x

perjuangan kaum perempuan

Iklan

Rusmin Sopian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 16 Agustus 2020 06:14 WIB

Wanita-Wanita Perkasa dan Inspirator Pembangunan

Dewasa ini peran wanita terus berjalan sesuai dengan dinamika pembangunan. Wanita Indonesia kini dengan warisan dari para pendahulunya terus mengambil peran dalam pembangunan, baik di daerah maupun di tingkat nasional. Wanita telah menunjukan perannya dalam segala sektor pembangunan. Wanita dengan peran ganda yang dimilikinya, apakah sebagai sorang istri dan Ibu dari buah hatinya serta yang meniti diri pada karier terus mewarnai pembangunan negeri ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di sebuah Desa yang bernama Mayong, di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 lahir seorang seorang bayi yang bernama Kartini. Putri dari Asisten Wedana Mayong.

Sejak bayi, Kartini telah merasakan perlakukan diskriminatif. Sebagai putri yang lahir dari seorang selir, Kartini lahir di rumah kecil di bagian belakang rumah Asisten Wedana. Sejak kecil pula, Kartini sudah merasakan adanya diskriminasi yang dialami ibunya sebagai selir. Ibunya harus bersaing dengan istri utama Ayahnya, yang memang masih tergolong kaum ningrat. Dan semenjak kecil, Kartini diasuh oleh Mbah Rami.

Berbekal keturunan ningrat yang disandangnya, Kartini bisa mengecap pendidikan dan bersahabat dengan teman-teman Belanda, kendati hanya sampai sekolah dasar (SD).
Kartini harus merasakan pedihnya putus sekolah, karena pada usia 12 tahun, beliau harus dipingit. Jiwanya yang terus berkobar untuk menuntut ilmu, membuatnya terus berusaha untuk menimba, mencari pengetahuan dan memuncratkan semangat untuk terus belajar agar sederajat dengan kaum pria.

Kendati Raden Mas Ario Sosrodiningrat begitu menyanyangi putrinya. Namun tradisi, tak kuasa ditentangnya. Asisten Wedana ini terpaksa menikahkan putri kesayangannya dengan Bupati Rembang Djojo Hadiningrat yang usianya sebaya dengan dirinya.
Sebagai seorang istri Bupati, Kartini berusaha untuk memberikan pengetahuan dan ilmu kepada kaumnya. Kartini membuka sekolah sederhana. Kepada para muridnya yang kebanyakan kaum perempuan, Kartini mengajarkan berbagai pengetahuan. Kesibukannya sebagai istri Bupati tak menyurutkan langkah Kartini untuk mencerdaskan kaumnya agar sejajar dengan kaum Adam.

Sejarah juga telah menulis, bagaimana seorang wanita dari Tanah Sunda Dewi Sartika berusaha untuk ikut mencerdaskan kaumnya kendati dalam kondisi yang sangat minim. Keminimalan tak menyurutkan langkahnya untuk ikut mencerdaskan kaumnya.

Kita juga telah membaca dan mengetahui, bagaimana 'garangnya' Cut Nyak Dien dalam mengusir penjajah dari Tanah Rencong. Kendati perempuan, tak menyurutkan langkahnya untuk ikut berjuang mengusir penjajah dari negerinya tercinta.

Di negeri Serumpun Sebalai Ini, kita telah tahu, bagaimana dukungan yang diberikan Dakim (Ibunda Depati Amir) kepada anaknya untuk terus berjuang mengusir Belanda dari Negeri ini. Kendati harus hidup bergerilya, Dakim bersama dengan saudara Depati Amir lainnya Ipah dan Sena, serta Janur (istri Depati Amir) terus mengobarkan semangat dan memberi energi kepada Depati Amir dalam mengusir penjajah dari tanah kelahirannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita juga mengenal Ibu Negara pertama yang ikut menjahitkan bendera Merah Putih sebagai bentuk dukungannya pada bangsa ini untuk merdeka dan lepas dari cengkaraman tangan penjajah.

Dewasa ini peran wanita terus berjalan sesuai dengan dinamika pembangunan. Wanita Indonesia kini dengan warisan dari para pendahulunya terus mengambil peran dalam pembangunan, baik di daerah maupun di tingkat nasional. Wanita telah menunjukan perannya dalam segala sektor pembangunan. Wanita dengan peran ganda yang dimilikinya, apakah sebagai sorang istri dan Ibu dari buah hatinya serta yang meniti diri pada karier terus mewarnai pembangunan negeri ini.

Kini kita dapat menjumpai seorang wanita memegang peranan dalam  sektor pemerintahan. Apakah sebagai Presiden, Ketua DPR, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan Ketua DPRD. Beberapa wanita Indonesia, kita dengar sering bersuara lantang di forum DPR, DPRD baik tingkat provinsi maupun Kabupaten. Di daerah, sejumlah wanita dengan kemampuannya mampu memegang amanah sebagai Kepala Dinas, Kepala Biro, Kabag, Camat, bahkan Lurah.

Kita tentu sangat memberikan apresiasi yang luar biasa kepada sejumlah petinggi daerah yang telah memberikan penghargaan yang tinggi terhadap wanita sesuai kemampuan ilmu  yang dimilikinya untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam pembangunan daerah.Tentunya sesuai dengan apa yang diperjuangkan oleh para wanita-wanita perkasa pendahulu mereka.

Kita tentu sangat berharap banyak, para wanita yang memegang amanah di daerah ini mampu menunjukan apa yang menjadi cita-cita para wanita-wanita perkasa Indonesia. Para wanita ini mampu mengaplikasikan cita-cita para pendahulunya untuk ikut memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan Bangsa ini.

Disisi lain peran ganda yang dilakoni para wanita ini mampu mewarnai kehidupan negeri ini dengan ikut memberikan pengetahuan kepada para anaknya dalam menyongsong masa depan yang cermerlang dan indah. Bukan cuma dengan pengetahuan semata, tapi juga dengan IMTAQ.

Kita sangat berharap kepada para wanita, mampu memberikan pencerdasan dan pencerahan kepada para putra/putrinya dengan pengetahuan. Mendidik anaknya dengan naluri keibuannya. Sekaligus mampu memberikan warna, bahwa ilmu pengetahuan merupakan bekal untuk menghadapi masa depan yang makin kompetitif dan sarat persaingan. Membangun peradaban.

Kita tentunya sangat menginginkan kepada para istri yang suaminya diberikan amanah untuk memegang jabatan, untuk turut melestarikan cita-cita para wanita-wanita perkasa dan meneruskan perjuangannya. Ikut mendidik putra/putinya serta masyarakat sekitarnya dengan ikut memberikan pemahaman yang bermuara kepada upaya pencerdasan masyarakat dalam menghadapi kehidupan dan tantangan ke depan. Bukan justru merecoki suaminya dengan energi yang bersifat kemewahan duniawi semata yang justru akan meruntuhkan kewibawaan suaminya sebagai pejabat negeri.

Pada sisi lain, kita kerap menyaksikan adanya kekerasan yang terjadi terhadap wanita. Pengingkaran atas hak-hak wanita acapkali berlangsung dan terjadi. Banyak para wanita menjadi korban keflamboyanan. Aksi- aksi kekerasan ini tentunya sangat bertentangan dengan nilai-nilai perjuangan yang diperjuangkan para wanita-wanita perkasa. Berapa besar sumbangan yang diberikan para pekerja wanita kita di negeri seberang dalam pembangunan kita. Ironisnya, penyumbang devisa ini kerapkali menerima perlakuan tak istimewa tanpa perlindungan yang istimewa dan amat berarti dari negara terhadap para pahlawan devisa ini.

Wanita Indonesia sudah saatnya menunjukan jatidiri dan identitas diri sebagai penopang kehidupan dan kontributor pembangunan negeri. Perjuangan wanita Indonesia dalam memberikan kontribusi bagi bangsa tak terhitung dengan jari.Walaupun untuk meraih itu, tetesan darah harus dilelehkan. Namun sungguh sangat disayangkan perlakuan tak istimewa sesuai kodrat dan harkat wanita kadang masih dialami wanita.

Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, atapun Dakim serta beribu wanita perkasa Indonesia lainnya telah mendahului kita. Namun semangat mareka tak pernah luntur dari hati dan menjadi pelita kehidupan bangsa. Perjuangan nan gigih dan berani dari mareka telah menorehkan tinta emas pada peradaban bangsa ini. Wanita memang, harus diakui telah banyak menanamkan saham untuk membangun negeri ini dan mencerdaskan bangsa. Tetesan ASI yang para wanita berikan telah membuat bangsa, daerah dan negeri ini menjadi berenergi dan berperadaban mulia.

Wahai wanita Indonesia nan perkasa. Anakmu menunggu karya besarmu untuk membangun negeri ini.
 
Toboali, Agustus 2020

Ikuti tulisan menarik Rusmin Sopian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler