x

Terawan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 17 Juli 2020 09:48 WIB

Bapak Presiden Undang Artis-Seniman, Menteri Terawan Masih Blunder, Bagaimana Ini?

Pak Terawan masih membingungkan, Pak Presiden undang artis yang jauh panggang dari api untuk mendukung penanganan corona. Sementara, corona juga dijadikan kendaraan politik dan lahan mencari anggaran oleh beberapa pihak. Bagaimana ini? Sementara rakyat juga masih teriak dan butuh laporan data corona yang benar. Ruwet.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Setelah video kemarahan Presiden Jokowi dipublikasikan, dan masyarakat menunggu siapa gerangan para menteri yang bakal dipecat Jokowi, ternyata hingga detik ini, semua hal itu masih sekadar wacana.

Namun, belum lagi menunjukkan kinerja yang baik dan menjadi menteri yang paling banyak diprediksi akan dipecat oleh Jokowi, lagi-lagi sang menteri ini bikin dua blunder lagi yang sangat mengecewakan masyarakat.

Pertama harus membuat peraturan tentang pergantian istilah-istilah dalam corona yang tak ada urgensinya bagi rakyat. Kedua, kini membuat blunder pernyataan lagi dalam komunikasi publik yang bikin rakyat mengelus dada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan dalam kolom komentar atas blunder pernyataanya tersebut, warganet mengumpat dengan berbagai komenter seperti saya kutip dari kolom komentar di artikel menyangkut dirinya, di CNN Rabu (15/7/2020) ada komentar semacam: "Anda waras?". "Gantiiiiiii!". "Kalau presiden mau jaga wibawa, pecat orang ini!", dll.

Mengapa warganet begitu kesal dan marah? Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengakui penyerapan anggaran penanganan pandemi virus corona di sektor kesehatan masih rendah. Ia bilang hal itu karena jumlah pasien yang masih sedikit. "Kalau penyerapan kurang kan berarti pasiennya sedikit. Santunan juga kalau penyerapannya kurang berarti yang meninggal sedikit, untuk tenaga kesehatan," ungkap Terawan dalam Rapat Badan Anggaran melalui video conference, Rabu (15/7).

Luar biasa pernyataan Terawan ini. Apa sebelum bicara tidak dipersiapkan dulu kata-kata yang tidak membikin rakyat marah? Mengapa sepertinya bicara tanpa "ayakan". Sangat memiriskan.

Bila maksud Terawan disampaikan dengan bahasa yang lebih santun, meski maksudnya sama, maka tentu tidak akan menimbulkan blunder lagi. Masa bahasa seorang menteri seperti itu?

Bahkan dalam tambahan penjelasannya, Terawan mengungkap bahwa serapan anggaran penanganan pandemi virus corona di sektor kesehatan akan banyak jika jumlah pasien yang sakit dan tenaga medis yang meninggal lebih banyak. Dengan kata lain, penyerapan anggaran akan bergantung dari perkembangan kasus penularan virus corona.

Apakah pernyataan Terawan ini menjadi semacam harapan agar korban corona supaya banyak agar serapannya banyak? Padahal, mungkin, maksudnya korbannya kan sedikit, jadi serapannya masih sedikit. Meski, pada kenyataannya, data yang dilaporkan oleh Yurianto kasus terus meningkat.

Apa ini maksudnya sama dengan pernyataan bahwa data memang rekayasa? Dilaporkan banyak tetapi anggaran yang diserap sedikit karena pasiennya sedikit. Mana yang benar, Pak?

Lalu, mengapa realisasi belanja kesehatan dalam penanganan pandemi virus corona baru sebesar Rp4,48 triliun per 8 Juli 2020. Jumlah tersebut setara 5,12 persen dari total dana yang dialokasikan sebesar Rp87,55 triliun.

Kok bisa begitu? Apa anggran memang hanya untuk pasien? Bukan untuk sektor lain?

Lebih parah lagi, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara Kemenkeu sekaligus Ketua Tim Monitoring Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengungkapkan realisasi masih minim karena beberapa kendala.

Salah satunya, keterlambatan klaim biaya perawatan dan insentif tenaga kesehatan. "Ini yang kami lihat kendalanya adalah keterlambatan klaim, itu sebenarnya sudah tapi ada beberapa yang belum," tutur Kunta pada video conference, Rabu (8/7) lalu.

Rasanya dari penjelasan tersebut, terbayang betapa ribetmya prosedur di +62.

Meski, pemerintah akan mempercepat pembayaran pada bulan ini setelah ada simplifikasi prosedur sesuai revisi Keputusan Menteri Kesehatan (KMK). Lalu, pemerintah juga akan mempercepat pembayaran klaim biaya perawatan. Apakah hal tersebut juga bukan sekadar wacana?

Semakin hari, penanganan corona dari pemerintah seperti benang kusut. Berputar-putar.

Malah Pak Presiden sampai memanggil para artis dan seniman ke istana untuk membantu penanganan corona. Malah dari artis yang dipanggil, hanya satu dua orang yang selama ini peduli sama rakyat. Contoh mas Butet. Lha yang lainnya apa? Malah kebanyakan artis yang sering tebar gaya hidup dan kemewahan meski rakyat sedang dalam kondisi susah. Apa pak Presiden tidak salah pilih dan salah undang?

Coba kita lihat. Apa yang akan dapat dilakukan oleh para artis yang selama ini justru lebih sering terlihat sibuk dengan kemewahan dan sok gaya sultan-sultan. Masuk Istana, tersorot kamera, semua asyik main handphone bahkan selfe.

Mengapa pak Presiden tidak udang saja rakyat jelata yang bisa dijadikan contoh rakyat lain. Rakyat yang biasa hidup susah tapi bisa bertahan di tengah penderitaan pandemi corona.

Pak Terawan masih membingungkan, Pak Presiden undang artis yang jauh panggang dari api untuk mendukung penanganan corona. Sementara, corona juga dijadikan kendaraan politik dan lahan mencari anggaran oleh beberapa pihak. Bagaimana ini?

Sementara rakyat juga masih teriak dan butuh laporan data corona yang benar. Ruwet.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB