x

Iklan

Chika Lestari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Kamis, 8 Oktober 2020 20:15 WIB

Kesalahan Besar Sebuah “Rising Star” dari Timur Indonesia

Dahulu, mimpi Indonesia menjadi negara produsen dari sebuah material hanyalah impian. Namun hal tersebut menjadi kenyataan ketika sebuah kawasan di Timur Indonesia berhasil menjadi global supply chain melalui mineral berharga: nikel.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kekayaan Indonesia tidak hanya terletak di Pulau Jawa, namun di Pulau Sulawesi. Tepatnya di Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Bahodopi dahulunya gelap gulita dan tak ada saluran telekomunikasi. 

Kini, Bahodopi telah berubah setelah kawasan industri Morowali berkontribusi. Hal ini membuat investor bersemangat untuk menanamkan modalnya di tempat tersebut. Dikarenakan, wilayah ini memiliki kekayaan berupa mineral salah satunya nikel. Mineral ini telah berhasil menyejahterakan wilayah tersebut melalui kontribusi PAD (pendapatan asli daerah) Kabupaten Morowali berupa kewajiban setoran pajak dan royalti. 

Selain itu, kawasan industri Morowali telah mengubah mata rantai pasok (supply chain) dari hulu ke hilir. Karena dulunya Indonesia hanya mampu mengekspor raw material, kini Indonesia memberikan value added pada material tersebut sehingga menghasilkan devisa lebih. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, Morowali terancam kembali ke era lampau, tanpa hingar-bingar aktivitas perindustrian. Semoga saja itu tidak akan terjadi. Bukan tanpa alasan jika suatu saat nanti para investor hilang semangat untuk berinvestasi di Morowali. Bisa saja mereka memilih negara yang betul-betul ramah terhadap investasi selain di negara ini.

Seperti yang telah diketahui bersama, Indonesia perlu menyiapkan iklim investasi yang ramah investor, memangkas regulasi yang menghambat investasi, melakukan identifikasi perizinan yang tidak diperlukan serta rekomendasi berbagai pihak terkait dengan investasi. Tujuan utamanya satu, agar para penanam modal tetap berada di negara ini.

Sebagaimana halnya tentang regulasi yang menghambat investasi. Harga patokan mineral (HPM) yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM seakan menjadi polemik para pelaku usaha smelter. Perlu digaris bawahi, Indonesia saat ini tengah berlomba-lomba menciptakan nilai tambah pada mineral nikel. Namun dengan adanya regulasi tersebut, seolah-olah menghambat laju investasi yang ada dan yang akan datang.

Mineral nikel kini menjadi magnet baru di dalam negeri. Selama ini, hanya nikel saja yang diharuskan untuk patuh menerapkan HPM. Salah satu buktinya adalah pembentukan satuan tugas HPM Nikel. 

Lalu timbul beberapa opini, mengapa mineral lainnya belum begitu ketat pemberlakuan HPM seperti pada nikel? Dan, apakah tim satgas HPM khusus mineral lainnya telah ada dan dibentuk? Supaya HPM nantinya dapat merata untuk diterapkan pada mineral lainnya.

Mengapa seolah-olah nikel menjadi sorotan dari setiap pemberitaan? Adakah yang salah dari rising star alias nikel ini? Ada apa di balik ini semua?

Ikuti tulisan menarik Chika Lestari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler