x

Ilustrasi Pigura. Pixabayy

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 11 Oktober 2020 12:56 WIB

Mengenali Masa lalu – Saat Kini – Masa Depan

Jika dirumuskan dalam format yang agak filosofis, pertanyaan itu kira-kira begini: benarkah ada memontum yang disebut masa sekarang atau kini atau saat ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertanyaan kunci yang segera menggelitik: apa yang dimaksud dengan “waktu kini” atau “saat ini” atau “sekarang”? Jika dirumuskan dalam format yang agak filosofis, pertanyaan itu kira-kira begini: benarkah ada memontum yang disebut masa sekarang atau kini atau saat ini?

Dalam berbagai tata bahasa di dunia, kata karja umumnya dibedakan antara kata kerja masa lalu (sudah dikerjakan), sekarang (sedang berlangsung) dan masa depan (yang akan terjadi atau akan dikerjakan). Dalam bahasa Inggris, tenses (rumusan kalimat kerja) pada dasarnya dibagi dalam tiga bentuk berdasarkan waktu: dulu (past tense), sekarang (present tense) dan yang akan datang (future tense).

Bagi pembaca yang memahami bahasa Arab dan mencermati bentuk kata kerjanya berdasarkan periode waktu, akan ketemu bahwa kata kerja bahasa Arab hanya dibagi dua berdasarkan periode waktu: fi’il madhi (kata kerja masa lalu), fi’il mudhari’ (kata kerja untuk yang sedang terjadi dan yang akan datang). Dengan kata lain, bahasa Arab menjadikan masa kini menyatu dengan masa depan. Artinya juga, bahasa Arab sebenarnya tidak mengenal masa kini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika kita melakukan praktik berpikir imajiner, membayangkan diri sendiri berada pada “masa kini”, maka kita hanya akan menjalani yang disebut “masa kini” (atau “saat ini”) tersebut dalam sepersekian detik, nyaris tanpa sadar dan tanpa bisa diidentifikasi. Sebab momentum yang kita asumsikan sebagai “masa kini” itu akan segera berubah menjadi “masa lalu”, bahkan ketika kita belum sempat melakoninya.

Silahkan berimajanasi berada pada suatu garis lurus mendatar/horisotal, dan membuat garis vertikal (sebagai penanda masa kini) di tengah garis horisontal tersebut, dan akan terlihat/terasa bahwa masa kini sebenarnya tidak ada. Sebab masa kini itu hanya merupakan garis demarkasi dan/atau terletak persis di antara masa lalu dan masa depan.

Mungkin karena itulah, di dalam Quran, ada beberapa ayat yang menggambarkan dua ciri kewalian, yaitu: tidak menyesali masa lalu, dan tidak mengkhawatirkan masa depan (lihat misalnya Surat Yunus, ayat 62). Di ayat ini, tidak ada identifikasi tentang masa kini atau saat ini. Yang ada hanya masa lalu, dan masa depan. Ayat ini juga sering digunakan argumen untuk mengelola suasana kebatinan, atau menagement kejiwaan, terutama untuk mengatasi stress/depresi.

Sebab pada dasarnya, stress atau depresi muncul karena dua faktor: menyesali sesuatu yang sudah berlalu, dan was-was menghadapi masa depan (apa yang akan terjadi).

Dalam wacana modern, memang muncul berbagai kajian tentang waktu. Ada ungkapan misalnya yang mengatakan live the moment (nikmatilah hidupmu apa adanya saat ini), atau nikmatilah masa kinimu dan tidak perlu terlalu peduli dengan masa depanmu. Sebab masa kinimu itu akan segera berlalu (menjadi masa lalumu), dan betapapun diupayakan, masa depan itu masih serba mungkin (baca: misteri).

Kesimpulannya, ketenangan batin (berbahagia) bisa diraih dengan cara berdamai dengan masa lalu, dan tidak khawatir tentang masa depan. Dan inilah yang kemudian mendasari konsep tawakkal, yang dapat dimaknai sebagai kepasrahan yang antisipatif.

Secara pribadi, sampai saat ini, saya masih berpandangan bahwa dalam Islam sendiri (Quran ataupun Sunnah nabi), tidak ada perintah/anjuran yang tegas meminta manusia agar peduli mengutak-atik masa depannya. Dan faktanya, memang, sebagian besar manusia akhirnya hidup dan bekerja tidak sesuai dengan cita-cita awalnya.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 10 Oktober 2020/ 22 Safar 1440H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu