x

Jokowi

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Sabtu, 15 Agustus 2020 17:20 WIB

Aspal Buton Butuh Sentuhan Pak Jokowi

Sudah layakkah Pak Jokowi disebut sebagai “Bapak Infrastruktur Indonesia”? Tentunya hal ini masih menjadi bahan perdebatan. Banyak orang yang pro dan kontra. Untuk itu perlu adanya sesuatu penilaian tambahan yang sangat luar biasa dan sangat istimewa. Sebuah pencapaian mendunia yang belum mampu dilaksanakan oleh para mantan Presiden-presiden Indonesia lainnya, sebelum pak Jokowi. Apakah itu? Sesuatu yang sangat bermanfaat bagi Bangsa dan Negara Indonesia itu bernama Aspal Buton. Aspal Buton adalah harta karun yang terpendam karunia Allah SWT yang maha besar bagi rakyat Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bapak Joko Widodo atau yang lebih akrab dipanggil Pak Jokowi, pertama kali dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7 pada tahun 2014. Sekarang ini merupakan tahun perioda ke dua pemerintahan Pak Jokowi sampai tahun 2024. Sudah banyak pencapaian selama pemerintahan Pak Jokowi, khususnya dalam bidang pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia. Hal ini sangat membanggakan dan perlu diacungkan jempol.

Sudah layakkah Pak Jokowi sekarang disebut sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia”? Tentunya hal ini masih menjadi bahan perdebatan. Banyak orang yang pro dan kontra. Untuk itu perlu adanya sesuatu penilaian tambahan yang sangat luar biasa dan sangat istimewa. Sebuah pencapaian mendunia yang belum mampu dilaksanakan oleh para mantan Presiden-presiden Indonesia lainnya, sebelum pak Jokowi. Apakah itu? Sesuatu yang sangat bermanfaat bagi Bangsa dan Negara Indonesia itu bernama Aspal Buton. Aspal Buton adalah harta karun yang terpendam, karunia Allah SWT yang maha besar bagi rakyat Indonesia.

Aspal Buton adalah aset bangsa yang terabaikan selama 75 tahun Indonesia merdeka. Pak Jokowi sudah melirik potensi aspal Buton yang sangat luar biasa besarnya ini untuk mensubstitusi aspal impor sejak tahun 2015. Tetapi sangat disayangkan, oleh karena adanya wabah pandemi Covid-19 sekarang ini, fokus pak Jokowi terpaksa harus beralih. Perhatian pak Jokowi sekarang tertuju kepada bagaimana mengatasi krisis akibat wabah pandemi Covid-19 secara cepat dan lebih efektif. Sudah pasti masalah kesehatan dan ekonomi harus menjadi prioritas pertama dan utama yang wajib dipertaruhkan oleh Pak Jokowi sebagai seorang Presiden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aspal Buton sebenarnya merupakan sebuah tantangan yang mudah, tetapi sekaligus juga sulit. Tetapi kalau memang mudah, mengapa sudah 75 tahun Indonesia merdeka, pemerintah masih belum juga mampu untuk memanfaatkan aspal Buton untuk menyejahterakan rakyat Indonesia? Dan kalau memang sulit, dimana letak faktor kesulitannya, sehingga pemerintah masih belum juga mampu mengatasinya? Masalah aspal Buton sejatinya bukan masalah tehnis. Tetapi masalah aspal Buton kenyataannya adalah masalah non tehnis. Oleh karena itu Pak Jokowi harus bijak sebagai seorang Presiden yang memimpin 260 juta orang untuk menyelesaikan masalah aspal Buton ini secara holistik demi kepentingan rakyat Indonesia.

Permasalahan yang muncul di dalam kehidupan masyarakat Indonesia semakin hari semakin kompleks. Perkembangan teknologi, politik, ekonomi, hukum, dan kehidupan sosial masyarakat seakan berjalan sebagai sesuatu yang terpisah. Cara berpikir holistik melibatkan pendekatan multidisiplin berbasis kearifan lokal. Intinya berpikir holistik itu harus mempertimbangkan segala macam kemungkinan dari berbagai aspek, dan perspektif. Berpikir holistik itu antara lain adalah berpikir secara bagaimana rakyat berpikir. Rakyat mempertanyakan kepada pak Jokowi: “Mengapa sudah 75 tahun Indonesia Merdeka. Tetapi aspal Buton masih belum juga mampu mensubstitusi aspal impor? Mengapa harus begitu lama?”.

Apakah pak Jokowi sudah pernah menanyakan pertanyaan yang sama ini kepada para menteri pak Jokowi? Pak Jokowi sendiri sudah pernah mengingatkan kepada para menterinya bahwa mereka harus memiliki sense of crisis dalam suasana krisis akibat wabah pandemi Covid-19 ini. Tetapi kelihatannya para menteri selama ini masih bekerja secara biasa-biasa saja. Seolah-olah mengimpor aspal 1 juta ton per tahun selama 40 tahun itu adalah peristiwa yang lumrah, dan biasa-biasa saja. Sehingga dengan demikian kebergantungan Indonesia terhadap aspal impor sampai sekarang masih sangat besar sekali. Berapapun harga aspal impor pasti akan dibeli. Karena pak Jokowi sendiri membutuhkan sangat banyak sekali aspal untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia.

Sekarang setelah kita tahu dengan pasti bahwa akar permasalahan yang sebenarnya mengapa aspal Buton sudah 75 tahun Indonesia merdeka, tetapi masih belum juga mampu mensubstitusi aspal impor adalah karena selama ini tidak adanya sense of crisis dari para menteri pak Jokowi, maka what next? Tentunya pak Jokowi tidak akan tinggal diam saja. Pak Jokowi harus segera mengadakan rapat paripurna untuk membicarakan isu “Indonesia sudah merdeka selama 75 tahun. Tetapi mengapa aspal Buton masih belum juga mampu mensubstitusi aspal impor?”.

Pak Jokowi tidak perlu ikut campur dalam memikirkan bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi pak Jokowi cukup dengan memberikan sentuhan sense of crisis kepada para menterinya bahwa kita harus membuat sejarah baru. Aspal Buton di masa pemerintahan pak Jokowi harus mampu mensubstitusi aspal impor. Aspal Buton harus dapat menjadi salah satu solusi jitu untuk Indonesia keluar dari masalah krisis ekonomi yang parah akibat wabah pandemi Covid-19 ini. Aspal Buton ini harus dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Sekaranglah waktunya yang paling tepat. Atau tidak akan pernah sama sekali?

Kalau para menteri sudah benar-benar paham mengenai apa makna sense of crisis seperti apa yang diinginkan oleh pak Jokowi, maka langkah-langkah selanjutnya akan jauh lebih mudah. Karena yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah aspal Buton ini hanyalah adanya kemauan politik dari pemerintah. Iya betul sekali. Hanya itu saja. Pemerintah harus memiliki sense of crisis mengenai adanya kemauan politik untuk memanfaatkan aspal Buton guna mensubstitusi aspal impor. That’s it. Hanya semudah membalikkan telapak tangan. Mengapa pemerintah harus memerlukan waktu 75 tahun untuk menyelesaikan masalah aspal Buton yang semudah itu? Sedangkan pak Jokowi mampu menyelesaikannya hanya dengan sentuhan sense of crisis dalam sekejab saja. Itulah hebatnya pak Jokowi yang cerdas menangkap inti sari permasalahan aspal Buton ini secara holistik dengan menggunakan perspektif pemikiran rakyat. Kalau memang mudah, mengapa harus dipersulit?.

Sejarah akan selalu dikenang orang sepanjang masa. Dan cerita akan segera dilupakan orang, begitu ada cerita yang baru. Oleh karena itu aspal Buton jangan sampai hanya dijadikan sebagai bahan cerita saja, seperti apa yang telah dilakukan selama ini. Tetapi aspal Buton harus dapat dijadikan sebagai sebuah sejarah bangsa. Pak Jokowi harus menginstruksikan kepada para menterinya untuk menggunakan aspal Buton untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan di Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan Timur. Sehingga dengan demikian cucu-cucu dan cicit-cicit kita nanti yang akan menjadi saksi sejarah bahwa aspal Buton sudah digunakan untuk mensubstitusi aspal impor.

Sudah layakkah Pak Jokowi nanti disebut sebagai “Bapak Infrastruktur Indonesia”, setelah aspal Buton mampu mensubstitusi aspal impor? Tentunya masih ada orang yang pro dan kontra. Tetapi sudah tidak akan ada perdebatan lagi. Yakinlah, bahwa nanti akan jauh lebih banyak orang yang pro daripada yang kontra. Biarkanlah cucu-cucu dan cicit-cicit kita nanti yang akan menikmati mulusnya jalan-jalan aspal Buton di Ibu Kota Negara Baru, dan jalan-jalan di seluruh Indonesia. Hanya dengan sentuhan sense of crisis dalam sekejab, pak Jokowi mampu menjadikan aspal Buton sebagai sebuah sejarah baru untuk dikenang oleh generasi penerus bangsa sepanjang masa.

Pak Jokowi. Let’s make history. Not stories.

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler