x

Timnas U-19 saat berlatih di Kroasia, 2020. (pssi.org)

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 7 September 2020 08:04 WIB

Skill Pasukan Shin Tae-yong Belum Cukup untuk Bermain di Level Dunia

Dalam laga perdana melawan Tim U-19 Bulgaria itu, publik sepak bola nasional seperti tidak sedang menonton Timnas. Seharusnya, dengan fisik yang semakin kuat, pemain kita bukan hanya banyak berlari, mengejar bola, dan mudah kehilangan bola. Sin Tae-yong seperti belum mengenal tipikal pemain Timnas U-19 Indonesia. Banyak yang masih miskin pengalaman internasional.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Timnas U-19

Akhirnya, publik sepak bola nasional dapat menonton dan menilai sejauh mana perkembangan Timnas U-19 sejak di besut Shin Tae-yong (STy). Dan, pada akhirnya, seperti prediksi banyak pihak, Witan dan kawan-kawan harus takluk dari Timnas U-19 Bulgaria tiga gol tanpa balas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal, untuk menang 3 gol atas Indonesia dan kalah 2-3 dari Kroasia, Bulgaria hanya butuh waktu satu atau dua hari untuk memanggil dan mengumpulkan pemainnya. Berbeda dengan Timnas U-19 Indonesia yang sudah digembleng dalam pemusatan latihan di Jakarta dan Kroasia dalam hitungan puluhan hari. Anggaran yang digunakan pun tidak sedikit.

Sejak awal, STy selalu berkelit bahwa sebelum dan sesudah laga tetap konsisten tidak mempermasalahkan kekalahan timnas U-19 dari Bulgaria, karena masih dalam proses. STy pun bahkan menilai para pemain sudah menunjukkan kerja kerasnya. Tetapi saya pikir publik sepak bola nasional sudah dapat menilai kualitas Timnas U-19 kita berdasar laga perdana tersebut.

Meskipun, STy selalu bahwa tim masih berproses karena materi latihan dengan intensitas tinggi. 

Belum terlambat dan setp berkelit

Dalam laga versus Bulgaria itu, saya mencatat beberapa hal.

Pertama, STy belum tahu betul tipikal pemain U-19 Indonesia. Terbukti, dalam laga perdana STy memainkan sebagian besar pemain anyar yang masih jauh dari jam terbang dan miskin pengalaman pertandingan resmi internasional. Praktis pemain berpengalaman yang diturunkan hanya empat orang yang levelnya memang Timnas Indonesia, yaitu Witan, Ridho, David, dan Yudha. Bahkan Witan pun baru bergabung dengan David dkk, sementara Yudha juga bukan pilihan utama saat David cs di besut Fakhri Husaini.

Selain tak paham tipikal pemain yang direkrut, pemain-pemain lain yang mumpuni dalam skill malah dicoret oleh STy. Ini sangat berbahaya bagi persiapan Timnas ke depan, sebab menjadi kontradiksi dengan tujuan STy membentuk Timnas handal. STy tak bisa melawan kehendak dan memaksakan diri dengan kayakinannya kepada pemain yang ada di Timnas U-19 sekarang, karena saya bilang, dalam laga versus Bulgaria saja, lebih dari separuh pemain yang diturunkan, belum masuk dalam level pemain Timnas.

Kedua, apa indikator belum masuk level pemain Timnas nya? Meski STy terus beralasan masih proses dan baru memberikan latihan fisik, belum masuk pada latihan taktikal, lalu menginstruksikan para pemain untuk bermain bertahan, sangat nampak pemain yang dipercaya turun sangat jauh dari harapan dalam skill dan teknik.

Penguasaan bola pemain yang diturunkan sangat lemah. Baik passing, kontrol, dll. Sangat mudah hilang bola dan sangat nampak pemain jadi seperti tak cerdas.

Meski barangkali STy belum memberikan ilmu teknik dan taktik dalam laga tersebut, seharusnya pemain dapat membuktikan diri, bahwa mereka bermain di Timnas. Jadi, bila cara bermain seperti demikian, Tim ini dipastikan lebih buruk dari Timnas bentukan Fakhri.

Percuma fisik kuat, namun pemain tak memiliki cukup modal dalam skill dan pengalaman.

Ketiga, perubahan pola 4-3-3 menjadi 4-4-2 juga menjadi alasan bahwa irama permainan Timnas Indonesia nampak tak jelas.

Itulah tiga catatan yang paling mencolok dalam laga perdana Timnas U-19 yang dapat disimpulkan. Apa pun alasan STy, pemain yang diturunkan memang belum masuk kategori pemain yang seharusnya berada di level Timnas Indonesia.

Bila kondisi ini kembali dipaksakan oleh STy, maka pada laga berikutnya, tentu publik akan tetap melihat pemain Timnas yang lebih banyak berlari mengejar lawan yang menguasai bola dengan sangat berkualitas. Lalu, kembali menjaga daerah dan bertahan, kemudian gol-gol akan bersarang di gawang, tanpa mampu memberikan perlawanan.

Semoga saja catatan saya salah, atau barangkali saya masih terngiang-ngiang dengan Timnas bentukan Fakhri Husaini yang dipenuhi pemain bertalenta dan skill mumpuni dan terbaik di Indonesia. Saya juga masih harus bersabar menunggu proses pembentukan pemain Timnas U-19 ala STy yang meski sudah berbulan-bulan diproses, pelajarannya masih berkutat pada materi fisik.

Lalu, kita juga masih harus bersabar menanti Timnas bermain lebih baik dari tim sebelumnya, dan masih tetap harus menikmati Timnas kalah meski hanya laga tak resmi.

Saran saya, dengan gelontoran dana miliaran rupiah, STy harus cepat menyadari, bahwa skuat yang kini diasuhnya, layakkah berada di Timnas U-19? Sebab, apa pun yang akan dilakukan STy untuk skuat yang ada di Kroasia, dengan reputasinya, STy tak mungkin semudah membalik telapak tangan secara instan membentuk Timnas hebat hanya bermodalkan fisik dan mental tanpa skill pemain yang berkualitas.

Dalam laga perdana itu publik sepak bola nasional seperti sedang menonton pertandingan bukan Timnas. Seharusnya, dengan fisik yang semakin kuat, pemain kita bukan hanya banyak berlari, mengejar bola, dan begitu mudah kehilangan bola.

Semisal STy tak memberikan instruksi menyoal penguasaan bola baik secara individu maupun tim, bukankah pemain dapat memeragakannya di lapangan? Karena jelas, strategi yang diterapkan adalah bermain bertahan dan serangan balik. Bagaimana mau melakukan serangan balik? Pemain bertahan sering melakukan tendangan sapu bersih asal ke depan. Bola balik dikuasai lawan. Saat pemain kita pegang bola, sangat mudah direbut dan umpannya sangat mudah terbaca, dll.

Kira-kira, bagaimana progres pada laga berikutnya meladeni Kroasia yang juga berhasil menaklukkan Arab Saudi 4-3? Kita tunggu.

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

2 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB