x

Indonesia pasti jaya.

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Jumat, 24 Juli 2020 10:09 WIB

Ironi Negeri Pengimpor Aspal

Sebenarnya sudah banyak sekali upaya dan inisiatif yang telah dilaksanakan pemerintah untuk aspal Buton. Baik oleh Bapak Presiden, Menteri, anggota DPR, Gubernur, Bupati, maupun pejabat-pejabat negara lainnya. Tetapi sangat disayangkan, hasilnya masih belum tampak menggembirakan dan menjanjikan. Penyerapan penggunaan aspal Buton pun masih belum juga kunjung bertambah. Mungkin selama ini ada sesuatu yang keliru dalam hal pemerintah memahami inti permasalahan aspal Buton yang sebenarnya, sehingga upaya-upaya tersebut tidak tepat sasaran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia pertama kali mengimpor aspal sekitar tahun 1980-an. Dan mirisnya, sampai sekarang Indonesia masih terus mengimpor aspal sejumlah 1 juta ton per tahun, atau senilai US$ 500 juta per tahun.

Diperkirakan kebutuhan aspal nasional pada saat ini adalah sebesar 1,5 juta ton per tahun. Dan kebutuhan aspal ini akan tetap terus bertambah setiap tahunnya dengan bertambah pesatnya pembangunan Infrastuktur jalan-jalan di seluruh Indonesia, khususnya di era pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo.

Pembangunan infrastuktur jalan-jalan yang pesat di seluruh Indonesia ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sampai ke pelosok-pelosok daerah. Dengan demikian akan memperlancar arus lalu lintas manusia, dan distribusi barang-barang konsumsi dan produksi. Dan diharapkan industri-industri strategis pun akan ikut serta tumbuh berkembang untuk menciptakan banyak sekali lapangan kerja baru. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seandainya saja Indonesia tidak memiliki aspal Buton, maka apa yang sudah dan sedang terjadi merupakan sesuatu yang wajar-wajar saja. Tidak ada hal yang aneh, yang perlu dipertanyakan atau dikritisi. Tetapi fakta berkata lain. Indonesia memiliki aspal Buton di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Dimana deposit aspal alam ini sangat melimpah. Diperkirakan berjumlah 650 juta ton, dan merupakan salah satu deposit bitumen yang terbesar di dunia.

Ironisnya, sampai saat ini pemerintah masih belum juga mampu memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Maka sudah sepantasnya apabila rakyat mempertanyakannya. Dimana letak benang merahnya? Mengapa aspal Buton selama ini seolah-olah dianggap sebagai si anak hilang yang diabaikan oleh ibu kandungnya sendiri?. 

Sebenarnya sudah banyak sekali upaya dan inisiatif yang telah dilaksanakan pemerintah untuk aspal Buton. Baik oleh Bapak Presiden, Menteri, anggota DPR, Gubernur, Bupati, maupun pejabat-pejabat negara lainnya. Tetapi sangat disayangkan, hasilnya masih belum juga tampak menggembirakan dan menjanjikan. Penyerapan penggunaan aspal Buton pun masih belum kunjung bertambah. Mungkin selama ini ada sesuatu yang keliru dalam hal pemerintah memahami inti permasalahan aspal Buton yang sebenarnya, sehingga upaya-upaya tersebut tidak tepat sasaran. 

Aspal Buton adalah aspal alam, dimana unsur aspal atau bitumennya berada di dalam pori-pori batu-batuannya. Untuk memisahkan antara bitumen dari batu-batuan pengikatnya harus dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu. Hasil dari proses ekstraksi ini akan menghasilkan aspal Buton full ekstraksi, atau bitumen murni. Dan dari bitumen murni ini dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi aspal Buton penetrasi 60/70 yang setara dengan aspal impor.

Inilah inti sari dari permasalahan aspal Buton yang harus dipahami dengan seksama oleh Bapak Presiden dan jajaran-jajaran instansi di bawahnya. Dan inilah sebenarnya benang merah yang sesungguhnya mengapa sudah hampir 100 tahun pemerintah masih belum juga mampu memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. 

Apa yang dapat pemerintah lakukan pada saat ini untuk memproduksi aspal Buton penetrasi 60/70 untuk mensubstitusi aspal impor? Rekomendasi yang terbaik yang bisa ditawarkan kepada pemerintah adalah sebagai berikut: 

  1. Dalam waktu dekat pemerintah akan mulai membangun Ibu Kota Negara Baru di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan Ibu Kota Negara Baru ini pastinya akan membutuhkan banyak sekali aspal untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan. Apabila pemerintah memang sangat serius ingin memanfaatkan aspal Buton untuk mensubstitusi aspal impor, maka aspal Buton ini wajib digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di Ibu Kota Negara Baru. 
  1. Dalam tahapan pembuatan Master Plan, pemerintah sudah harus menghitung dan memperkirakan berapa panjang infrastruktur jalan-jalan yang akan dibangun, dan berapa banyak jumlah aspal Buton yang akan dibutuhkan, serta kapan harus sudah tersedia. Atas dasar data-data inilah pemerintah harus segera mengelola rencana pengadaan aspal Buton tersebut dengan melakukan proses tender pengadaan aspal Buton penetrasi 60/70 untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di Ibu Kota Negara Baru. 
  1. Dengan dikeluarkannya tender oleh pemerintah untuk pengadaan aspal Buton penetrasi 60/70 ini, maka pemerintah sudah berkomitmen dan menjamin akan menggunakan aspal Buton untuk mensubstitusi aspal impor. Dan komitmen pemerintah inilah yang sebenarnya selama ini selalu ditunggu-tunggu. Lampu hijau dari pemerintah ini akan segera direspon antusias oleh para investor, pengusaha tambang, pemerintah daerah, dan masyarakat luas yang membutuhkan lapangan kerja. Teknologi ekstraksi aspal Buton ini sekarang sudah ada. Dengan adanya tender pengadaan aspal Buton penetrasi 60/70 ini, maka akan terkuak apakah Teknologi Ekstraksi Aspal Buton yang canggih tersebut akan terbukti handal, ekonomis, dan ramah lingkungan. Biarkanlah waktu yang akan berbicara. 

Ibu Kota Negara Baru direncanakan akan diresmikan pada tahun 2024. Tahun 2024 ini akan bertepatan juga dengan 100 tahun aspal Buton. Maka tidak ada hadiah ulang tahun bagi aspal Buton yang paling indah dan berharga selain hadiah Ibu Kota Negara Baru ini.

Rakyat Indonesia pasti akan merasa bangga dan bahagia bahwa semua infrastuktur jalan-jalan di Ibu Kota Negara Baru nanti akan terbuat dari aspal Buton. Dan bukan terbuat dari aspal impor yang selama ini selalu digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia selama hampir 40 tahun. Peristiwa ini akan dicatat dalam sejarah Indonesia dengan tinta emas bahwa si anak hilang aspal Buton telah kembali ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi. 

Aspal Buton akan mendapatkan tempat yang terhormat dan mulia di Ibu Kota Negara Baru. Dan tak lama kemudian semua jalan-jalan di seluruh Indonesia akan menggunakan aspal Buton juga. Kisah Ironi Negeri Pengimpor Aspal akan berakhir Happy Ending. Ke depannya yang akan ada hanyalah jalan-jalan aspal Buton yang lurus dan mulus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia sejahtera, adil dan makmur. Yang perlu rakyat Indonesia ketahui sekarang adalah apakah benar pemerintah memang sangat serius ingin memanfaatkan aspal Buton untuk mensubstitusi aspal impor?

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler