x

Ranumnya corona di Indonesia

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 9 September 2020 06:22 WIB

Corona Terus Menggila, Dokter Kewalahan, Pengawasan dan Law Enforcement Harus Ditegakkan

Kondisi negara yang kini telah "tertampar" karena negara lain sudah mulai melockdown WNI, maka pengawasan dan penegakan hukum (law enforcement) sangat dibutuhkan untuk masyarakat patuh. Paradigama barunyanya adalah, dokter dan fasilitas kesehatan adalah garda belakang, maka masyarakat menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi ini dan pemerintah adalah pemilik kebijakan yang wajib dipatuhi karena tegas dan dapat menjadi panutan. Semoga, tidak ada lagi dokter, perawat, dan petugas medis yang gugur. Semoga kasus corona semakin terkendali. Semoga pemerintah hadir dengan benar, tegas, disiplin, dan konsisten. Hingga akhirnya negara lain kelak percaya lagi kepada NKRI yang telah mampu menjinakkan corona.      

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Dalam tayangan Kabar Khusus, TV One, Selasa, 8/9, dr. Eva Sri Diana, Pengurus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyampaikan bahwa sudah ada 114 dokter dan 37 perawat meninggal akibat Covid-19. Kini mereka kewalahan menangani pasien karena berbagai faktor. Terlebih hari ini juga, pasien corona bertambah 3.046 kasus. Dengan penambahan ini total kasus corona di Indonesia sudah menembus 200.035 kasus.

Sebelumnya, pada Senin, 7 September 2020, Malaysia juga telah melarang WNI masuk ke negara mereka. Puluhan negara lain juga menyusul melarang WNI masuk ke wilayah negara mereka, sampai menteri luar negeri kita, memohon ada kebijakan dari negara-negara bersangkutan agar utusan pemerintah Indonesia tidak ikut serta dilarang masuk ke negara mereka demi hubungan "antarnegara" tetap berjalan.

Terus meningkatnya kasus corona di Indonesia, sejatinya telah sama-sama dipahami pangkal dan akar masalahnya oleh pemerintah, berbagai pihak terkait, dan segenap masyarakat Indonesia, sampai pada akhirnya Presiden Jokowi pun mengungkapkan dalam rapat paripurna di Istana Negara, Senin (7/9/2020) bahwa kunci dari penanganan corona adalah menyelamatkan kesehatan (nyawa).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Oleh karena itu, dengan mengesampingkan berbagai hal termasuk banyaknya masyarakat yang masih abai dan menyangsikan keberadaan corona di Indonesia bahkan dunia, karena harus diakui memang ada pihak yang mencari keuntungan di balik corona ini, saat saya tadi mencoba mengikuti apa yang disampaikan oleh dr. Eva menyoal bagaimana kewalahannya dokter, para perawat, dan petugas medis dalam menangani pasien yang terus bertambah, memang masyarakat harus tergerak hati dan pikirannya, sehingga menyadari bahwa corona memang ada dan sangat berbahaya serta terus menyerang dan memakan mangsa.

Bila kini masyarakat akhirnya sudah melakukan kegiatan kehidupan secara normal karena pemerintah sendiri membuat kebijakan yang tak disiplin, tak konsisten, dan tak seragam, maka masyarakat umum harus terketuk hati dab sadar sendiri, bahwa nyawa tidak dapat dibeli. Kalau tidak menyayangi diri sendiri, harus sadar bahwa bila sampai seseorang terkena corona, maka akan berdampak kepada keluarga dan orang lain.

Bila di awal corona hadir, pemerintah sampai menyembunyikan data kasus yang asli dengan melaporkan kasus yang dimanipulasi dengan tujuan agar masyarakat tidak panik. Ternyata, cara itu salah total. Sebab, kini, apakah data yang diumumkan asli atau masih manipulasi, faktanya masyarakat tetap tidak peduli.

Namun, akibatnya kasus corona bertambah tak terkendali. Ujungnya, siapa yang menangani pasien kalau bukan para dokter, perawat, dan para petugas medis?

Banyak kasus, yang akhirnya membuat masyarakat menyadari karena jiwanya tertolong di rumah sakit akibat terpapar corona, lalu dapat berbagi betapa menderitanya terkena virus corona.

Kisah dan harapan mereka yang sembuh setelah terpapar corona, bahkan sudah sering kita tonton di televisi atau baca di media massa atau media sosial. Namun, nyatanya, masyarakat yang abai dan cuek masih lebih banyak dibanding yang menyadari betapa bahayanya corona. Sehingga, inilah yang terjadi, kasus terus bertambah tak terkendali, Indonesia mendekati dikucilkan oleh negara lain karena mereka melockdown WNI masuk ke negera mereka, dan yang paling parah, ujung tombak di lapangan, para dokter, perawat, dan petugas medis terus kewalahan menerima pasien positif corona.

Bila saya rujuk kisah kewalahan para dokter, perawat, dan petugas medis ini sesuai berita dalam Kompas.com, Sabtu (8/8/2020), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan bahwa banyak dokter meninggal dunia disebabkan kelelahan dan stres menangani pasien Covid-19, dan pemerintah telah memberi perhatian khusus terhadap mereka. Pemerintah menyediakan insentif dan santuan pada para tenaga medis secara keseluruhan.

Menurut Sekretaris Tim Audit dan Advokasi Kematian Dokter PB IDI, Dr. dr. Mahlil Ruby, MKes, menyatakan memang benar banyak dokter yang kelelahan karena harus menangani pasien Covid-19 yang cukup banyak sehingga dokter juga kurang istirahat.

Di sisi yang lain, para dokter juga bekerja dalam lingkungan risiko tinggi tertular Covid-19 sehingga dapat menimbulkan stres dalam bekerja dan diperparah dengan masih banyak manajemen rumah sakit yang belum melakukan pengurangan jumlah pasien.

Selain itu, jam pelayanan kepada pasien rawat jalan yang juga belum dikurangi turut menjadi beban tersendiri bagi para dokter. Terlebih, di beberapa rumah sakit tidak menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi para dokter secara memadai.

Atas kondisi ini, dengan fakta bahwa dokter terus berguguran, sementara pasien corona terus bertambah tak terkendali, apa upaya pemerintah dalam hal ini? Apakah akan mengevaluasi dan memperbaiki manajemen pengelolaan pasien di rumah sakit dengan membentuk tim dokter sehingga dokter bisa beristirahat?

Berikutnya, apakah akan ada perbaikan dan peningkatan pencegahan infeksi Covid-19 di rumah sakit berupa melengkapi para dokter dengan APD, karena masih banyak rumah sakit yang tetap memiliki persedian terbatas.

Lebih utama lagi, harus ada upaya memperketat skrining pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dan batasi jam dan jumlah pasien rawat jalan. Jika kasus ringan maka cukup konsultasi online saja dan obat dikirimkan ke rumah pasien.

Lebih prioritas lagi, apakah selama ini
para dokter dan tenaga medis sudah melakukan swab tes setiap 15 hari sekali agar dapat terdeteksi lebih awal?

Terpenting juga, menyoal biaya swab tes agar pemerintah juga turut membantu, karena sudah ada anggaran yang ratusan triliun itu. Dan, apakah pemerintah juga mengontrol dengan saksama ketersediaan seluruh alat, obat, bahan habis pakai medis untuk pemeriksaan dan dilakukan pembayaran segera kepada rumah sakit agar rumah sakit memiliki cash flow untuk pelayanan selanjutnya.

Apakah semua hal tersebut selama ini benar-benar telah benar dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung tenaga medis dan rumah sakit?

Kemudian, harus ada upaya konkrit dari pemerintah dengan kampanye pencegahan Covid-19 seperti mencuci tangan, memakai masker, jaga jarak dan lainnya yang benar-benar dapat dipatuhi masyarakat yang terus terlanjur tetap melakukan aktivitas kehidupan secara normal padahal corona masih berbaur ganas.

Untuk itu, dengan kondisi negara yang kini telah "tertampar" karena negara lain sudah mulai melockdown WNI, maka pengawasan dan penegakan hukum (law enforcement) sangat dibutuhkan untuk masyarakat patuh.

Paradigama barunyanya adalah, dokter dan fasilitas kesehatan adalah garda belakang, maka masyarakat menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi ini dan pemerintah adalah pemilik kebijakan yang wajib dipatuhi karena tegas dan dapat menjadi panutan.

Semoga, tidak ada lagi dokter, perawat, dan petugas medis yang gugur. Semoga kasus corona semakin terkendali. Semoga pemerintah hadir dengan benar, tegas, disiplin, dan konsisten. Hingga akhirnya negara lain kelak percaya lagi kepada NKRI yang telah mampu menjinakkan corona.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler