Kamulah Satu-Satunya, Still I'm Sure We'll Love Again, Sebelum Kau Terlelap dan Selatan Jakarta. Ari Lasso, mantan vokalis Dewa 19 pernah menyanyikan lagu hit Misteri Ilahi dan Relakan Aku Pergi yang diciptakan oleh Erwin Prasetya di album Sendiri Dulu. Erwin Prasetya yang dilahirkan di Surabaya, pada tanggal 29 Januari 1972, meninggal dunia di di RS Sari Asih Ciputat, Tangsel karena infeksi lambung pada tanggal 2 Mei 2020 dalam usia 48 tahun dan dimakamkan di Keputih Surabaya.

Didi Kempot dengan nama asli Dionisius Prasetyo, seorang penyanyi dan penulis lagu campursari, congdut, pop jawa dan koplo Indonesia yang naik daun di kancah industry musik Indonesia setelah diorbitkan oleh label Musica Studio’s. Didi yang mendapat julukan “Kempot” yang merupakan kependekan dari “Kelompok Pengamen Trotoar” grup musik asal Surakarta yang membawanya hijrah ke Jakarta, dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah, 31 Desember 1966.

Didi Kempot yang merupakan putra dari seniman tradisional terkenal Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto yang sering tampil di Indosiar, memulai kariernya sebagai musisi jalanan di kota kelahirannya Surakarta, Jawa Tengah sejak tahun 1984 hingga tahun 1986 dengan bermodalkan ukulele dan kendhang.

Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1987 Didi Kempot yang mendapat julukan Godfather of Broken Heart meninggalkan kola kelahirannya, ia mengadu nasib ke Jakarta hingga tahun 1989. Ia kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senen. Sambil mengamen di Jakarta, Didi Kempot bersama temannya mencoba rekaman.

Kemudian, mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio’s. Tepat di tahun 1989, Didi Kempot yang juga mendapat julukan Lord Didi mulai meluncurkan album perdananya. Salah satu lagu andalannya di album tersebut adalah “Cidro” yang kembali dibawakannya dalam konser “Didi Kempot The Godfather of Broken Heart” di Indosiar.

Lagu “Cidro” di angkat dari kisah asmara Didi yang pernah gagal. Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Itulah yang membuat lagu “Cidro” begitu menyentuh hingga membuat pendengar terbawa perasaan. Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagu bertema patah hati.

Empat tahun kemudian tepatnya di tahun 1993 ia berhasil meraih prestasi di level internasional, penyanyi dan pencipta lagu asal Solo tersebut mulai tampil di luar negeri, tepatnya di Suriname, Amerika Selatan. Lagu “Cidro” yang dibawakan sukses meningkatkan pamornya sebagai musisi terkenal di Suriname. Tiga tahun kemudian setelah Suriname, Didi kembali meraih prestasi internasional dengan menginjakkan kakinya di benua Eropa. Pada tahun 1996, ia mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda.

Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1998, Didi yang juga mendapat julukan Pakdhe Didi yang mahir memainkan guitar, ukulele dan kendhang pulang ke Indonesia untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Tak lama kemudian di era reformasi pada tahun 1999, ia mengeluarkan lagu “Stasiun Balapan” yang sangat terkenal sampai saat ini. Kembalinya Didi Kempot ke Indonesia membuat kariernya semakin popular.

Hal ini dibuktikan dengan keluarnya lagu-lagu baru di awal tahun 2000 an. Nama Didi Kempot kembali meroket setelah mengeluarkan lagu Kalung Emas pada tahun 2013 lalu. Kemudian pada tahun 2016, penyanyi yang telah menciptakan sekitar 700 lagu tersebut mengeluarkan lagu “Suket Teki”. Lagu tersebut juga mendapatkan apresiasi yang tinggi dari warga Indobesia.

Selasa pagi tanggal 5 Mei 2020 sekitar pukul 07.45 WIB pada usia 53 tahun, Sang Maestro Campursari Indonesia yang multy talent itu telah dipanggil Tuhan setelah sempat masuk IGD di RS Kasih Ibu, Solo. Sang Maestro masuk IGD sekitar pukul 07.25, akan tetapi karena kondisi kesehatannya yang buruk setelah bertahan sekitar 20 menit di IGD beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir akibat henti jantung. Kabar meniggalnya Didi Kempot yang juga menjadi idola milenial yang akrab dengan media sosial turut diberitakan media asing seperti media internasional di Inggris BBC hingga media lokal dwtonline.com di Suriname.

Sebagai penyanyi senior, Didi Kempot yang telah menghasilkan 23 album memperlakukan penggemar layaknya sahabat. Dia bahkan tidak ragu mengajak penggemarnya bernyanyi bersama di atas panggung. Bahkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pernah ikut bernyanyi pada saat Didi Kempot bernyanyi di Istana Negara atas undangan Presiden.

Ia juga sering memberikan motivasi kepada penggemarnya agar tidak menyerah untuk berkarya. Didi Kempot telah tiada, masih terngiang-ngiang di telinga kita suara khas Sang Maestro dengan lagu “Suket Teki”nya. Sang Maestro meninggalkan kita untuk selama-lamanya di saat puncak popularitasnya. Selamat jalan Mas Didi, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan oleh Tuhan.

Fera Queen dengan nama asli Ferawati, adalah seorang penyanyi jebolan X Factor Indonesia sesi pertama. Dia juga dikenal sebagai konten kreator yang kerap membawakan tembang-tembang versi cover.

Fera yang namanya mulai terkenal usai mengikuti ajang X Factor Indonesia tahun 2013, dilahirkan di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 9 Mei tahun 1985. Fera yang juga menguasai alat musik drum, meninggal dunia pada hari Selasa tanggal 14 April 2020 dalam usia 34 tahun karena penyakit kanker yang dideritanya di rumah sakit Siloam Semanggi, Jakarta Pusat dan dikebumikan di Kuningan Jawa Barat.

Benny Likumahua, adalah seorang pemusik senior Indonesia dan juga kakak dari penyanyi terkenal almarhum Utha Likumahua, serta ayah dari Barry Likumahua. Benny yang dilahirkan di Kediri Jawa Timur 18 Juni 1946 mulai mengenal musik dari ibunya. Sejak remaja ia belajar musik dan not balok secara otodidak.

Awalnya dia yang dikenal sebagai musisi Jazz memainkan bongo, kemudian mengganti instrumennya dengan bass sebagai alat musik utamanya. Ketika Benny mulai tertarik dengan musik Jazz, dia mengganti instrumennya dengan clarinet, kemudian saksofon, ia juga belajar meniup trombon. Pada tahun 1966 Benny bergabung dengan Cresendo Band dari Bandung.

Dua tahun kemudian sekitar tahun 1968 Benny bergabung dengan The Rollies dan sempat recording untuk Polygram di Singapura serta tour keliling Indonesia. Ia juga bermain dalam berbagai band di klub-klub malam kota Bangkok, kemudian dia membentuk The Augersindo dan bermain keliling di negara-negara Asia. Lalu ia kembali lagi ke Jakarta bergabung dengan The Jazz Raiders, Jack Lesmana Combo, Trio ABC (Abadi Soesman, Benny Likumahuwa, dan Candra Darusman). Kemudian pada tahun 1980 Benny bergabung lagi bersama Ireng Maulana All Stars disamping itu dia juga bermain secara freelance dengan kelompok Jazz lainnya.

Ia banyak berpartisipasi dalam festival Jazz, antara lain: The Singapore Jazz Festival tahun 1986, The Jakarta Jazz Festival tahun 1988, The North Sea Jazz Festival tahun 1990 yang berada di Belanda, The Asean Jazz Festival di Kuala Lumpur tahun 1992, dan Malaysia Jazz Festival pada tahun 1994. Tahun 1996 membentuk Benny Likumahua Big Band yang bermain di Jakarta, Surabaya, dan Bali kemudian ia rekaman untuk ketiga kalinya pada tahun 1999 di The Lion Studio-S'pore untuk Sangaji Musik Co.

Selanjutnya pada tahun 1997 di The International Dixie Land Festival di Dresden - Jerman, The North Sea Jazz Festival, di The Hage Netherlands. Pada tahun 2002 rekaman dengan musik gospel, dua tahun kemudian dia kembali berpartisipasi di Bali International Jazz Festival, dan Pattaya Music Festival di Thailand. Kemudian pada tahun 2005 Benny kambali lagi untuk keempat kalinya rekaman di The Lion Studio S'pore untuk Sangaji Musik Co bersama Ireng Maulana All Stars.

Hingga tahun 2020 menjelang ia meninggal dunia, Benny masih tetap bekerja sebagai musikus di berbagai kelompok musik di Indonesia, maupun International. Sebulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Juni 2020  Benny Likumahua meninggal dunia di Kompleks Villa Mutiara Ciputat, Tangerang Selatan, dalam usia 73 tahun menyusul adiknya Utha Likumahua.

Ikuti tulisan menarik Raiders Marpaung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler