x

Suasana penambalan jalan retak akibat tanah bergerak di Kampung Kadu Sirung, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Selasa 16 Oktober 2018. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Selasa, 28 Juli 2020 16:18 WIB

Aspal Buton untuk Menyejahterakan Rakyat Indonesia

Sekarang dirasakan sudah tiba saatnya untuk menyerahkan titipan aspal Buton si Emas Hitam ini kepada generasi Milenial. Mereka hidup dimasa depan. Mereka punya cita-cita untuk hidup lebih baik dan sejahtera daripada generasi-generasi sebelumnya. Perjuangkanlah aspal Buton ini untuk Bangsa dan Negara. Kita sudah berada di jalan yang benar. Jumlah deposit aspal Buton melimpah. Kebutuhan aspal nasional sangat besar dan terus bertambah setiap tahunnya. Teknologi ekstraksi yang handal, ekonomis, dan ramah lingkungan sudah ada. Apakah kalian masih ragu, dan mau menunggu 1 abad lagi untuk memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyatmu? Ingat, sebentar lagi kita akan memperingati 75 tahun Indonesia Merdeka. Kalau dulu semboyan pahlawan kemerdekaan adalah “Merdeka atau Mati”. Sekarang semboyan generasi Milenial untuk mengisi kemerdekaan adalah “Aspal Buton Untuk Menyejahterakan Rakyat Indonesia”. Kami generasi tua mendoakanmu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia adalah negara pengimpor aspal sejak tahun 1980-an. Maka tidaklah heran kalau kebergantungan Indonesia terhadap aspal impor sangat besar. Berapapun harganya pasti akan dibeli. Karena memang Indonesia sangat membutuhkan banyak sekali aspal untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia. Apalagi sebentar lagi Indonesia akan membangun Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan Timur. Apakah Indonesia masih harus selalu bergantung kepada aspal impor selamanya? Lalu, apa arti aspal Buton bagi Indonesia? 

Isu aspal impor versus aspal Buton sangat menarik untuk diperdebatkan. Mengingat pada saat sekarang ini, dimana wabah pandemi Covid-19 masih terus berlangsung, harga aspal telah naik cukup signifikan tanpa adanya berita di Media. Semua orang sibuk dengan wabah pandemi Covid-19, sehingga kenaikan harga aspal luput dari perhatian.

Alangkah mirisnya kalau rakyat Indonesia sekarang sudah tidak peduli lagi dengan adanya kenaikan harga aspal ini. Rakyat sudah acuh tak acuh dan apatis dengan apa yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Toh yang mereka sangat butuhkan adalah beras untuk makan sehari-hari, dan bukan aspal. Tetapi alangkah naifnya kalau 260 juta rakyat Indonesia semuanya mempunyai pemikiran yang sama seperti ini. Padahal kalau mereka mampu berpikir sehat, aspalpun bisa menjadi beras. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harga aspal pada saat pandemi Covid-19 sekarang ini adalah Rp. 1.650.000 per drum. Padahal harga aspal minyak sebelum pandemi Covid-19 berkisar antara Rp. 1.150.000 - Rp. 1.300.000 per drum. Melihat data-data ini tentu masyarakat awam akan langsung berprasangka bahwa penyebab kenaikan harga aspal yang cukup signifikan tersebut diakibatkan oleh Covid-19. Dengan demikian masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan. Nanti setelah Covid-19 berakhir, harga aspalpun akan turun kembali normal. Masih banyak persoalan-persoalan negara yang lain, yang lebih penting, dan lebih memerlukan perhatian pemerintah selain mengurus masalah kenaikan harga aspal ini. 

Indonesia kaya akan sumber daya alamnya. Salah satunya adalah aspal Buton. Aspal Buton ini menjadi fenomenal karena sudah hampir 1 abad lamanya pemerintah masih belum juga mampu memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Dan kalau kita analogikan dengan pemikiran di atas, maka masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan. Masih banyak persoalan-persoalan negara yang lain, yang lebih penting, dan lebih memerlukan perhatian pemerintah selain mengurus aspal Buton ini. Aduh... sakitnya hati rakyat Indonesia, apabila mendengar kata-kata ini benar-benar diucapkan oleh pemerintah. Jadi sebenarnya siapa yang harus memikirkan nasib aspal Buton kalau bukan selain pemerintah? 

Pada tanggal 27 Juli 2020 telah diadakan Civil Engineering Virtual Seminar yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Uleo di Kendari dengan judul Inovasi, Teknologi dan Penerapan Aspal Buton Pada Perkerasan Jalan. Dari Webinar ini menyimpulkan bahwa tidak diragukan lagi bahwa aspal Buton mampu mensubstitusi aspal minyak. Meskipun pada saat ini aspal Buton yang digunakan masih dalam bentuk butiran, tetapi apabila nanti sudah dapat diproduksi dalam bentuk ekstraksi, maka aspal Buton akan dapat mensubstitusi aspal minyak 100%.

Para ahli aspal Buton sudah merekomendasikan penggunaan aspal Buton untuk mensubstitusi aspal minyak. Apakah masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan?. Apakah masih banyak persoalan-persoalan negara yang lain, yang lebih penting, dan lebih memerlukan perhatian pemerintah selain mengurus masalah aspal Buton untuk mensubstitusi aspal minyak?. 

100 tahun, atau 1 abad bukanlah waktu yang sebentar. Apabila masa ini diukur dengan usia manusia, maka sekarang ini manusia yang hidup sudah memasuki generasi ke 3 dan ke 4. Pemikiran generasi Milenial sudah jauh lebih maju ke masa depan. Kalau ada orang yang berani mengatakan bahwa masih ada masalah lain, yang lebih penting dari masalah aspal Buton, mari kita adu argumentasinya.

Mungkin perlu diadakan Webinar lagi yang membahas masalah ini. Pakar-pakar tehnik, ekonomi, hukum, sosial, filsafat, dll, wajib dilibatkan. Mari kita telaah bersama-sama keunggulan dan kelemahan masing-masing dari aspal Buton apabila dibandingkan dengan aspal impor. Mungkin dari debat nasional nanti ini akan muncul pemikiran-pemikiran baru yang radikal bahwa aspal Buton adalah prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah.

Memang harus ada faktor-faktor penilaian yang lebih adil dan bijaksana untuk menentukan prioritas-prioritas bagi proyek-proyek pemerintah. Khususnya untuk proyek-proyek yang sudah sangat lama terkendala, dan yang memiliki multiplier effect yang sangat besar. Proyek yang jelas-jelas sudah berada di depan mata adalah Proyek pembangunan Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan Timur. Apabila Proyek ini tidak menggunakan aspal Buton, apa kata dunia? 

Aspal Buton adalah emas hitam yang selama ini dianggap tidak bernilai. Orang memandang emas sebagai logam mulia yang berwarna kuning keemasan. Sedangkan aspal Buton dipandang sebagai batu-batuan kotor yang berwarna coklat kehitaman. Itu adalah bentuk fisiknya.

Kalau emas murni dijual akan mempunyai nilai. Demikian juga dengan aspal Buton murni. Kalau dijual akan mempunyai nilai. Jadi kalau kita asumsikan harga emas murni adalah Rp. 1.000.000 per gram, dan harga aspal Buton murni adalah Rp. 1.000.000 per 100 kg. Maka nilai 1 gram emas murni akan setara dengan 100 kg aspal Buton murni. Jadi mengapa selama ini aspal Buton dianggap dan dipandang tidak bernilai? Mungkin ada masalah-masalah lain yang perlu kita caritahu apa akar permasalahaan yang sebenarnya, mengapa sudah hampir 100 tahun aspal Buton hanya selalu dianggap sebagai batu hitam yang kotor? 

Sekarang dirasakan sudah tiba saatnya untuk menyerahkan titipan aspal Buton si emas hitam ini kepada generasi Milenial. Mereka hidup dimasa depan. Mereka punya cita-cita untuk hidup lebih baik dan sejahtera daripada generasi-generasi sebelumnya. Perjuangkanlah aspal Buton ini untuk Bangsa dan Negara.

Kita sudah berada di jalan yang benar. Jumlah deposit aspal Buton melimpah. Kebutuhan aspal nasional sangat besar dan terus bertambah setiap tahunnya. Teknologi ekstraksi yang handal, ekonomis, dan ramah lingkungan sudah ada. Apakah kalian masih ragu, dan masih mau menunggu 1 abad lagi untuk memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyatmu?

Ingat, sebentar lagi kita akan memperingati 75 tahun Indonesia Merdeka. Kalau dulu semboyan pahlawan kemerdekaan adalah “Merdeka atau Mati”. Maka sekarang semboyan generasi Milenial untuk mengisi kemerdekaan adalah “Aspal Buton Untuk Menyejahterakan Rakyat Indonesia”. Kami generasi tua mendoakanmu. Ayo....kamu pasti bisa !!

 

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB