x

festival veliko tarnovo

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 17 Juli 2020 06:40 WIB

Kisah Budaya (4) Parade, Pembukaan, Panggung Perdana, dan Malam yang Indah

Akhirnya, rasa lelah setelah menyiapkan segalanya sebelum berangkat ke festival, lelah di perjalanan, lelah berparade budaya mengelilingi kota Veliko, terbayar sudah oleh penampilan menawan tim Indonesia yang begitu disambut meriah baik oleh pengunjung/penonton/maupun peserta misi budaya dari negara lain. Selain itu, kami juga sangat takjub dengan suguhan berbagai kesenian dari negara lain yang kali ini dapat kita tonton secara live. Semua tim pada malam itu saling mendukung, saling memberi semangat, sebuah perpaduan budaya, kebersamaan, dan kekeluargaan menjadi satu padu. Kami sudah tidak lagi merasa berbeda negara, namun merasa sebagai satu keluarga yang sama-sama sedang menunjukkan kebudayaan dan kesenian dunia. Malam itu, semua terasa indah. Masih ada tujuh hari lagi, namun malam ini telur telah pecah. Sebuah upaya dan perjuangan yang membawa hasil. Kira-kira apa agenda festival di hari kedua? ...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pagi itu, badan rasanya telah pulih dari lelah setelah sejak tanggal 13 Juli menempuh perjalanan dari Jakarta, singgah di Changi Airport, kemudian terbang dua belas jam menuju Istanbul Turki. Lalu, sehari menikmati kemegahan sejarah dunia di Istanbul. Dilanjutkan terbang ke Sofia Bulgaria, menginap di KBRI hingga perjalanan darat menuju Veliko Tarnovo. Hingga baru bisa istirahat penuh semalam, seusai menikmati santap malam dan suasana Veliko. Setelah Subuh, saya langsung ke luar kamar dan sekadar olah raga pagi sambil mericek anggota tim misi budaya yang lain.

Seusai sarapan pagi, sesuai agenda acara, semua tim misi budaya akan melakukan gladi bersih di panggug utama hingga waktu sebelum makan siang. Dan, acara pembukaan festival akan berlangsung selepas makan siang, parade/pawai semua peserta dari halaman kantor wali kota Veliko Tarnovo dan berakhir di panggung utama.

Kendati menuju panggung utama yang berada di taman kota hanya berjarak sekitar 1 km dari hotel, panitia tetap menyiapkan kendaraan angkutan barang. Terlebih tim misi budaya Indonesia termasuk yang membawa alat musik tradisional cukup lumayan. Sehingga, anggota tim yang semuanya terdiri dari tim pelatih tari, musik, para pemusik, dan para penari, dapat melenggang menuju panggung utama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah menyusuri jalanan kota, sampailah kami di sebuah taman yang asri, di tengahnya sudah berdiri sebuah panggung berukuran besar berdiri kokoh dan di sekiling panggung sudah berjajar tenda-tenda yang diperuntukkan bagi para peserta dari berbagai negara. Mengingat keterbatasan waktu, sebelum semua peserta diberikan kesempatan mencoba mengakrabi panggung, terlebih dahulu dilakukan galdi bersih upacara pembukaan festival dan setelahnya baru giliran untuk para peserta.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

 

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Kami pun tiba kembali di hotel. Setelah makan siang, seluruh tim sudah mengenakan kostum tari sebagai persembahan di hari pembukaan, mulai dari parade budaya yang dimulai dari pusat kota hingga berkhir menuju panggung utama festival.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Setelah semua tim siap, seluruh rombongan tim dari semua negara sudah mengenakan kostum perdana masing-masing dan berjalan beriringan menuju tempat awal dimualainya parade budaya yang akan melintasi jalan-jalan kota, lalu melintas upacara budaya di depan wali kota, kemudian dilanjutkan devile budaya menuju panggung utama.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sepanjang perjalanan, masing-masing tim misi budaya dari berbagai negara menampilkan suguhan budayanya masing-masing sesuai kostum yang dikenakan. Ternyata, festival budaya ini juga bukan hanya menjadi konsumi warga Veliko Tarnovo, namun juga menjadi tontonan bagi semua turis dari manca negara yang yang sengaja hadir di Veliko Tarnovo, sebab Veliko Tarnovo dikenal sebagai kota sejarah dan budaya.

Sumber: Supartono JW

Kendati cuaca lumayan panas, namun semua tim dari seluruh negara tampil semangat, apalagi hampir di sepanjang jalan yang dilewati parade, di pinggirnya penuh dengan penonton baik warga dan turis. Sungguh, parade ini mengingatkan pawai 17an di Indonesia. Baik yang berparade maupun yang menonton sama-sama memadati jalanan kota Veliko Tarnovo. Inilah festival budaya yang telah dipersiapkan dengan matang. Bukan saja menjadi hiburan warga setempat, namun menjadi hiburan warga asing dan mendatangkan keuntungan untuk kota Veliko.

Sumber: Supartono JW

Setelah iring-iringan berjalan dan terus tampil dengan atraksi tarian, lagu, dan kesenian tradisionil dari masing-masing negara, tibalah kami di depan podium Balai Kota Veliko Tarnovo yang dikenal dengan Municipal Administration Building. Dari area gedung pemerintahan wali kota tersebut juga dapat dilihat view Veliko Tarnovo yang dikelilingi bukit. Sepanjang berparade mengililingi kota, nampak tatanan kota kecil Veliko Tarnovo terlihat rapi dengan jalanannya lebar yang sangat bersih.

Sumber: Supartono JW

Setelah prosesi parade di depan wali kota, parade pun berlanjut mengarah ke panggung utama. Dan, ketika rombongan berbelok menuju arah taman, baru saya sadari bahwa ternyata taman itu adalah tempat monumen "Ibu Bulgaria" (Mother of Bulgarian). Monumen ini didedikasikan untuk orang-orang Bulgaria yang terbunuh di Rusia-Turki, Serbia-Bulgaria, Balkan, dan Perang Dunia Pertama. Monumen melambangkan patung seorang wanita di atas alas besar. Wanita itu adalah " Bunda Bulgaria " dan berlutut untuk mengenang dan menghargai orang-orang Bulgaria yang sudah mati. Di sisi yang berbeda dari alas terdapat patung-patung tentara Bulgaria dari berbagai perang. Ternyata, taman tempat didirikan panggung festival adalah bagian dari Monumen Ibu Bulgaria yang sangat terawat, bersebelahan dengan gedung wali kota.

Sumber: Supartono JW (Monumen Ibu Bulgaria)

Dengan demikian, hanya dalam tempo satu hari, sebelum festival dibuka, kami dan rombongan sudah menikmati empat destinasi yang sangat terkenal di kota Veliko Tarnovo. Selanjutnya, semua rombongan terus melintasi taman, dan langsung menuju ke panggung utama. Setiap tim misi budaya pun langsung menempati ruang-ruang di sisi panggung yang telah disediakan sesuai dengan nama negara.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Setelah melepas dahaga dan lelah, karena berparade sejak pukul 14.00 hingga sekitar pukul 17.30, maka sekitar pukul 18.30 dan bangku penonton dan lingkungan taman telah dipenuhi pengunjung dan wisatawan, “International Folklore Festival Veliko Tarnovo (IFFVT)”, Bulgaria”, dibuka oleh Wali Kota Veliko Tarnovo pada 16 Juli 2011. Usai dibuka, seluruh peserta pun diwakili oleh masing-masing perwakilan negara tampil dalam parade pembukaan yang sangat mempesona.

Tak ketinggalan, malam itu, tim Indonesia unjuk kebolehan dengan salah satu nomor tari yang kembali memukau dan membikin pengunjung bertepuk tangan riuh melihat penampilan tim Indonesia.

Akhirnya, rasa lelah setelah menyiapkan segalanya sebelum berangkat ke festival, lelah di perjalanan, lelah berparade budaya mengelilingi kota Veliko, terbayar sudah oleh penampilan menawan tim Indonesia yang begitu disambut meriah baik oleh pengunjung/penonton/maupun peserta misi budaya dari negara lain. Selain itu, kami juga sangat takjub dengan suguhan berbagai kesenian dari negara lain yang kali ini dapat kita tonton secara live.

Semua tim pada malam itu saling mendukung, saling memberi semangat, sebuah perpaduan budaya, kebersamaan, dan kekeluargaan menjadi satu padu. Kami sudah tidak lagi merasa berbeda negara, namun merasa sebagai satu keluarga yang sama-sama sedang menunjukkan kebudayaan dan kesenian dunia.

Malam itu, semua terasa indah. Masih ada tujuh hari lagi, namun malam ini telur telah pecah. Sebuah upaya dan perjuangan yang membawa hasil. Kira-kira apa agenda festival di hari kedua?

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu