Sebuah kabar burung saya dapatkan dari kawan yang berada jauh di Sulawesi Tengah, tepatnya di Morowali. Menurut kabar yang beredar, terdapat investasi yang batal masuk daerah tersebut. Entah karena apa, masih belum pasti.
Investor dari negeri panda membatalkan untuk menanamkan modalnya ke kawasan industri di daerah tersebut dalam bentuk baja canai panas atau HRC (Hot Rolled Coil) sebesar 4 juta ton. Jumlah investasi yang luar biasa andai kata dikonversi ke rupiah.
Jika dijabarkan lebih meluas, banyak faktor yang menghambat investasi tersebut hingga tidak mengalir ke roda perekonomian Indonesia.
Salah satu faktor yang menghambat aliran investasi ke Indonesia, mungkin, adalah adanya kebijakan serta birokrasi yang berubah-ubah. Selain berubah-ubah, ada juga yang tumpang tindih antara kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tempat investasi tersebut mengalir.
Menurut opini saya, bisa jadi juga karena HPM (Harga Patokan Mineral) yang diteken mulai April 2020 oleh Menteri ESDM. Bisa jadi, dengan adanya HPM tersebut investor menjadi jengah dan gerah karena birokrasi investasi di awal kesepakatan menjadi berubah di tengah berjalannya investasi.
Namun perlu diingat kembali, ini hanyalah opini pribadi saya sebagai rakyat Indonesia yang (katanya) dapat bebas berpendapat.
Saya mengajak rekan-rekan pembaca sekalian merenung dan berdiskusi bersama. Apakah keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan? Atau mengkhawatirkan? Saya sebagai masyarakat awam menjadi penasaran dengan kabar burung yang beredar ini.
Namun saya berharap, keadaan ini tidak mengakibatkan kerugian bagi Indonesia terutama kesejahteraan masyarakat di Nusantara. Walaupun saya tidak menyembunyikan fakta, bahwa potensi terbukanya ribuan lapangan kerja lenyap begitu saja. Apalagi kesempatan besar mendapatkan devisa negara jikalau diekspor.
Harapan saya yang mungkin bisa mewakili beberapa elemen masyarakat, entah itu guru, investor, nelayan, pengusaha, petani, atau sekadar supir ojek online: Kami berharap tidak terjadi apa-apa dengan keadaan semua ini. Semoga, iklim bisnis dan investasi di Indonesia tetap stabil sehingga tidak masuk ke dalam jurang resesi.
Ikuti tulisan menarik Riki Sualah lainnya di sini.