x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 14 Juli 2020 09:35 WIB

Beda Cinta Hana Hanifah dan Taman Bacaan, Bagai Bumi dan Langit

Cinta di mata Hana Hanifah dan TBM Lentera Pustaka, bagai bumi dan langit. Kenapa begitu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagai bumi dan langit …

Itu peribahasa, yang dapat diartikan dua hal yang berbeda jauh dan tidak bersesuaian satu sama lain.

Begitu pula Hana Hanifah (HH) dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka, bagai bumi dan langit. Karena Hana Hanifah adalah artis FTV yang sedang trending topik. Sementara TBM Lentera Pustaka hanya taman bacaan yang sulit bisa jadi trending topik. Sangat jelas, ada perbedaan antara keduanya, bahkan bedanya pun jauh sekali. Ibarat yang satu mewah, yang satu lagi sederhana. Begitulah perumpamaannya.

 HH dan TBM memang bagai bumi dan langit.

Karena HH seorang selebram yang lagi naik daun. Jadi buah bibir masyarakat dan netizen. Lagi trending topik sekarang, bahkan info terbarunya diduga terlibat prostitusi online. HH gadis cantik yang luar biasa di usia 23 tahun. Dikenal sebagai model, presenter, dan artis FTV yang mampu menghentak mata batin kaum lelaki di manapun.

Beda dengan TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak. Namanya juga taman bacaan, terlalu sulit naik daun. Boro-boro jadi selebgram, punya instagram saja tidak banyak pengikutnya. Taman bacaan mah jarang jadi buah bibir masyarakat, apalagi netizen. Taman bacaan tidak ada heboh-hebohnya.

Boro-boro trending topik, taman bacaan emang siapa yang peduli. Taman bacaan bukan prostitusi tapi membangun tradisi baca. Taman bacaan pun bukan gadis dan tidak cantik pula. Apalagi TBM Lentera Pustaka usianya baru masuk tahun ke-4. Terlalu sulit memang, taman bacaan untuk menghentak publik apalagi kaum lelaki yang jelalatan.

Maka wajar, HH dan taman bacaan boleh disebut “bagai bumi dan langit”. Terlau jauh perbedaannya. Tidak selevel dan saling bertolak belakang. HH gaya hidupnya mewah, kalau taman bacaan gaya hidupnya sederhana.

HH dan taman bacaan bagai bumi dan langit. Kalau dibikin contoh kalimatnya kira-kira begini: Kedua makhluk itu penghuni bumi. Tapi yang satu cinta gaya hidup, sementara yang lain cinta arti hidup. Keduanya bagai bumi dan langit.

 

Makin jelas beda antara HH dan taman bacaan. Dalam hal memaknakan CINTA, misalnya.

Mungkin HH melihat cinta dari sisi materi, dari sisi eksistensi. Agar semua orang mengaguminya. Sementara taman bacaan memandang cinta dari sisi esensi, dari sisi peduli. Agar semua anak-anak usia sekolah tetap mau membaca. Jadi, cinta yang indah itu pun menjadi beda. Cinta menurut siapa itu tidak sama? Maka wajar, banyak yang bilang bahwa “cinta itu omong kosong” bila tanpa aksi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sekalipun bagai bumi dan langit. Ternyata HH dan taman bacaan ada sedikit yang sama.

HH punya mimpi, taman bacaan pun punya mimpi.  Mimpi itulah yang akhirnya menjadi alasan untuk keduanya berjuang meraih mimpi, mengukir cerita atas nama cinta. HH punya cara berjuang sendiri untuk membuat cerita atas nama cinta. Sementara taman bacaan pun punya cara sendiri dalam berjuang untuk merajut cerita atas nama cinta. Tapi sekali lagi, karena bagai bumi dan langit. Maka mimpi, perjuangan, cerita, dan cinta antara HH dan taman bacaan pun hasil nyatanya jadi beda.

 

Bagai bumi dan langit, itulah fakta beda antara HH dan taman bacaan. Kenapa? Sederhana saja jawabnya. Karena HH dan taman bacaan punya idealism yang berbeda. Maka realitas di antara mereka pun beda. Sayang, perbedaan di antara HH dan taman bacaan sulit disatukan. Dua hal yang berbeda memang sulit menyatu …

 

Tapi ujungnya, HH dan taman bacaan pun akhirnya sama.

Karena HH adalah cewek asli Bogor dan Taman Bacaan Lentera Pustaka pun ada di Bogor. Maka bila kita tidak sama, mengapa tidak boleh beda? #BudayaLiterasi #TamanBacaan

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB