x

Ilustrasi Pria Melarikan Diri. Karya Gerd Altmann dari Pixabay

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 12 Juli 2020 17:34 WIB

Alangkah Saktinya Djoko Tjandra, Buron yang tak Kasat Mata

Ada yang menyebutkan bahwa leluasanya Djoko Tjandra berlalu-lalang ke berbagai tempat itu menandakan mudah-ditembusnya sistem kita. Pertanyaannya: sistem yang mana? Sistem imigrasi? Kependudukan? Peradilan? Atau di luar ketiganya? Atau manusianya yang mudah ditembus?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bahwa seorang buron seperti Djoko Tjandra yang sangat mashur itu bisa membikin KTP di salah satu kelurahan di Jakarta dalam waktu kurang dari satu jam, itu menunjukkan bahwa ia seorang yang gesit dan lihai. Bahkan beberapa jam setelah itu, ia mendaftarkan Peninjauan Kembali [PK] di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bahwa tidak seorang pun mengaku telah melihatnya, itu memperlihatkan bahwa Djoko Tjandra seorang yang sakti mandraguna sehingga pergerakannya tidak terpantau dan tidak terlihat mata. Tahu-tahu diperoleh kabar bahwa ia sudah berada di Malaysia.

Lebih mengherankan lagi, tidak ada satupun institusi yang mengatakan memikul tanggung jawab atas mobilitas ‘invisible fugitive’ alias buron yang tidak kasat mata ini.  Terkesan ia bisa leluasa keluar masuk Indonesia tanpa terendus jejaknya. Astaga, betapa gesitnya Djoko Tjandra, mampu bergerak ke sana kemarin tanpa terlacak.

Di tengah keheranan banyak pihak, hanya Menkopolhukam Mahfud yang berkata: “Malu negara ini kalau dipermainkan Djoko Tjandra.” [baca di tempo.co]. Tapi begitulah kenyataannya, pak Mahfud; tak kurang tak lebih, negara memang sudah dibuat main-main oleh buron yang tak tersentuh selama 11 tahun ini. Belum lagi oleh buron-buron lain yang hingga kini tak terjangkau, umpamanya Eddy Tansil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Betapa tidak dipermainkan? Setelah mengajukan PK, pas hari sidang digelar, Djoko mengirim surat keterangan bahwa ia sakit sehingga tidak bisa menghadiri sidang. Media massa menyebutkan, surat itu dikirim dari Kuala Lumpur. Lho, kok bisa tahu-tahu sudah di Malaysia? Lewat pintu mana ia keluar dari Indonesia tanpa seorangpun melihatnya? Apakah ia tidak naik pesawat terbang dan karena itu melewati bandara? Ataukah ia menyeberangi lautan dengan berenang? Kisahnya kok jadi mirip-mirip film Now You See Me ketika ‘sesuatu terjadi’ tapi orang-orang di tempat kejadian merasa tidak melihat apa-apa. Masa iya sih, tidak melihat?

Ada yang menyebutkan bahwa leluasanya Djoko Tjandra berlalu-lalang ke berbagai tempat itu menandakan mudah-ditembusnya sistem kita. Pertanyaannya: sistem yang mana? Sistem imigrasi? Kependudukan? Peradilan? Atau di luar ketiganya? Atau manusianya yang mudah ditembus?

Dulu, pada tahun 1996, Eddy Tansil mampu kabur dari penjara. Masa iya sih untuk bisa kabur dari penjara Eddy membikin skenario pelarian serumit kisah Frank Morris dalam film Escape from Alcatraz sehingga sukar dilacak? Rasanya sih tidak, sebab LP Cipinang—tempat Eddy ditahan waktu itu—berada di tengah Jakarta. Tahu-tahu ia dikabarkan berada di Cina.

Bagaimana ia bisa sampai ke negeri itu? Karena kelemahan sistem kita? Sistem yang mana? Atau manusianya yang mudah ditembus? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB