x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Jumat, 23 Oktober 2020 17:43 WIB

Pilih Santri Pondokan atau Santri Google?

Kenapa santri kopiahan dan sarungan? Karena mereka selalu taklim dan takzim dalam segala hal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jujur saya pengagum gaya santri. Santri itu sederhana, apa adanya. Buktinya, santri doyan kopiahan dan sarungan. Bahkan lengseran hingga mayoran saat khatam Al Quran sudah jadi kebiasaan para santri. Bukan kaum santri, gaya hidup dan jiwa konsumtif hanya kesia-siaan.

Maka sejatinya, santri bukan hanya perilaku, bukan soal pondok pesantren. Tapi santri itu adalah sikap, bahkan jadi gaya hidup bagi sebagian orang. Selain pelopor kebaikan, santri juga dilatih untuk bertumpu pada maslahat. Mereka percaya bahwa semua sudah diatur-Nya. Maka santri hanya ikhtiar dan doa yang baik. Tanpa perlu berprasangka buruk kepada siapapun, apalagi meremehkan orang lain. Santri memang is the best-lah

Saat di pondok, santri bukan hanya taklim. Tapi juga takzim. Belajar ilmu hingga tinggi tapi tetap menjaga sopan santun. Menyalami dan mengecup tangan kyai atau ustadz itu tradisi kaum santri. Bila perlu, sandal kyai pun disiapkan sesaat mau pulang dari majlis ilmu. Santri bergitu hormat, santun, dan sangat menghargai orang lain. Apalagi orang yang dituakan. Maka wajar, santri zaman now terkesan anti mainstream. Karena memang hidupnya di pesantren “tidak biasa” tapi “luar biasa”. Nyuci pakaian sendiri, mandi selalu antre, sholat selalu berjamaah. Menyimak ceramah kyai di masjid, merenungi lalu muhasabah diri. Sungguh, indahnya jadi seorang santri. Itulah santri pondokan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Santri pondokan bila punya medsos pun hanya dipakai untuk menebar berprasangka baik. Bukan untuk menebar kebencian. Kata santri pondokan, memang jangan terlalu mudah percaya pada orang. Apalagi yang tidak bisa dipercaya. Tapi bukan berarti sebab itu boleh berprasangka buruk. Lebih baik muhasabah saja. Agar tetap eling dan selalu ikhtiar membersihkan hati. Untuk tidak menjauhi kebaikan lalu mendekati prasangka buruk. Santri pondokan hanya istiqomah dalam kebaikan. Katanya itu sudah cukup.

Beda dengan santri google. Sebutan buat mereka yang belajar agama dari google. Doyan belajar tapi sayang "kyai-nya dipilih sendiri”. Tidak suka pada kyai yang tidak sepaham, tidak sealiran. Kebaikan, di mata santri google, sangat ekslusif. Hanya untuk orang-orang sepaham dan seperasaan, bukan sepenanggungan.  Tidak jarang santri google menjadikan pesan agama lebih banyak larangannya. Jangan pilih ini, jangan suka dia, jangan begini jangan begitu. Semuanya larangan. Begitu ditanya pedomannya apa? Jawabnya, yah pokoknya begitu saja. Ehh, giliran ada berita hoaks dan kebencian, inginnya paling pertama menyebarluaskan.  Emang juara santri google dah….

Memang tidak ada yang salah dengan santri google. Tapi harusnya, bila mau tahu kebaikan versi google ya cukup untuk dirinya sendiri. Jangan dipilih-pilih lalu disebarluaskan. Apalagi sampai pilih konten yang sepikiran dan seperasaan si santri google. Santri google kadang lucu. Cari di google tapi habis itu dibagi-bagi ke orang lain untuk mempengaruhi lalu memprovokasi. Pantas, akhirnya santri google kerap mendominasi kebenaran. Asal dari si santri google pokoknya semua benar. Giliran kata orang yang tidak disukainya, semuanya salah. Lucu santri google mah. Bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda?

Santri google sering lupa. Bila ada orang salah itu diberi tahu yang benar. Bila ada orang yang tidak tahu diberi tahu. Bila ada orang yang tidak paham ya diajarkan biar paham. Tentu dengan cara-cara yang elegan. Cara-cara yang taklim dan takzim, kata santri pondokan. Bukan malah sebaliknya. Orang salah orang tidak tahu malah dijadikan momen untuk menyerang dan merendahkan. Dan langsung memvobis “salah yang tidak termaafkan hingga hari kiamat…”.

Jadi di momen Hari Santri kali ini. Saatnya kita muhasabah dalam hidup. Bahwa kita tidak lebih baik dari apa yang kita sangkakan. Kita juga tidak lebih baik dari apa yang kita tudingkan ke orang lain. Maka di situlah, makin penting arti belajar, makin penting toleransi untuk bisa membedakan yang baik dan tidak baik.  

Sungguh, tidak sama antara santri pondokan dan santri google. Agar jadi santri yang sebenar-benarnya. Santri yang berpijak pada kebenaran dan kebaikan secara sekaligus. Santri yang tetap taklim tapi menjaga takzim. Karena tiap santri tahu. Bahwa dunia ini ada untuk pergi ke akhirat …. Selamat Hari Santri!

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler