Tekan Angka Stunting dengan Mengurangi Konsumsi Rokok
Kamis, 10 September 2020 09:16 WIBSaat ini angka stunting di Indonesia cukup tinggi. Sekitar 54 persen angkatan kerja Indonesia yang jumlahnya 136 juta orang, 54 persen pernah stunting, terutama pada masa 1000 hari kehidupan. Salah satu oenyebabnya adalah masifnya kebiasaan merokok anggota masyarakat. Prevalensi perokok pada kategori anak pun menjadi soal yang cukup pelik saat ini. Bagaimana menghentikan siklus ini?
Tidak mau, kan, penerus bangsa ini tidak berkualitas dalam hal pertumbuhan? Melihat angka stunting di Indonesia cukup tinggi, ini menjadi perhartian serius bagi kita semua. Dengan harapan besar penerus kita bisa membawa negeri ini lebih baik dan maju.
Maka dari itu, mulai sekarang harus bisa menekan angka stunting atau persoalan gagal tumbuh pada usia anak-anak. Memang itu tanggungjawab pemerintah dalam menekan angka stunting. Tapi alangkah baiknya kita sebagai bangsa Indonesia membantu dalam pencegahan stunting.
Salah santunya dengan membantu pemerintah dengan stop merokok atau mengurangi rokok. Sebab, meroko ini berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa permasalahan konsumsi rokok menjadi jebakan yang terjadi di semua tahapan pembangunan manusia Indonesia. Bahkan, kata dia, persoalan perokok ini bukan hanya berdampak pada permasalahan kesehatan dan ekonomi pada orang dewasa. Tapi jga menghambat pertumbuhan manusia atau stunting.
Contonya orang tua perokok memiliki dampak serius, artinya bisa mempengaruhi janin dalam kandungan seorang ibu. Karena itu, penulis mengutip pernyataan Menko PMK bahwa kita harus mewaspadai praktek merokok dalam keluarga.
Ini harus dilakukan karena stunting ini memiliki andil yang sangat besar dan menjadi faktor hambatan utama terhadap pembangunan manusia Indonesia. Bahkan sekitar 54 persen angkatan kerja indonesia yang jumlahnya 136 juta itu 54 persen pernah stunting, terutama pada masa 1000 hari kehidupan.
Lalu juga keterangan dari penelitian PKJS-UI menyampaikan hasil penelitian bahwa prevalensi perokok pada kategori anak di Indonesia menjadi soal yang cukup pelik saat ini. Dengan faktor harga rokok yang cukup murah, dan faktor teman sebaya. Sebab itu kenaikan harga rokok adalah kunci untuk menekan angka perokok pada anak dan remaja.
Selain itu perlu ada pendekatan perilaku sebafai upaya pencegahan perilaku anak, seperti sosialisasi bahaya rokok dan kampanye anti rokok.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Sangat Membanggakan, Menhan Terima WTP Empat Kali Berturut-turut
Minggu, 4 Desember 2022 09:01 WIBLuar biasa, Kerjasama RI-Australia Meningkat Pertahanan Makin Kuat
Senin, 29 Agustus 2022 06:10 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler