x

rakyat protes

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 3 Agustus 2020 14:13 WIB

Corona Terus Merajalela, Rakyat Diharapkan Disiplin Protokol Kesehatan, Siapa Panutannya?

Lain Indonesia, lain Jerman. Bila, selama ini pemerintah Jerman telah konsisten dan disipilin dalam PAPC-19 di negaranya, rakyat Jerman yang berbeda dengan rakyat +62, terpublikasi di media nasional, Minggu (2/8/2020), ribuan rakyat Jerman malah memprotes dan menolak aturan-aturan protokol kesehatan untuk PAPC-19. Di Indonesia mana ada rakyat protes? Sebab, memang tak ada yang perlu diprotes dari kebijakan dan peraturan pemerintah pusat yang tidak pernah konsisten. Bila ada masyarakat daerah yang protes, itupun karena tercium aroma, bahwa corona malah dijadikan sarana untuk beberapa pihak mencari "keuntungan".

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Corona tak terkendali di Indonesia, tapi upaya pemerintah yang nampak kini hanya penertiban pemakaian masker di tengah masyarakat. Sementara masyarakat yang sudah tak percaya pemerintah, malah semakin cuek dan abai, padahal corona memang ada, dengan fakta klaster baru penyebaran Covid-19 terus bermunculan.

Lalu, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi  111.45 kasus, sebab pada Minggu (2/8/2020) kasus bertambah 1.519 sesuai data dari Satgas Penanganan Covid-19.

Bila sebelum ini, pemerintah pusat dan pemerintah daerah nampak begitu berjibaku dalam upaya pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid-19 (PAPC-19), tertutama dengan PSBB dan aturan ketat pergerakan masyarakat antar daerah, teurtama dari zona merah, kini aturan perjalanan malah sudah sangat longgar.

Naik kereta maupun naik pesawat, hanya perlu selembar surat test yang murah langsung di stasiun kereta maupun bandara. Malah, naik bus antar daerah juga hanya diperlukan syarat selembar foto kopi KTP.

Tempat-tempat pariwisata, tempat-tempat makan dan restaurant, kini semua bahkan sudah seperti normal. Jalan-jalan raya pun nampak normal tak mengesankan bahwa di Indonesia kasus corona masih sangat tinggi.

Pertanyaannya, sebenarnya kini pemerintah sedang berbuat apa untuk rakyat, di tengah corona yang terus mengganas.

Bahkan WHO dalam rilisnya yang juga telah terpublikasi di berbagai media, Sabtu (1/8/2020) menyatakan pandemi Covid-19 akan berlangsung lama karena petugas kesehatan yang kelelahan dan terjangan tekanan ekonomi di hampir semua negara yang terpapar corona.

Ironisnya, pemerintah melalui Juru
Bicara Satuan Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, perubahan perilaku masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin sangat penting untuk memutus mata rantai Covid-19.

Lucu, berharap masyarakat disiplin dalam berperilaku menjalankan protokol kesehatan, tapi pemerintah sendiri tidak pernah disipilin dalam menjalankan kebijakannya yang terlanjur dicap oleh masyarakat "mencla-mencle".

Bila berharap masyarakat disiplin, pemerintah juga harus disiplin dengan berbagai kebijakan dan peraturannya. Tunjukkan bahwa pemerintah memang tegas melakukan PAPC-19 di Indonesia yang terus merajalela.

Ini malah sembunyi di balik tangan, membiarakan masyarakat hidup normal untuk perekonomian yang terpuruk, lalu sektor formal dan informal yang memang cukup rawan menjadi klaster  baru malah sengaja dibuka, sebabnya pemerintah memang sejak awal tak serius memberikan bantuan kepada masyarakat. Terlebih, dana triliunan yang telah terpublikasi untuk PAPC-19, malah baru cair jauh dari presentasi yang diharapkan.

Jadi, berharap masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan, pemerintah sendiri tak meneladani.

Lain Indonesia, lain Jerman. Bila, selama ini pemerintah Jerman telah konsisten dan disipilin dalam PAPC-19 di negaranya, rakyat Jerman yang berbeda dengan rakyat +62, terpublikasi di media nasional, Minggu (2/8/2020), ribuan rakyat Jerman malah memprotes dan menolak aturan-aturan protokol kesehatan untuk PAPC-19.

Di Indonesia mana ada rakyat protes? Sebab, memang tak ada yang perlu diprotes dari kebijakan dan peraturan pemerintah pusat yang tidak pernah konsisten. Bila ada masyarakat daerah yang protes, itupun karena tercium aroma, bahwa corona malah dijadikan sarana untuk beberapa pihak mencari "keuntungan".




Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler