x

Iklan

Dita Melani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Maret 2020

Jumat, 4 September 2020 17:38 WIB

Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi

Artikel ini berisi berbagai macam kegiatan positif yang dapat dilakukan selama pandemi Ccovid-19. Bagaimanakah caranya menjaga kondisi kesehatan mental selama wabah virus corona? Sebab melakukan physical distancing dan karantina mandiri tetap memiliki berbagai resiko. Salah satu tip, menjaga jarak secara fisik bukan berarti sosialisasi juga dibatasi. Tetap melakukan komunikasi dengan orang-orang yang kita sayangi juga dapat menjadi salah satu solusi untuk terhindar dari kecemasan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Mental dan Upaya Pencegahannnya

oleh

Dita Melani

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

            Pandemi virus corona sedang menjadi perbincangan hangat bagi kalangan masyarakat di seluruh dunia. Kejadian pandemi bukanlah hal baru yang terjadi di dunia, akan tetapi pandemi kali ini berbeda dengan wabah-wabah yang pernah terjadi sebelumnya. Kejadian pandemi kali ini dapat dikatakan berbeda karena penyebaran virus ini sangat cepat. Virus corona dapat menyebar melalui droplets yakni cairan yang keluar ketika penderita bersin dan batuk. Virus ini juga dapat bertahan di udara dan benda padat. Hal ini menjadikan penyebaran virus corona menjadi semakin mudah.

            Untuk meminimalisir penyebaran virus corona, badan WHO menyarankan untuk melakukan physical distancing atau menjaga jarak secara fisik. Jarak yang efektif diterapkan adalah lebih dari satu meter dengan orang lain yang ada di sekitar. Sedangkan para ahli kesehatan menyarankan jarak yang aman adalah sekitar dua meter. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan virus melalui droplets.

            Penerapan physical distancing berakibat pada keberlangsungan aktifitas keseharian manusia. Untuk menerapkan hal tersebut, beberapa instansi perusahaan menetapkan kebijakan WFH (work from home) bagi para pekerjanya. Sedangkan untuk para pelajar, pemerintah menetapkan peraturan bahwa para pelajar harus belajar secara online dari rumah. Pelajaran dapat dilaksanakan melalui berbagai platform media sosial, seperti google meet, google classroom, dan cisco webex.

            Penerapan WFH dan pembelajaran secara online bertujuan untuk mengurangi intensitas aktivitas di luar ruangan dan menghindari adanya kerumunan. Hal ini dapat diartikan juga sebagai kebijakan bahwa masyarakat diharuskan untuk melakukan karantina mandiri di rumah mereka masing-masing. Masyarakat sangat dihimbau untuk tidak pergi keluar rumah apabila tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Orang-orang tidak lagi dapat leluasa untuk pergi ke berbagai tempat seperti biasanya dan mereka harus mulai terbiasa dengan kondisi ini.

            Dampak adanya physical distancing tidak hanya sebatas menjaga jarak, tetapi merebak ke berbagai hal. Intensitas kegiatan ekonomi menjadi menurun karena masyarakat yang tadinya senang untuk berbelanja karena keinginannya, kali ini dibatasi dengan hanya berbelanja sesuai kebutuhannya dan mereka juga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hedonisme. Selain itu, dengan karantina mandiri masyarakat juga tidak dapat pergi keluar untuk mencari penghiburan seperti misalnya pergi ke taman hiburan, bioskop, mall, atau restoran.

            Semenjak kemunculan wabah virus corona, masyarakat mulai merasakan kecemasan yang berlebihan karena harus mengalami kondisi baru. Sebuah survei yang dilakukan di Tiongkok selama wabah awal Covid-19 menemukan bahwa 53,8% responden menilai dampak psikologisnya dari wabah sebagai sedang atau parah; 16,5% dilaporkan gejala depresi sedang hingga berat; 28,8% dilaporkan gejala kecemasan sedang hingga berat, dan 8,1% dilaporkan tingkat stres sedang hingga berat (Ho, Chee, dan Roger, 1: 2020). Penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan mental menjadi sebuah anacaman baru di tengah pandemi.

            Tidak sedikit masyarakat yang akhirnya merasa jenuh karena terus menerus berada di rumah dan melakukan kegiatan yang monoton. Belum lagi adanya tuntutan tugas dan kuliah online bagi mahasiswa yang menambah kepenatan mereka. Pada kenyataannya, sebenarnya tugas yang diberikan kepada mahasiswa tidak terlalu berat dan dapat dibilang sama seperti tugas biasanya sebelum pandemi. Akan tetapi, kondisi pandemi yang sedang berlangsung dan keharusan untuk tetap berada di rumah menambah tekanan yang dialami para mahasiswa.

            Kondisi yang mengharuskan mahasiswa untuk tetap berada di rumah dan melakukan kuliah secara online juga menambah adanya masalah baru. Tidak jarang para dosen melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi yang mengharuskan mahasiswa untuk bertatap muka via video. Kegiatan pengajaran yang seperti ini tentunya membutuhkan koneksi internet yang stabil dan kencang. Hal ini tidak menjadi masalah bagi para mahasiswa yang memiliki koneksi wifi, tetapi hal ini akan mulai menjadi suatu masalah apabila tiba-tiba terjadi pemadaman listrik. Belum lagi jika kondisi cuaca sedang hujan, maka akan rawan terkena petir jika tetap menggunakan koneksi internet.

            Berbagai tekanan yang dialami mahasiswa selama pandemi memunculkan kekhawatiran baru tentang kondisi kesehatan mental mereka. Dengan tetap berada di rumah mereka mungkin akan terhindar dari terjangkit virus corona, namun tidak ada yang dapat menjamin bahwa kesehatan mental mereka juga akan tetap terjaga. Melakukan rutinitas yang sama setiap harinya akan menimbulkan kejenuhan, ditambah lagi dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencari hiburan di luar rumah. Hal ini seharusnya menjadi sorotan baru bagi pemerintah dan sudah seharusnya juga pemerintah mulai menghimbau masyarakat.

            Dilansir melalui news.detik.com (22/04/2020), Rory O’Connor seorang Psikologi Kesehatan di Universitas Glaslow mengatakan bahwa "Peningkatan isolasi sosial, kesepian, kecemasan kesehatan, stres dan penurunan ekonomi adalah badai sempurna untuk membahayakan kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat". Belum adanya kejelasan mengenai kapan berakhirnya pandemi virus corona juga menambah kecemasan masyarakat. Hal ini semakin menambah resiko untuk mengalami gangguan kecemasan yang berakibat pada kesehatan mental. 

            Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan selama karantina untuk mengatasi kejenuhan sekaligus untuk mengisi waktu dengan hal yang menyenangkan. Mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang beragam juga dapat mengalihkan kecemasan terhadap kondisi pandemi ini. Dengan demikian, maka resiko untuk terkena gangguan kesehatan mental dapat berkurang. Kegiatan yang dapat dilakukan selama karantina adalah olahraga atau latihan fisik, mengembangkan hobi dan bakat, atau kita juga bisa mempelajari keahlian baru seperti menjahit, menyulam, memasak, dan kegiatan keterampilan lainnya.

            Kegiatan latihan fisik dapat dipilih untuk mengisi waktu selama karantina. Selain dapat berguna untuk menjaga imunitas tubuh, olahraga juga dapat meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik. Terdapat sebuah studi yang menunjukkan bahwa latihan fisik dengan porsi dan durasi yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi zat kimia yang disebut beta-endorphin. Sebuah tinjauan studi yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Kedokteran Irlandia pada tahun 2011 menyarankan bahwa olahraga dan aktivitas fisik dapat memicu kelenjar hipofisis di dalam otak untuk melepaskan beta-endorphin. Zat ini mampu mengurangi rasa sakit dan juga memiliki efek menguntungkan pada gejala depresi dan kecemasan yang bahkan hampir sama dengan perawatan antidepresan.

            Menurut Adjie Santoso, seorang lulusan psikologi UGM, energi digunakan bukan hanya untuk aktivitas fisik, namun juga pada saat pikiran kita bekerja. Meskipun fisik tidak bergerak, energi tubuh akan berkurang saat kita berpikir dan ini akan berpengaruh pada daya tahan tubuh. Itulah alasan mengapa seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik akan merasa kelelahan apabila pikirannya tidak terkendali atau overthinking. Meditasi bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh dan juga menjaga pikiran agar tetap jernih.

            Menurut Adjie, meditasi dapat dilakukan dengan beberapa langkah yang cukup mudah. Pertama, adalah dengan menentukan waktu dan tempat yang cukup tenang. Waktu pagi hari dapat dipilih karena pada saat ini belum banyak orang yang melakukan aktivitasnya. Langkah kedua, yaitu dengan duduk bersila di atas bantal dengan posisi membelakangi tembok. Langkah selanjutnya yaitu dengan menarik napas, kemudian hembuskan secara perlahan. Ketika menarik napas dan menghembuskannya, sadari bahwa kita sedang melakukannya. Lakukan latihan ini secara bertahap mulai dari 5 menit, 10 menit, kemudian jika sudah terbiasa lakukan selama 30 menit dalam sehari.

            Selain melakukan latihan fisik, kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan di rumah adalah dengan bermain game, membaca buku, menulis, memasak, dan menonton film. Kita dapat membuat agenda kegiatan harian agar produktif tapi tetap menyenangkan agar terhindar dari kecemasan. Dalam agenda harian, kita dapat menetapkan target yang ingin dicapai. Misalnya yaitu menargetkan untuk menyelesaikan membaca minimal satu buku dalam seminggu, mencoba satu resep masakan baru dalam seminggu, menulis satu ertikel, dan bermain game ketika mendapatkan waktu luang.

            Kondisi physical distancing dan karantina mandiri memang memiliki berbagai resiko. Menjaga jarak secara fisik bukan berarti bahwa kondisi sosialisasi kita juga dibatasi. Tetap melakukan komunikasi dengan orang-orang yang kita sayangi juga dapat menjadi salah satu solusi untuk terhindar dari kecemasan. Meskipun kita tidak dapat bertemu dengan orang-orang tersebut secara langsung, setidaknya kemajuan teknologi telah memberikan kita kemudahan untuk tetap terhubung dengan orang lain melalui media sosial.

            Tidak ada seorang pun yang menginginkan kondisi pandemi seperti ini. Peranan pemerintah memang sangat dibutuhkan untuk menangani berbagai krisis yang terjadi dengan mengeluarkan kebijakan. Kita sebagai warga negara sudah seharusnya ikut berkontribusi untuk menangani wabah dengan mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan tetap berada di rumah. Dengan tetap berada di rumah, kita juga telah meringankan beban para tenaga medis yang merawat pasien positif virus corona untuk meminimalisir terjadinya proses penularan virus. Bersama-sama dengan melaksanakan sesuai peranan kita bisa melawan virus corona.

 

DAFTAR PUSTAKA

Annals of Academy Medicine Singapore. 2020. Mental Health Strategies to Combat the Psychological Impact of COVID-19 Beyond Paranoia and Panic. Ho Cyrus, Chee Cornelia, Ho Roger. Singapore.

 

DAFTAR LAMAN:

https://www.halodoc.com/berapa-lama-virus-corona-hidup-jika-menempel-di-benda-mati

https://health.grid.id/read/352088726/dampak-wabah-covid-19-pada-kesehatan-mental-penduduk-amerika-serikat?page=all 

www.AdjieSantosoputro.com 

www.AlJazeera.com

Ikuti tulisan menarik Dita Melani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler