Peristiwa semburan gas bercampur lumpur di Kabupaten Blora, Kamis, 27/08, kemarin menarik perhatian khalayak. Rekeman video peristiwa itu beredar cepat di dunia maya dan menimbulkan berbagai spekulasi. Sebenarnya apakah penyebab semburan lumpur Blora, yang persisnya terjadi di Kesongo, kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, itu?
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jawa Timur Handoko Teguh Wibowo mengatakan semburan gas itu adalah adalah fenomena gunung api lumpur atau mud volcano. Kepada Kompas.com yang mewawancarainya dia menerangkan mud volcano adalah fenomena ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti metana. Ekstrusi Ini adalah aktivitas gerakan cairan untuk mencapai permukaan melewati celah-celah batuan.
Suhu semburan lumpur Blora ini sesuai suhu kamar, jadi tidak setinggi magma yang keluar dari gunung berapi. Material yang terlontar pun berupa butiran halus yang tersuspensi dalam cairan, seperti air atau hidrokarbon.
Gas yang diproduksi gunung api lumpur umumnya metana dengan sedikit kandungan karbondioksida dan nitrogen. "Material yang keluar fluida berwujud lumpur dengan komposisi berupa gas, air dan padatan," kata Handoko.
"Ini yang paling tinggi semburannya dan keras suara dentumannya. Pertama semburan hingga belasan meter dan kemudian mereda," kata Parsidi.
Erupsi mud volcano seperti ini jamak ditemui di Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang dan beberapa kabupaten di Jatim (zona Kendeng). Adapun Kawasan Kesongo berupa hamparan tanah luas. Diketahui di sini memang kadang muncul semburan lumpur menyerupai fenomena Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.
Kompleks Oro-Oro Kesongo yang berada di wilayah Perhutani ini sering didatangi warga dari luar daerah untuk kepentingan tertentu. Lahan kosong yang masuk kawasan hutan negara itu, totalnya seluas 119,1 hektare berupa padang/gunungan lumpur, rumput, rawa, dan sudah ratusan tahun dalam kondisi kosong (tidak berpoduksi).
Akibat semburan lumpur Blora itu belasan kerbau dilaporkan hilang dan kini dalam penyelidikan polisi. "Hinga kini, kami belum bisa memastikan kerbau yang hilang tersebut benar-benar masuk lokasi semburan lumpur atau lari dan masih hidup," kata Kepala Kepolisian Sektor Jati, Polres Blora, Ajun Komisaris Bajuri, seperti dilaporkan Tempo.co.
Kronologi peristiwanya, pada Kamis sekitar Pukul 05.00 WIB, Warno, pemilik belasan kerbau mengeluarkan ternaknya dari kandang untuk digembalakan. Mereka menunju lokasi yang selama ini memang menjadi padang penggembalaan, tak jauh dari kandang. Tiba-tiba, muncul semburan lumpur.
Menurut Bajuri, semburan lumpur Blora berlangsung mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 06.30 WIB.
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.