x

Satya Bagdja

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 4 Agustus 2020 18:28 WIB

Selamat Jalan Coach Satya Bagdja Ijatna, Akademisi dan Praktisi Sepak Bola Nasional

Bila mau bicara pelatih sepak bola, maka Satya Bagdja saya sebut sebagai acuan pelatih sepak bola nasional yang menguasai intelegensi, personaliti, teknik, dan speed pemain, karena terlahir dari wadah akademisi dan juga praktisi (pemain). Karenanya, semua atlet/pemain sepak bola yang pernah merasakan didikan dan bimbingannya tentu akan sangat kehilangan. Dia sangat mengerti apa yang diperlukan oleh atlet/pemain sepak bola baik laki-laki maupun perempuan. Maka, saat dipercaya sebagai pelatih Timnas perempuan Indonesia pun, almarhum sangat memahami psikologis pemainnya yang berbeda dengan atlet laki-laki. Sikap konsisten dan terukur dalam kapan harus tegas, kapan harus mendekati pemain, sangat nampak dan selalu memberikan solusi terbaik dalam setiap masalah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Sebelumnya, kabar sakitnya coach Satia Bagdja Ijatna, dan kondisinya sedang dalam perawatan memang sudah diketahui baik oleh media massa maupun publik sepak bola nasional.

Namun, semalam, persis pukul 19.02, saya baca di grup wa Indonesia Junior Sooccer League (IJSL) informasi menyoal coach Satia Bagja sedang kritis.

Informasi tersebut pun juga sama terjadi di grup wa SSB Indonesia. Sontak, semua anggota grup langsung memberikan ucapan doa untuk kesembuhan coach Bagja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, begitu pukul 21.04, ternyata ucapannya sudah berubah menjadi doa semoga khusnul khotimah.

Selamat jalan coach Satia Bagdja Ijatna. Saya masih ingat, saat tahun 1987, pernah menerima instruksinya dalam seleksi tim sepak bola IKIP Jakarta (sekarang UNJ).

Saya bangga, atas semua kerja keras beliau, sebab beliaulah satu di antara akademisi dan praktisi pendidikan yang berhasil menembus masuk ke dalam PSSI sejak PSSI berdiri selain Rachmad Darmawan yang juga dari IKIP.

Jejak Satya pun diikuti oleh Nursaelan yang pernah satu program pekerjaan dengan saya di tahun 1994 di suatu tempat dan berhasil menembus ke dalam PSSI sebagai praktisi dan akademisi dan bertugas sebagai asisten pelatih Indra Sjafri.

Kini kabar duka di tengah pandemi corona, menyelimuti sepakbola nasional atas wafatnya Satia Bagdja Ijatna, yang sudah menjabat sebagai pelatih Timnas Putri Indonesia, karena sakit. PSSI pun melalui akun Twitter resminya mengumumkan langsung atas wafatnya Satya pada Senin malam (3/8/2020).

Satia Bagdja wafat dalam usia 60 tahun. "Turut berduka cita atas berpulangnya mantan pelatih Timnas Putri Indonesia, Satia Bagdja Ijatna. Semoga beliau mendapatkan tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT," tulis akun Twitter resmi PSSI.

Sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi sepak bola, keberadaan Satya di PSSI memang sudah menjadi keharusan. Namun, kini beliau sudah tiada, dan belum nampak regenerasi lain selain Nursaelan Santoso.

Setelah berhasil menembus PSSI, Satia Bagdja pun sampai dipercaya menjabat sebagai pelatih Timnas Putri di Asian Games 2018. Meski tak mampu berbuat banyak di ajang tersebut, namun kepemimpinannya meninggalkan kesan baik.

Saya paham betul bagaimana karakter almarhum yang dikenal oleh para atlet/pemain nasional dan para mahasiswanya sebagai dosen, guru, ayah, dan sekaligus pelatih yang patut diteladani.

Bila mau bicara pelatih sepak bola, maka Satya Bagdja saya sebut sebagai acuan pelatih sepak bola nasional yang menguasai intelegensi, personaliti, teknik, dan speed pemain, karena terlahir dari wadah akademisi dan juga praktisi (pemain).

Karenanya, semua atlet/pemain sepak bola yang pernah merasakan didikan dan bimbingannya tentu akan sangat kehilangan.

Dia sangat mengerti apa yang diperlukan oleh atlet/pemain sepak bola baik laki-laki maupun perempuan. Maka, saat dipercaya sebagai pelatih Timnas perempuan Indonesia pun, almarhum sangat memahami psikologis pemainnya yang berbeda dengan atlet laki-laki.

Sikap konsisten dan terukur dalam kapan harus tegas, kapan harus mendekati pemain, sangat nampak dan selalu memberikan solusi terbaik dalam setiap masalah.

Selain sebagai dosen dan perna menjabat sebagai pelatih Timnas Putri, Satya juga pernah menjabat sebagai Asisten Pelatih Persija Jakarta.

Selain itu, sejatinya Rachmad Darmawan adalah salah satu pemain binaanya saat masih menjadi mahasiswanya di IKIP Jakarta, karenanya Satya pun sangat dekat dengan Rachmat dan menjadi Asistennya.

Selamat jalan, akademisi dan praktisi sepak bola nasional, dosen, guru, ayah, pelatih Satia Bagdja Ijatna.

Semoga semua ilmu dan bekal pengalaman dalam didikan dan bimbingannya, yang terus membekas, akan melahirkan regenerasi baru akademisi dan praktisi sepak bola nasional berikutnya. Aamiin. Aamiin. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu