x

Iklan

Chika Lestari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Sabtu, 10 Oktober 2020 14:41 WIB

Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia: Utang dan Investasi Harus Seirama

Pada akhirnya, satu-satunya cara menyelamatkan ekonomi Indonesia saat pandemi adalah bermuara pada investasi. Pintu investasi memang harus dibuka lebar-lebar, semua jenis investasi boleh masuk asal jelas dan memberikan efek pembangunan bagi Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Demi menyelamatkan perekonomian negara di kala pandemi dan selamat dari jurang resesi, Indonesia melakukan berbagai macam utang luar negeri (ULN). World Bank (Bank Dunia) bahkan mengingatkan pemerintah Indonesia terkait membengkaknya utang negara selama pandemi. Jika tidak dikelola dengan baik, Indonesia akan terlilit utang dan ini akan menghambat proses pemulihan ekonomi. 

Frederico Gil Sander selaku World Bank Lead Economist untuk Indonesia mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya sedang berpeluang untuk menjadi negara berpendapatan tinggi setelah dinyatakan naik kelas sebagai negara berpendapatan menengah ke atas. Sayangnya, pandemi Covid-19 melanda dunia dan menyebabkan Indonesia harus mundur sejenak untuk menjadi negara maju.

Menurut Frederico, ada tiga tikungan yang harus dilalui Indonesia untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi. Adalah tikungan pandemi, resesi, dan utang yang tentunya dipahami sebagai anggaran belanja negara. Namun, Frederico mengingatkan bahwa Indonesia harus dapat mengontrol utang yang dilakukan agar tidak mengganggu keuangan negara. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri (ULN) Indonesia meningkat. Tercatat, ULN RI menjadi sebesar 408, 6 miliar dollar AS pada kuartal II 2020. Angka tersebut setara dengan Rp 6.047 triliun. 

Memang benar Indonesia mengutang pada negara lain, namun saat pandemi memang membutuhkan kesabaran ekstra agar perekonomian kembali stabil. Hal ini disampaikan oleh ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah. Dirinya memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal IV masih tergolong merangkak rendah. “Menurut perkiraan, butuh waktu minimal 6 bulan untuk ekonomi pulih. Jadi pada kuartal IV nanti diyakini masih akan rendah,” ujarnya.

Piter menambahkan, idealnya proses pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional minimum adalah 6 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan dapat bertambah lama pemulihannya tergantung birokrasi yang dijalankan oleh Indonesia. 

Sri Mulyani juga mengamini, bahwa pemulihan ekonomi Indonesia membutuhkan waktu. Dirinya bahkan memberikan saran bahwa konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi salah satu komponen penting terhadap perekonomian nasional. Sumbangsih dua variabel ini terhadap produk domestik bruto (PDB) bisa mencapai 90%. 

Begitu juga dengan Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dirinya membeberkan strategi untuk selamatkan Indonesia dari jurang resesi. Yakni melalui belanja pemerintah besar-besaran sehingga permintaan dalam negeri akan meningkat dan dunia usaha bergerak untuk berinvestasi. 

Pada akhirnya, satu-satunya cara menyelamatkan ekonomi Indonesia saat pandemi adalah bermuara pada investasi. Pintu investasi memang harus dibuka lebar-lebar, semua jenis investasi boleh masuk asal jelas dan memberikan efek pembangunan bagi Indonesia. Walaupun, investasi dalam bentuk nyata seperti membangun pabrik dan kawasan industri tetap wajib menjadi prioritas. 

Nyatanya, kebenaran manfaat investasi dapat menyelamatkan Indonesia. Lantas, apa yang harus masyarakat tunggu? Ketika kenyataan yang ada di depan mata rupanya dapat menjadi penyelamat negara, beserta kemakmuran masyarakatnya. Apakah kita telah siap menjadi warga yang mendukung kehadiran investasi, dari negara mana pun investasi tersebut mengucur?

 

Ikuti tulisan menarik Chika Lestari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler