x

Iklan

Sri Kunthhi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Agustus 2020

Minggu, 30 Agustus 2020 05:54 WIB

Baik TKI atau TKA, Sama-sama Kelas Pekerja!

Resistensi atau perlawanan terhadap TKA di Indonesia adalah sebuah tanda bahwa pembenci tenaga kerja asing tersebut sama sekali tidak mencerminkan solidaritas bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri. Ironis, ketika TKI mengumpulkan pundi-pundi devisa untuk negara, pekerja lokal di Indonesia sibuk berdemo demi resistensi pekerja asing di Indonesia. Padahal, mayoritas dan minoritas ini sama-sama berada di kelas pekerja. Kenapa harus bermusuhan? Coba sekali-kali buka hati dan berikan secuil solidaritas. Ingat, tak kenal maka tak sayang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kehadiran tenaga kerja asing tak bisa dipungkiri turut membantu pembangunan & gerak ekonomi sebuah negara, tak terkecuali Indonesia. Sangat mengherankan jika keadaan ini memicu sentimen anti pekerja asing di Indonesia. Sejujurnya, hembusan isu serbuan pekerja asing di Indonesia menyeruak tanpa disertai fakta-fakta akurat di lapangan. Isu ini menandakan resistensi pada kehadiran pekerja asing yang sebenarnya secara kuantitas tidak terlalu banyak. 

Dalam perhitungan kuantitas, jumlah pekerja lokal Indonesia lebih banyak ketimbang pekerja asing yang bekerja di Indonesia. Salah satu contohnya adalah di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Dapat dikatakan, pemerintah masih menjadikan pekerja lokal sebagai mayoritas yang mengisi lapangan kerja di Tanah Air. Sedangkan, tenaga kerja asing jumlahnya lebih sedikit karena bertugas sebagai tenaga ahli yang diharapkan memberikan transfer of knowledge. 

Menurut Schwingenschlögl (2007), dalam kehidupan bermasyarakat, hampir di mana ada mayoritas, kondisi yang ditemui adalah minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering mengalami penderitaan. Hal ini dikarenakan tekanan oleh pihak mayoritas. Sederhananya, kelompok dominan cenderung mempertahankan posisinya. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong mayoritas untuk melakukan penindasan dan menyia-nyiakan potensi produktif dari kaum minoritas (Griffiths, 2006).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inilah hal miris yang terjadi di dunia buruh di Indonesia. Karena berada di pihak mayoritas, pekerja tenaga lokal seringkali melakukan penentangan yang disuarakan melalui serikat pekerja. Mulai dari mogok kerja hingga demonstrasi yang tak jarang berakhir ricuh. Hal ini patut dipertanyakan karena prinsirp dasar serikat pekerja adalah solidaritas sesama pekerja, baik lokal maupun internasional. Dari posisi ini, kesejatian mereka sebagai kaum unionis yang genuine patut dipertanyakan kembali. 

Resistensi atau perlawanan terhadap TKA di Indonesia adalah sebuah tanda bahwa pembenci tenaga kerja asing tersebut sama sekali tidak mencerminkan solidaritas bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri. Ironis, ketika TKI mengumpulkan pundi-pundi devisa untuk negara, pekerja lokal di Indonesia sibuk berdemo demi resistensi pekerja asing di Indonesia. Padahal, mayoritas dan minoritas ini sama-sama berada di kelas pekerja. Kenapa harus bermusuhan? Coba sekali-kali buka hati dan berikan secuil solidaritas. Ingat, tak kenal maka tak sayang. 

Ikuti tulisan menarik Sri Kunthhi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB