x

who

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 5 Agustus 2020 10:22 WIB

Peringatan WHO Semakin Bikin Cemas

Mengapa WHO terus dianggap menakut-nakuti warga dunia? Mengapa ada pihak dan masyarakat yang hingga saat ini semakin tak percaya kepada WHO akibat dari berbagai pandangan tentang teori konspirasi dalam wabah pandemi corona?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Susah, sudah dikasih fakta dan kenyataannya, corona ada dan terus menyerang, diingatkan malah bilang WHO menakuti karena pikiran konspirasi terlanjur terpatri dipikiran dan hati. Yang terbaik adalah, teori konspirasi terbukti, wabah corona juga terhenti.

Mengapa WHO terus dianggap menakut-nakuti warga dunia? Mengapa ada pihak dan masyarakat yang hingga saat ini semakin tak percaya kepada WHO akibat dari berbagai pandangan tentang teori konspirasi dalam wabah pandemi corona?

Merebaknya virus corona di dunia, banyak bermunculan isu tentang teori konsiprasi terkait virus yang disebut mematikan itu. Karenanya, semakin banyak pihak dan warga masyarakat dunia termasuk Indonesia, banyak  yang mempercayai bahwa vrus corona hanyalah buatan untuk mengambil suatu keuntungan tertentu.

Dari  berbagai teori konspirasi yang mengemuka dan sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat dunia adalah virus corona ini berasal dari laboratorium Wuhan untuk dijadikan sebagai senjata biologis dan teori yang mengatakan bahwa pandemi ini dibuat oleh Pengusaha Bill Gates dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kenyataannya, hingga sekitar delapan bulan berjalan, pandemi ini menyebar ke seluruh dunia, dua teori konspirasi tersebut belum ada yang mampu membuktikan dan menemukan faktanya.

Oleh sebab itu, karena belum ada yang dapat membuktikan teori konspirasi tersebut, World Health Organization  (WHO) justru terus memberikan peringatan dan peringatan kepada negara dan masyarakat dunia tentang perkembangan virus yang mematikan ini.

Bahkan peringatan WHO akhir-akhir ini justru dirasakan semakin bikin cemas dan lebih terkesan menakutkan. Pasalnya, WHO bahkan mengungkapkan bahwa kendati masih terus ada upaya lahirnya vaksin corona, tetapi sikap pesimistisnya, seperti menyatakan corona akan berada di muka bumi masih akan panjang, bertahun-tahun, dan tidak akan pernah ada peluru perak (silver bullet) untuk membunuh corona.

Berikutnya mengungkapkan bahwa jalan menuju normal seperti sedia kala akan berat.

Pernyataan-pernyataan WHO sejatinya bila ditelisik lebih tajam, kalau kondisi corona memang bukan rekayasa atau konspirasi, maka fakta kasus dan kondisinya harus diungkap, tidak boleh ditutup-tutupi. Meski, dengan risiko jadi menakutkan dan menyeramkan bagi warga dunia.

Bayangkan, hingga kini  kasus corona di seluruh belahan dunia sudah tercatat lebih dari 18,14 juta orang yang dilaporkan telah terinfeksi penyakit yang dianggap 'biadab' ini dan tercatat 688.080 orang telah meninggal berdasarkan perhitungan Reuters.

Sehingga, bila WHO terus mengingatkan kondisi yang sebenarnya tentang ancaman corona kepada masyarakat dunia memang menjadi keharusan dan kewajiban.

Terlebih dengan banyaknya negara dan masyarakat dunia yang sudah menderita karena terdampak baik kehidupan ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pendidikan dan lainnya, maka masyarakat di hampir semua negara pun malah sudah memaksakan untuk hidup dalam kondisi normal, sementara kasus corona juga terus meningkat.

Jadi, bila banyak warga masyarakat dunia yang menganggap WHO terus dianggap menakut-nakuti warga dunia, juga kurang tepat.

Semisal kasus di Indonesia, bila corona dianggap rekayasa dan konspirasi, kok kasusnya malah terus meningkat dan belum ada juga yang dapat membuktikan corona buah dari konspirasi.

Malah munculnya kasus-kasus hoaks menyangkut corona, para penyebarnya pun sudah ada yang ditangani polisi dan ada yang baru diperiksa polisi.

Bila saat ini di manca negara warganya berdemo untuk menolak aturan protokol kesehatan karena mereka sudah lelah dan menderita, di Indonesia, masyarakatnya malah sudah abai sejak awal hadirnya corona.

Untuk itu, bila Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Kepala urusan kedaruratan WHO Mike Ryan mendesak semua negara untuk secara ketat menegakkan langkah-langkah kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan, mencuci tangan dan rutin melakukan pengecekan virus seperti dilansir dari Reuters, Senin (3/8/2020) menjadi benar dan tepat.

Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh WHO, tentu tidak bermaksud menakut-nakuti atau menyeram-seramkan kisah corona.

Tapi mau bagaimana lagi, semakin lama pandemi ini menjamur, semakin banyak kasus, tapi kehidupan warga masyarakat dunia juga semakin susah dan menderita. Makanya, kini antara corona dan masalah ekonomi memang menjadi dua sisi mata uang. Dua sisi tersebut sama-sama penting dan memang tak ada yang bisa saling dikalahkan atau dinomorduakan.

Kendati demikian, bila nyawa seseorang telah melayang karena corona, tak akan ada lagi kesempatan untuk menghidupkan. Namun, ekonomi dan lainnya yang terpuruk karena corona, suatu saat akan kembali dapat dibangkitkan, meski wabah tak diketahui akan sampai kapan.

Mungkin akan lebih tepat bila pandangan warga dunia kepada WHO adalah mendukung apa yang menjadi peringatannya, lalu mematuhi protokol kesehatan, selama teori konspirasi belum terbukti.

Bila masyarakat mau kehidupan normal, tapi tetap tak taat protokol kesehatan karena corona terus bertahan dan menyerang, maka upaya menghentikan corona beredar akan sia-sia.

Susah, sudah dikasih fakta dan kenyataannya, corona ada dan terus menyerang, diingatkan malah bilang WHO menakuti karena pikiran konspirasi terlanjur terpatri dipikiran dan hati.



Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB