x

Tahun Baru Islam 1442 Hijriah

Iklan

Harits

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 September 2020

Selasa, 6 Oktober 2020 05:46 WIB

Doa dan Kematian nan Indah

Tulisan tentang doa, toleransi antar umat beragama, dan kematian nan indah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari rasa kesusahan dan duka-cita. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas, dan aku berlindung kepada Engkau dari bakhil dan pengecut. Dan aku berlindung kepada Engkau dari pengaruh berhutang dan kekuasaan orang lain."

Doa ini adalah doa yang diajarkankan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW kepada seorang pria yang terlalu lama iktikaf di masjid padahal hari sudah menjelang siang dan waktunya orang mencari nafkah. Setelah ditanya Rasulullah SAW, pria itu menjawab dia lama berdoa karena banyaknya hutang yang di tanggungnya. Nabiyullah SAW kemudian mengajari pria tersebut untuk membaca doa di atas yang perlu dibaca menjelang pagi dan petang. Doa dengan redaksi nan indah itu adalah buah terjemahan ulama dan sastrawan kharismatik Indonesia, almarhum Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Sampai di paragraf ini pikiran saya menerawang, merenungi kenyataan dalam kehidupan saya. Tetangga rumah persis di sebelah kanan dan kiri rumah saya adalah pemeluk agama Kristen. Di depan rumah saya adalah tetangga sekaligus kolega saya di kampus yang beragama Islam dengan sedikit nuansa Kejawen. Di sebelah kiri tetangga depan rumah adalah keluarga keturunan Tionghoa yang telah memeluk agama Islam sejak beberapa tahun yang lalu.

Alhamdulillah, kami rukun-rukun saja, sama-sama relijius, dan sama-sama berpartisipasi dalam kegiatan keamanan di kampung kami. Teringatlah saya pada apa yang pernah disampaikan Allahyarham Buya HAMKA, “Meskipun pandangan kita berbeda, kita masih bisa bertetangga secara jujur. Karena pada pendirian kami, agama itu tidak bisa dipaksakan. Agama adalah soal petunjuk dan hidayah Ilahi.”

***

Suatu hari ketika kuliah magister yang kedua di Monash University of Melboune, saya datang ke Perpustakaan Sir Louis Matheson untuk membaca dan menulis makalah. Di tengah kesibukan mencari sumber bacaan, saya iseng membuka arsip-arsip lama majalah terbitan Indonesia dan menemukan foto wajah Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya HAMKA) saat meninggal.

Saya tertegun lama sekaligus terpesona memandang foto itu. Tampak wajah beliau tersenyum, seolah-olah secuil pemandangan surga telah diperlihatkan sebelum pelupuk mata nan mulia itu tertutup selamanya di dunia. Seakan-akan beliau telah mendengar Malaikat Maut lembut berkata, “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”

Kawan, bukankah ini akhir hayat yang didambakan banyak insan?
Insya Allah.

@HaritsMasduqi

Catatan: Dalam Bahasa Arab, sampean bisa membaca doa di atas sebagaimana berikut, “Allahumma inni a’udzubikaminal hamni wal hazani. Waa’udzubika minal ajzi wal kasli. Wa a ‘udzubika minal bughli wal jubni. Waa’udzubika min gholabatiddaini wa qahrirrijal.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Harits lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler