x

Siapapun yang berniat licik dan egois demi kepentingannya sendiri, harus dilawan

Iklan

haikal luthfi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Agustus 2020

Minggu, 25 Oktober 2020 05:56 WIB

Mendidik Anak Melalui Cerita Fabel

Anak perlu mendapatkan pendidikan karakter sejak dini. Salah satu media yang bisa digunakan adalah sastra. Sastra bercerita tentang kehidupan yang mampu menjadikan manusia seutuhnya. Sastra anak, salah satunya bergenre fabel, adalah jenis dongeng yang sarat pesan moral. Kelebihan inilah yang dapat diimplementasikan oleh orang tua untuk mendidik anak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak anak usia dini. Sebab pada usia tersebut menentukan arah kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Salah satu jalur yang dapat ditempuh dalam pendidikan karakter yaitu melalui karya sastra.
 
Seperti yang diketahui, sastra sangat cocok dijadikan salah satu cara mendidik karakter karena prinsip sastra itu sendiri adalah untuk mendewasakan manusia. Sastra merupakan karya yang cerdas, kreatif dan imajinatif serta juga memiliki unsur-unsur nilai  kearifan dan ajaran tentang moral dan karakter. 
 
Anak perlu mendapatkan pengetahuan sejak awal agar kelak dapat memiliki wawasan global. Sastra bercerita tentang kehidupan yang mampu menjadikan manusia seutuhnya. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan kepada anak-anak supaya anak mendapatkan banyak manfaat dan berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang.
 
Salah satu karya sastra yang dapat diimplementasikan pada anak usia dini adalah dongeng, yang merupakan bentuk karya sastra yang bercerita tentang suatu kejadian luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) serta dianggap suatu hal yang tidak benar terjadi. Dongeng anak sendiri memiliki berbagai macam jenis, salah satu jenis yang banyak digemari oleh anak-anak yaitu fabel.
 
 
Dikutip dari Haibunda, cerita fabel merupakan kisah tentang kehidupan binatang, yang dimana binatang-binatang tersebut yang menjadi tokoh dan digambarkan memiliki watak seperti halnya manusia. Mereka bisa berbicara, bekerja, berpikir, atau melakukan aktivitas layaknya manusia.
 
Sebuah jurnal yang berjudul 'Nilai Edukasi dalam Fabel (2014)', menjelaskan bahwa fabel dapat membentuk kepribadian anak, sebab karakter yang ada dalam cerita fabel diperankan oleh hewan atau binatang yang dapat diibaratkan sebagai sifat manusia. Sehingga merupakan sarana yang membantu orang tua untuk mendidik dan mewujudkan karakter anak yang lebih baik.
 
Dalam fabel banyak sekali nilai edukasi yang dapat dipahami oleh anak melalui karakter para tokoh yang dapat dijadikan sebagai teladan. Fiksi sebagai imajiner, khayali berhubungan dengan karakter anak. Wawasan mengenai karakter yang berasal dari tokoh dapat ditiru oleh anak sebagai pilihan pada karakter tokoh yang baik. Pertimbangan moral ini merupakan pilihan karakter bagi anak serta perkembangan kepribadian yang bersifat positif terhadap pertumbuhan dan evaluasi moral berdasarkan jalan penceritaan dari fabel tersebut.
 
Misalnya Dalam fabel yang berjudul “Anjing Mencari Unta”, terdapat pesan moral tentang pentingnya untuk teliti dalam menjalankan sesuatu melalui tokoh yang diperankan oleh Anjing. Suatu ketika, sang Anjing mendapatkan perintah dari Raja Hutan untuk membawakan undangan kepada Unta. Sebab, rapat akbar tidak bisa diberlangsungkan karena Unta belum datang. 
 
Sang Anjing pun kemudian mencari keberadaan Unta. Tetapi, setelah datang ke pelosok-pelosok hutan, ternyata Unta belum juga kunjung ditemukan. Sang Anjing pun mendengar kabar Unta tidak mungkin ditemukan di hutan, namun di padang gurun yang luas. Anjing pun pulang tanpa membawa hasil. 
 
Raja hutan tentu sangat kecewa. Menurut penasehat kerajaan, hanya Unta yang sanggup hidup dilingkungan yang sangat panas dan untuk menghadapi musim kemarau tahun depan, nasihat dan pengetahuan Unta sangat diperlukan. Unta merupakan hewan yang sangat hebat. Artinya, Unta ada di dalam hutan. Hanya saja sang Anjing itu sendiri belum tahu Unta itu merupakan hewan seperti apa. Akhirnya anjing menemukan Kucing yang dikira Unta karena punggunya melengkung, karena disangka Unta.
 
Fabel “Anjing Mencari Unta” tersebut mengajarkan kepada anak untuk senantiasa untuk teliti. Sebab, tak ayal ketidaktelitian kerap kali menciptakan perselisihan. Jadilah orang yang teliti dan jangan gegabah saat melakukan sesuatu. Dengan melakukan sesuatu secara teliti, maka hasilnya juga akan maksimal dan tanpa menimbulkan perselisihan. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik haikal luthfi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu