x

Iklan

Chika Lestari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Jumat, 23 Oktober 2020 07:31 WIB

Saatnya Kita Berguru pada Vietnam dalam Berinvestasi

Salah satu penyebab Vietnam berhasil menarik investor ke negara tersebut adalah kemudahan dalam berinvestasi. Di negara tersebut, hanya perlu dua bulan untuk merampungkan segala perizinan untuk membangun perusahaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tahun 2019, Vietnam berhasil menarik 23 perusahaan yang hengkang dari China akibat perang dagang China-Amerika Serikat. Sepuluh perusahaan lagi ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Sayangnya, tak ada satupun perusahaan yang ‘melirik’ Indonesia.

Salah satu penyebab Vietnam berhasil menarik investor ke negara tersebut adalah kemudahan dalam berinvestasi. Di negara tersebut, hanya perlu dua bulan untuk merampungkan segala perizinan untuk membangun perusahaan. 

Menurut data dari Badan Investasi Asing Vietnam, investasi asing langsung dalam lima bulan pertama tahun 2019 mencapai US$ 16,74 miliar, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sektor yang mendominasi adalah manufaktur, pemrosesan, ritel, dan properti. Kecenderungan ini disebabkan adanya perang dagang China-Amerika Serikat. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak reformasi atau Doi Moi Vietnam pada tahun 1986, ekonomi pasar Vietnam berorientasi sosialis tetapi tanpa pengawasan yang terlalu ketat. Berkat Doi Moi, swasta mendapat tempat dalam memajukan perekonomian nasional. Mereka diantaranya memperoleh izin mengelola lahan. Sebelumnya lahan dikelola secara bersama-sama. 

Kemudian, pemerintah melakukan deregulasi yang membuka pintu lebar bagi investasi asing. Berdasarkan data resmi laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tahun 2008-2018 termasuk yang tercepat. Berada pada 5,03 pada 2012, mencapai 6,81 pada tahun 2017 serta 7,1 pada tahun 2018. Sejak tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Vietnam tak pernah di bawah 5%. 

Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phu, pernah menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Vietnam yang tinggi selaras dengan cita-cita serta harapan pemerintah Vietnam, agar mampu menyerap tenaga kerja, mengurangi angka kemiskinan atau meningkatkan pendapatan penduduk.

Dirinya juga menambahkan sebanyak 2,3 juta orang telah terangkat dari garis kemiskinan Vietnam. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif baru bagi dunia usaha yakni pajak pendapatan perusahaan dikurangi menjadi 15-17% dari sebelumnya 20-22%. 

Walaupun investasi kini hadir di Vietnam, mereka tidak kehilangan nasionalismenya dan menjadi lemah, tidak sama sekali. Mungkin pemerintahan dewasa di Vietnam bersikap pragmatis. Mereka mencoba untuk bisa bersikap memilah antara kepentingan politik dengan ekonomi demi kepentingan rakyat. Vietnam mengarahkan nasionalismenya untuk mensejahterakan rakyat. 

Begitu juga dengan Amerika Serikat. Walaupun telah menjadi negara adidaya dengan volume ekonomi terbesar di dunia, namun kenyataannya negara ini masih membutuhkan investasi untuk lebih makmur. Negeri Paman Sam tersebut mendapatkan investasi sebesar $318 miliar dan negara tersebut semakin menguat. Buktinya adalah, berjuta-juta imigran memilih untuk mengadu nasib di Amerika Serikat. 

Jika pada akhirnya negara lain telah membuktikan bahwa mereka bisa selamat dari jurang ekonomi dengan menghadirkan investasi dengan maksimal, mengapa Indonesia masih minim? Mengapa ‘merah-putih’ seakan berjalan di tempat perkara investasi? Apakah ini karena Indonesia masih belum siap dengan kedatangan investasi asing? Atau ini hanya perkara sentimen semata yang pada akhirnya menghambat perekonomian negara? Atau jangan-jangan Anda sendiri punya jawabannya?

Ikuti tulisan menarik Chika Lestari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler