x

cover buku Indentitas

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 15 Oktober 2020 22:02 WIB

Identitas - Pergumulan Cinta dan Identitas Diri

Bagaimana jika tak ada lagi lelaki yang menoleh kepadamu? Bagaimana reaksimu sebagai seorang perempuan? Bagaimana jika akhirnya dikau menyadari bahwa orang yang tiba-tiba dikau sangka memperhatikanmu secara diam-diam itu adalah orang yang berada di sisimu? Apakah dikau akan marah? Surprise? Merasa diejek?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Identitas

Judul Asli: Identity

Penulis: Milan Kundera

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Landung Simatupang

Tahun Terbit: 2018

Penerbit: Gading                                                                                                     

Tebal: vi + 184

ISBN: 979-98459-8-X

Bagaimana jika tak ada lagi lelaki yang menoleh kepadamu? Bagaimana reaksimu sebagai seorang perempuan? Bagaimana jika akhirnya dikau menyadari bahwa orang yang tiba-tiba dikau sangka memperhatikanmu secara diam-diam itu adalah orang yang berada di sisimu? Apakah dikau akan marah? Surprise? Merasa diejek?

Novel berjudul “Identitas” karya Milan Kundera ini membahas tentang pergumulan perempuan tentang hidupnya. Pergumulan perempuan dengan pasangan yang dianggapnya telah memahaminya 100% tetapi ternyata bertindak tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atau ini hanyalah sebuah kesalah-pahaman?

Chantal mengenal Jean-Marc dalam sebuah pesta. Saat itu Chantal sedang gundah karena ditinggal mati anak lelaki satu-satunya yang baru berumur 5 tahun. Ia sangat mencintai anak lelakinya tersebut. tetapi iparnya membujuknya supaya segera mempunyai anak lagi supaya bisa melupakan anak yang telah mati tersebut. Anak bagi keluarga besar suami Chantal adalah sangat penting. Apalagi anak lelaki. Chantal mulai risih dengan tuntutan sang ipar tersebut. Sementara itu sang suami malah pasif saja tidak membelanya. Dalam sebuah pesta, Chantal bertemy dengan Jean-Marc. Entah mengapa Chantal bisa begitu saja jatuh cinta kepada lelaki yang lebih muda tersebut. Mereka bercinta malam itu juga. Selanjutnya Chantal memutuskan untuk meninggalkan rumah keluarga besar suaminya dan tinggal dengan Jean-Marc di apartemen.

Mereka berdua menjadi pasangan yang dimabok cinta. Mereka merasa bahwa pasangannya telah memberikan apa yang diinginkannya selama ini. Chantal merasa bahwa Jean-Marc tidak menuntut apa-apa darinya, sehingga Chantal bisa memberikan cintanya dengan sepenuh hati. demikian pun dengan Jean-Marc.

Sampai suatu hari, ketika mereka terpisahkan karena Jean-Marc harus bertugas ke luar kota. Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah hotel di sebuah tempat wisata. Chantal tiba terlebih dahulu. Namun entah mengapa Chantal merasa aneh dengan dirinya. Sebab di tempat wisata yang ramai itu, ia merasa tak satupun lelaki yang memperhatikannya. Hal ini membuatnya gundah. Maka, saat Jean-Marc datang, hal itu yang disampaikannya.

Bagaimana reaksi Jean-Marc yang datang dengan sepenuh rindu? Jean-Marc merespon: “Dan aku? Bagaimana kau bisa berpikir lelaki tidak lagi menolehmu, padahal aku tidak pernah berhenti mengubermu di mana pun juga kami?” Jawaban ini tentu saja membahagiakan Chantel. Tetapi Chantel ragu, apakah jawaban tersebut benar-benar dari jean-Marc yang dicintainya? Atau jawaban tersebut hanya untuk menyenangkannya?

Sejak peristiwa itu, Chantal menerima surat tanpa alamat. Surat itu berisi kalimat “Aku menguntitmu kemana-mana seperti mata-mata – kau cantik, cantik sekali.” Surat pendek tersebut awalnya membuat Chantal gusar. Namun kemudian dia merasa bahwa masih ada lelaki yang tulus memperhatikannya. Surat berikutnya menyusul. Isi surat menunjukkan detail tentang apa yang dilakukan dan dipakai oleh Chantal. Kini Chantal merasa menjadi seperti remaja yang salah tingkah karena diperhatikan oleh seorang cowok. Ia mulai memakai kalung manik-manik yang dipuji oleh sang pengirim surat.

Sejak itu Chantal mulai menyelidiki, pria mana yang sedang memberi perhatian khusus kepadanya? Mula-mula ia menyangka pria tersebut adalah seorang bangsawan lokal bernama Monsieur Dubarreau, alias Charle Dubarreau. Bukankan di surat tersebut tertera inisial C.D?

Chantal menerima banyak lagi surat dari orang yang tak diketahuinya tersebut. Surat-suratnya semakin berani. Dalam salah satu surat, sang pria menyampaikan sebuah fantasi dimana dia menggendong Chantal yang terbungkus daster merah. Chantal pun mempraktikkanya malam itu. Ia memakai daster merah dan membiarkan Jean-Marc menggendongnya ke ranjang.

Setelah melakukan penyelidikan beberapa lama, Chantal yakin bahwa lelaki yang memperhatikannya bukanlah Charles Dubarreau. Chantal menjadi gelisah dan mencari siapa sebenarnya sang pria tersebut. Ia bahkan menyangka seorang pengemis yang memandangnya adalah pria yang memberi perhatian khusus tersebut. Bukankah sang pengemis tersebut setiap hari memang bisa memperhatikannya? Bukankah di salah satu suratnya menyebutkan bahwa ia memperhatikannya sambil berteduh di bawah sebuah pohon? Bukankah sang pengemis tersebut selalu duduk di bawah pohon yang sama setiap hari? Ia menjadi marah pada dirinya sendiri setelah menyadari bahwa bukan sang pengemis tersebut yang memberi perhatian kepadanya.

Sampai suatu ketika Chantal sadar bahwa lelaki yang mengirimi surat tersebut adalah Jean-Marc. Chantal menjadi marah karena mengetahui hal tersebut. Namun ia tidak mau mengungkapkannya secara terbuka kepada Jean-Marc. Ia berpikir apakah Jean-Marc sedang menjebaknya untuk membuktikan apakah Chantal masih mencintainya? Atau Jean-Marc sedang mempermainkannya dan mengejeknya?

Di sinilah terjadi kerumitan antara cinta, kecemburuan, perasaan dan komunikasi. Jalinan kesemuanya itu menimbulkan kesalahpahaman yang tak bisa diurai. Di sinilah identitas cinta dipertanyakan. Benarkan ada cinta? Apakah cinta membuat kita berperang dengan perasaan mencintai dan meragukan? Apakah cinta membuat kiya yakin sekaligus mempertanyakan?

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB