x

Iklan

Dhea

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 15 Oktober 2020 06:26 WIB

Memahami Perangkap Kesuksesan

Dengan bekerja keras maka ia mendapatkan promosi yang diimbangi dengan beban tanggung jawab jauh lebih besar. Ironisnya, ia justru semakin memiliki sedikit waktu untuk keluarga dan terutama anak-anaknya. Inilah ironinya, kesuksesan tidak selalu berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan. Kesuksesan kadang menyengsarakan karena kemudian menjadi perangkap. "Aku tidak mampu berhenti bekerja. Aku harus membayar tagihan."

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kata sukses banyak didambakan kebanyakan orang. Definisi sukses dalam kamus kehidupan kebanyakan orang adalah memiliki uang dan aset yang banyak atau dalam bahasa ekonominya kaya raya.

Namun menariknya, kesuksesan itu tidak semata-mata selalu berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan. Robert T. Kyosaki dalam bukunya Cashflow Quadarnt menjelaskan dengan apik bahwa yang namanya kesuksesan itu bisa menyengsarakan karena kesuksesan itu sendiri adalah perangkap.

Ia berpendapat, dewasa ini banyak orang yang mengalami kesuksesan, tetapi sejatinya hidupnya sengsara karena tidak ada kebebasan di dalamnya. Tipe yang seperti ini mengerucut pada mereka yang mengejar pendidikan tinggi dan bekerja keras dalam pekerjaannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan bekerja keras maka ia mendapatkan promosi yang diimbangi dengan beban tanggung jawab yang jauh lebih besar. Ironisnya, ia justru semakin memiliki sedikit waktu untuk keluarga dan terutama anak-anaknya.

Tipe orang yang demikian ini berangkat pagi-pagi dan sering pulang malam sehingga tidak bertemu lagi dengan anak-anaknya karena mereka sudah tidur. Demikian inilah kelompok orang sukses, tapi semakin memiliki waktu yang sedikit meski bisa mendatangkan lebih banyak uang.

Tak mengherankan, orang yang demikian ini mati-matian mencari keamanan pekerjaan, bukan keamanan atau kebebasan keuangan. Di balik ini semua ternyata karena perangkap utang yang melatarbelakanginya.

Setelah keluar dari bangku kuliah, orang yang demikian ini makin memiliki banyak pengeluaran dan terlilit utang, sehingga hidupnya bergantung pada pekerjaan atau rasa aman profesional yang notabene untuk membayar tagihan.

Pola hidup mereka yang demikian ini adalah sehabis kuliah mencari pekerjaan, mulai mendapatkan pekerjaan dan mulai pengeluaran yang makin menggunung, mulai dari kos atau apartemen, perangkat elektronik, baju baru, libuarn ke luar negeri, furniture, rumah hingga mobil yang ironisnya berbuntut dengan tagihan pembayaran utang yang terus berdatangan.

Polanya berlanjut dengan berkeluarga, punya anak, anak kuliah, mencari pekerjaan dan seterusnya seperti itu, hingga hidup makin terbenam dalam utang sehingga akhirnya hanya bisa berkata,"Aku tidak mampu berhenti bekerja. Aku harus membayar tagihan."

Lantas apa yang salah dengan pola kehidupan yang seperti ini? Robert T. Kyosaki pun mengkomparasi kesuksesan yang demikian ini dengan kelompok orang sukses, tapi justru masih mempunyai banyak waktu luang dan makin banyak uang karena tidak mencari keamanan pekerjaan, tetapi yang mengejar keamanan dan kebebasan keuangan.

Keamanan keuangan terkait tidak melulu pada banyaknya uang yang dihasilkan, tetapi juga pada berapa banyak uang yang disimpan dan seberapa keras uang itu bekerja untuk kita sehingga generasi-generasi berikutnya bisa menikmatinya.

Kesuksesan yang demikian ini butuh kecerdasan keuangan yakni dengan mengelola dan mengembangkannya dengan tepat. Nah, sampai pada tataran hidup yang demikian memang tidak mudah karena mengandaikan pengorbanan sehingga pengelolaan uangnya baik untuk kehidupan.

Dimulai dari hidup yang tidak hanya mengejar gaya hidup sehingga masuk perangkap utang satu ke utang yang lainnya, selanjutnya berkorban menyisihkan pendapatan untuk dikembangkan secara maksimal, seperti melalui investasi saham yang saat ini sudah sangat mudah dilakukan semisal dengan aplikasi IPOT besutan Indo Premier Sekuritas, penting dilakukan.

Kesuksesan yang tidak menyengsarakan membutuhkan kecerdasan keuangan. Karena hidup yang demikian menciptakan uang, bukannya menciptakan utang atau yang memaksa orang mati-matian mencari keamanan pekerjaan dengan sikut-sikutan dan pulang hingga larut malam.

Ikuti tulisan menarik Dhea lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB