x

klaster corona di sepak bola

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 27 Agustus 2020 10:39 WIB

Klaster Corona di Sekolah Sepak Bola Jepang, Muncul

Kekawatiran "perkumpulan/sekolah/akademi/diklat" sepak bola akan menjadi klaster baru penyebaran corona, akhirnya terbukti. Meski klaster baru di sekolah sepak bola ini terjadi bukan di Indonesia, namun masyarakat Indonesia khususnya penggiat sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) yang sudah aktif turun lapangan membuka latihan dan pertandingan sepak bola, wajib waspada.Sebab, tim sepak bola sebuah SMA menjadi klaster baru virus corona (COVID-19) di Jepang. Diketahui, 91 anggota tim tersebut dilaporkan positif corona meski tidak memiliki gejala atau hanya menderita gejala ringan penyakit pernafasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kekawatiran "perkumpulan/sekolah/akademi/diklat" sepak bola akan menjadi klaster baru penyebaran corona, akhirnya terbukti. Meski klaster baru di sekolah sepak bola ini terjadi bukan di Indonesia, namun masyarakat Indonesia khususnya penggiat sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) yang sudah aktif turun lapangan membuka latihan dan pertandingan sepak bola, wajib waspada.Sebab, tim sepak bola sebuah SMA menjadi klaster baru virus corona (Covid-19) di Jepang. Diketahui, 91 anggota tim tersebut dilaporkan positif corona meski tidak memiliki gejala atau hanya menderita gejala ringan penyakit pernafasan.

Kejadian klaster sekolah sepak bola di Jepang ini mirip dengan kejadian klaster corona di sekolah formal yang belajar tatap muka di Finlandia, Prancis, Inggris, Korea Selatan dll. Dan, ternyata diikuti oleh klaster sekolah formal di beberapa daeray Indonesia, karena tetap nekad dan bandel membuka sekolah tatap muka.

Kini, dengan adanya contoh klaster corona di sekolah sepak bola di Jepang, maka penggiat sepak bola di Indonesia baik di akar rumput maupun klub di tengah masyarakat, benar-bebar tidak boleh menyepelekan contoh kasus ini. Terlebih semua yang terpapar dan kasus positif tersebut nampak sehat dan tak ada gejala.

Ironisnya, Covid-19 yang terus berpandemi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia yang setiap hari kini justru bertambah kasus positif dengan rata-rata dua ribuan kasus, nyatanya tak menyurutkan langkah masyarakat untuk tetap beraktivitas secara normal.

Dalam aktivitas yang sekarang sudah sangat terlihat normal, meski tetap ada peraturan ketat protokol kesehatan dan ancaman hukuman/dendanya, tetap saja masih banyak masyarakat yang abai tak menggunakan masker, tak cuci tangan, dan tak jaga jarak.

Hampir di semua sektor kehidupan, kini sudah mencoba kembali dalam kehidupan normal. Maka, tak heran bila kasus positif dan klaster penularan corona terus berkembang biak. Dalam kondisi seperti sekarang, nampaknya Pemerintah Indonesia di bawah Jokowi seperti nampak "pasrah". Segala angkutan umum, darat, laut, udara pun sudah "terbuka" dan seperti normal. Pasar, mal, dan pusat keramaian pun dibuka, termasuk tempat wisata. Lalu, masyarakat juga sudah sangat bebas kembali bermain sepak bola.SSB/Akdemi/Diklat/Klub, dll, semuanya sudah aktif berlatih dan bertanding, meski PSSI sendiri baru akan menggulirkan Liga 1 dan 2 pada bulan Oktober.

Karenanya, adanya tim sepak bola sebuah SMA menjadi klaster baru virus corona (Covid-19) di Jepang, wajib menjadi perhatian dan catatan.

Meski Jepang saat ini masih harus bekerja keras untuk lolos dari ancaman gelombang kedua virus corona (Covid-19), setelah dicabutnya status darurat nasional sejumlah klaster baru mulai bermunculan. Ini sama persis dengan di Indonesia.

Klaster baru pun ditemukan mulai dari kantor hingga sekolah di Jepang, termasuk ditemukannya  91 orang di sebuah SMA di Prefektur Shimane yang tergabung dalam tim sepak bola, dinyatakan positif Covid-19.

Menurut pemerintah setempat, dari total 99 orang yang positif, 88 di antaranya merupakan anggota tim sepak bola SMA Rissho Shonan di Kota Matsue dan 82 di antaranya tinggal di asrama yang sama.

Tim ini juga dikabarkan sempat bermain di luar prefektur pada akhir Juli lalu, Dan, akhirmya membuat kekhawatiran akan meluasnya penyebaran virus semakin besar. Hal ini dilansir dari Japan Today, klaster tersebut mulai terdeteksi pada 3 hari libur di minggu lalu hingga hari Senin (10/8).

Perlu diketahui oleh publik dan masyarakat Indonesia, di Jepang tidak ada Sekolah Sepak Bola (SSB) macam di Indonesia. Justru sepak bola akar rumput selain dibina langsung oleh Klub besar, juga dibina di sekolah-sekolah formal. Jadi, klaster corona yang menimpa tim sepak bola di Jepang, tak beda jauh dengan kelompok sepak bola semacam SSB/Akademi/Diklat/Klub di Indonesia.

Yang wajib menjadi perhatian adalah, seluruh 91 orang/siswa yang dilaporkan positif corona, tidak memiliki gejala atau hanya menderita gejala ringan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus mematikan tersebut.

Selain para anggota klub sepak bola, dua orang guru yang terlibat dalam tim tersebut serta seorang atlet basebal di sekolah yang memiliki total 350 murid dan staf, terbukti terinfeksi positif COVID-19. Kasus pertamanya sendiri ditemukan menjangkiti seorang pemain sepak bola dan telah dikonfirmasi pada Sabtu (8/8) lalu.

Jadi, berdasarkan informasi tersebut, klaster ini terjadi di sebuah sekolah semacam Diklat Sepak Bola di Indonesia. Sebab, tim sepak bola SMA tersebut memang dianggap sebagai salah satu tim terbaik di Prefektur Shimane dan telah melakukan beberapa pertandingan latihan melawan tim di area barat Jepang, tepatnya di Osaka, Tottori, dan Kagawa pada akhir Juli lalu.

Selain menjangkiti siswa, corona juga menular kepada seorang yang berusia 70 tahun karena mengunjungi asrama tersebut bersama 3 orang anggota keluarganya yang juga diketahui positif terjangkit virus corona.

Akibat kondisi ini, pemerintah setempat pun telah bertindak bahwa para murid dan guru yang terinfeksi telah dilarikan ke rumah sakit atau diisolasi di asrama tersebut.

"Kami mohon maaf sedalam-dalamnya karena telah menimbulkan kekhwatiran dan masalah,” ujar Naoki Kitamura, kepala sekolah SMA tersebut, Selasa (11/8).

Atas kejadian ini, Gubernur Shimane, Tatsuya Maruyama, juga telah melakukan tindakan dengan menyelidiki berapa jumlah anggota yang berpartisipasi dalam pertandingan tersebut untuk menelusuri jejak kemungkinan infeksi lain. Jika ada kemungkinan penyebaran virus, meski seakan sepele, harus dipastikan semua orang yang terlibat, mengikuti tes, dan akan menelusuri jejak infeksi itu secara menyeluruh.

Waspada sepak bola Indonesia

Bagi penggiat sepak bola di Indonesia, adanya klaster sepak bola di Jepang, jangan pernah dianggap sepele. Terlebih, seluruh siswa/pemain yang positif corona tak memiliki gejala dan nampak sehat saja.

Bahayanya, bila ini terjadi di SSB/Akademi/Diklat/Klub sepak bola Indonesia, para siswa/pemain/pelatih/pembina/ofisial yang nampak sehat-sehat saja dan ternyata sebenarnya positif corona, akan sangat berbahaya menularkan virus kepada keluarganya di rumah, kepada saudaranya, kepada masyarakat luas.

Bagi pesepak bola karena imunnya kuat, maka meski positif namun tanpa gejala, namun bila akhirnya menyebarkan virus corona ke keluarga misalnya, yang imunitasya berbeda misalnya ke ayah dan ibunya atau adik kecilnya dll, tentu akan berdampak menjadi klaster-kalster baru yang sulit diputus mata rantai penyebarannya.

Untuk itu, klaster corona tim sepak bola di Jepang, benar-benar wajib menjadi perhatian oleh seluruh penggiat sepak bola akar rumput dan klub di Indonesia.

Sekali lagi, seluruh yang positif corona, karena sebagai pemain sepak bola, semua yang terjangkit di Jepang, tanpa ada gejala, dan nampak sehat-sehat saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler