x

Pabrik terbesar akan ada di Philipines

Iklan

Riki Sualah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Juli 2020

Senin, 27 Juli 2020 14:38 WIB

Indonesia: (Bukan) Pabrik Baterai Terbesar Dunia

Indonesia yang di gadang-gadang akan memiliki pabrik terbesar di dunia terancam gagal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pasokan nikel Indonesia memperbesar peluang investasi masuk ke dalam negeri ini. Akibatnya, industri pengolahan hasil tambang dapat bertumbuh baik di masa mendatang. Potensi ini diharapkan meningkat, seiring geliat pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.

23,7 persen cadangan nikel dunia didominasi Indonesia. Kini, merah putih berpotensi mengenyam tingginya tren pembelian logam tahan karat tersebut. Dan, diprediksi berlanjut hingga masa yang akan datang. Daya tarik akan nikel Indonesia diprediksi meningkat baik untuk satu dekade ke depan.

Hal ini berjalan lurus dengan kenaikan produksi dan pengembangan baterai lithium untuk ekspansi industri kendaraan listrik. Selain itu, terdapat desas-desus investasi Elon Musk dalam pembangunan Gigafactory Tesla di Indonesia. Situasi seperti ini diproyeksikan dapat menyangga probabilitas penanaman investasi di Indonesia. Tentu saja, Indonesia akan dipandang di mata dunia.

Kini, peluang baik sudah di depan mata. Indonesia terus berbenah menghadapi berbagai kemungkinan-kemungkinan positif yang akan terjadi di masa mendatang. Lantas, apa jadinya jika para investor menarik investasinya dari Indonesia?

Peluang Investasi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Resesi global menjadi momok menakutkan bagi setiap negara. Indonesia salah satunya. Ibarat sedia payung sebelum hujan, Indonesia butuh antisipasi akan kemungkinan terjadinya resesi global. Salah satu cara yang ampuh adalah menjaring investasi berupa penanaman modal langsung atau foreign direct investment (FDI).

Penanaman modal langsung diharapkan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Kehadiran investasi diyakini dapat berkontribusi positif bagi pembangunan melalui transfer aset, teknologi, dan keterampilan manajerial. Dampak positif ini terjadi karena adanya transfer teknologi dan keahlian manajerial, pengenalan teknologi produksi yang baru, serta akses ke jaringan internasional. 

Kondisi makro ekonomi Indonesia yang semakin baik, menjadi daya tarik bagi investor asing. Aliran modal yang masuk berupa sumber pembiayaan pembangunan, dan dapat mendukung pengembangan, serta pendalaman pasar keuangan domestik.

Filipina Ungguli Indonesia

Indonesia tidak sendiri. Ada salah satu negara Asia Tenggara yang berpotensi untuk memproduksi nikel. Potensi negara ini tidak dapat dianggap enteng. Jikalau Indonesia lengah, maka kesempatan dan peluang bisa diungguli negara ini. Negara tersebut bernama Filipina.

Lembaga Fitch Solutions Macro Research memperkirakan produksi nikel global Filipina akan melejit ungguli Indonesia. Tentu saja, dapat melengserkan Indonesia sebagai produsen nikel teratas secara global. 

Produksi pertambangan Filipina diperkirakan akan melonjak signifikan pada 2020. Fitch Solutions Macro Research meyakini produksi nikel di Filipina terus bertumbuh di masa mendatang. Selain itu, Fitch Solutions Macro Research memperkirakan produksi nikel di Filipina rata-rata akan tumbuh  5,1 persen selama periode 2020 hingga 2029.

Begitupun dengan kesempatan produksi baterai lithium maupun mobil listrik. Filipina menjadi salah satu potensi bagi para investor menanamkan investasinya di negara yang terletak di utara Pulau Sulawesi ini.  

Filipina memiliki kadar nikel rendah atau limonite yang dominan. 80 persen kandungan kadar nikel rendah berada di kandungan tanah Filipina. Sedangkan nikel berkadar tinggi atau saprolite Filipina berkisar 20%. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia. Nikel berkadar tinggi terdapat di Indonesia. Kadar nikel yang tinggi berfungsi baik dalam penggunaannya di stainless steel. Dan, limonite atau nikel berkadar rendah inilah yang cocok sebagai bahan baku pembuatan baterai lithium. 

Lepasnya Peluang Emas

Sebagai produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar, beragam investasi  Indonesia. Investasi berupa pembangunan industri pengolahan nikel, sehingga hasil pengolahan dapat diekspor, dan mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. Selama ini, Indonesia hanya mengekspor nikel dalam bentuk mentah. 

Namun, iklim investasi yang tidak kondusif bisa menyebabkan lepasnya investasi dari para investor. Selain itu, ketentuan atau peraturan pemerintah yang kerap berubah membuat investor merasa tidak ada kepastian. Bukan tidak mungkin, mereka akan berpindah negara untuk menanamkan investasinya selain di Indonesia.

 

Hilangnya investasi di Indonesia tentu membuang kesempatan masuknya 34 miliar USD ke negara. Jumlah yang seharusnya didapat dari investasi hilirisasi nikel hingga tahun 2024. Kepergian para investor juga berarti menutup peluang investor lain untuk masuk ke Indonesia. Dan, menghilangkan banyaknya peluang investasi di Indonesia. 


Seperti Elon Musk,  pendiri Gigafactory Tesla. Kemungkinan, Indonesia bukan lagi menjadi sasaran penanaman investasi yang baik. Bukan tidak mungkin, Filipina yang akan dilirik. Dan, ini adalah peluang emas yang dibuang oleh kita sendiri.

Ikuti tulisan menarik Riki Sualah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB