x

cover buku Bukan Putri Angsa

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 31 Oktober 2020 10:51 WIB

Bukan Putri Angsa - Kisah Pemberantasan Korupsi Berbalut Dendam Pribadi

Kisah pemberantasan korupsi di sebuah perusahaan kayu lapis milik pengusaha Tionghoa yang dibongkar oleh anak gelapnya sendiri. Kasus penyelewengan Dana Reboisasi dan BLBI di Kalimantan Barat menjadi latar belakang novel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bukan Putri Angsa

Penulis: Ernest J.K. Wen

Tahun Terbit: 2006

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Enerjik Kharisma                                                                                    

Tebal: 292

ISBN: 979-25-2070-8

 

Seseorang yang dilukai bisa membalas dendam dengan keji. Apalagi kalau yang melukai adalah orang yang seharusnya mengasihinya. Demikianlah Naomi – tokoh utama dalam novel ini. Ia berupaya membalas dendam dan menghancurkan keluarga ayah kandung yang menelantarkannya. Tema balas dendam terasa sangat kuat dalam novel Bukan Puteri Angsa karya Ernest Wen ini.

Mengambil latar belakang bisnis kayu lapis di sebuah persusahaan keluarga yang cukup besar di Kalimantan Barat, Ernest Wen membangun kisah balas dendam keluarga yang dibalut dengan pemberantasan korupsi di masa awal berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tokoh utama novel ini bernama Naomi. Naomi adalah gadis yang bahagia di masa kecilnya. Sampai suatu saat ia tahu bahwa ayah yang mengasihinya bukanlah ayah kandungnya. Kecelakaan yang membuat Naomi harus mendapatkan transfuse darah membuatnya ketahuan bahwa ayah yang selama ini bersamanya bukan ayahnya. Sang ayah yang kecewa meninggalkannya begitu saja. Sementara ayah kandungnya yang sudah mulai sukses secara ekonomi tak berani mengakuinya sebagai anak. Sebab sang ayah kandung telah menikah dengan janda kaya yang memodalinya menjadi pengusaha. Sang ayah kandung sempat membantu Naomi dan ibunya hidup di Jakarta. Namun kemudian justru di Jakartalah sang ayah kandung tiba-tiba mengabaikan tanggungjawab tersebut. Sehingga Naomi dan ibunya hidup dengan sangat berkekurangan di Ibukota Negara tersebut.

Dengan perjuangan keras, Naomi berhasil meraih gelar sarjana. Dengan bekal sebagai sarjana akuntansi, Naomi berupaya masuk ke jantung bisnis ayahnya di Kalimantan Barat. Naomi berhasil menjadi orang kepercayaan Susan, Kepala Bagian Keuangan di perusahaan. Susan adalah saudara tiri Naomi. Ayah kandungnya – Yap Fuk Shen, menikahi janda beranak satu – anaknya bernama Susan. Pasangan Yap Fuk Shen mendapatkan anak lelaki Steven dan anak perempuan Fei-fei alias Febi. Susan dipercaya oleh ayahnya menjadi Kepala bagian Keuangan, sementara Steven yang brillian dipercaya sebagai Direktur Perusahaan.

Sayang sekali Steven yang brilian tidak diberi kekuasaan penuh oleh ayahnya. Akibatnya Steven menjadi pemuda yang berperangai buruk dan terlibat narkoba. Bukankah kisah Steven ini juga banyak terjadi pada anak-anak konglomerat yang bisnisnya masih dikelola oleh keluarga?

Susan yang sudah menikah dengan anak konglomerat, berkeputusan untuk meninggalkan perusahaan ayahnya dan fokus mengelola usahanya sendiri di Australia. Maka Febi ditunjuk untuk menggantikan Susan sebagai Kepala Bagian Keuangan. Febi masih sangat muda dan baru saja lulus. Maka Naomi memiliki kesempatan untuk mengambil hati Febi. Beberapa kali Naomi yang sudah sangat berpengalaman mampu menyelamatkan Febi dari kemarahan Steven. Naomi berupaya supaya tetap berada di divisi keuangan supaya bisa mendapatkan data dan informasi keuangan perusahaan ini. Ia tak berminat untuk promosi ke divisi lain.

Ketika perusahaan sedang diinvestigasi karena disangka terlibat korupsi, Naomi menjadi pihak yang mensuplai KPK. Ternyata Naomi memang disusupkan oleh KPK ke perusahaan ini. KPK yang bekerjasama dengan Naomi berhasil menangkap Yap Fuk Shen dan memenjarakannya.

Novel ini terbit di era Taufiequrachman Ruki menjadi Ketua KPK. Sedangkan Wakil Ketua KPK saat itu adalah Erry Riyana Hardjapamekas. Saya memasukkan dua nama tersebut dalam ulasan saya terhadap novel ini karena novel ini berkisah tentang pemberantasan korupsi. Peristiwa korupsi yang dipakai oleh Wen dalam novel ini sesungguhnya adalah peristiwa nyata. Yaitu peristiwa korupsi Dana Reboisasi dan BLBI yang meledak di masa reformasi. Meski pembongkaran korupsi dana reboisasi marak menghiasai layer TV dan lembar-lembar surat khabar, namun detailnya banyak masyarakat yang tidak tahu. Wen memberi gambaran bagaimana proses penyelidikan dan proses tangkap tangan dilaksanakan. Wen juga menunjukkan perubahan perilaku para pejabat daerah yang dulu melakukan kongkalikong dengan para pengusaha, tiba-tiba menjadi pejabat yang “lurus” di era awal kehadiran KPK. Sangatlah menarik untuk mendokumentasikan peristiwa pemberantasan korupsi melalui sebuah karya fiksi seperti ini.

Wen sangat berhasil dalam mencipta fiksi. Dengan menggunakan tema balas dendam keluarga ia bisa mengungkap bagaimana jantung bisnis keluarga Tionghoa. Ia berhasil menguliti betapa intrik dalam keluarga pewaris begitu intens. Wen juga mengungkapkan bagaimana perilaku pengusaha Tionghoa jahat yang menggunakan fasilitas kredit dari negara untuk membangun usaha di luar Indonesia. Keluarga Yap membangun usaha lain di Singapura dan di China. Jika kita mau berfikir sejenak, maka penyelewengan uang negara di masa awal reformasi dengan pola yang digambarkan oleh Wen dalam novel ini sungguh sangat masuk akal.

Sebagai seorang yang pernah tinggal cukup lama di Kalimantan Barat, Wen sangat berhasil mewarnai novelnya dengan detail kehidupan masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Pontianak, Sekadau, Landak dan desa-desa yang ekonominya saat itu tergantung kepada perusahaan-perusahaan kayu lapis. Perjalanan dengan menggunakan jalur sungai, suasana kota-kota kecil di Kalbar tergambar dengan sangat baik dalam novel ini.

Wen juga mewarnai novelnya dengan kemuakan Febi, anak bungsu Yap dengan bisnis yang penuh telikung. Febi memilih mengisi masa depannya dengan Herman, seorang dokter yang bekerja di Rumsah Sakit Daerah. Meski Febi muak terhadap bisnis orangtuanya, tetapi Febi adalah tokoh yang tetap berbakti kepada ayahnya. Saat ayahnya harus dipenjara di Kalimantan Barat, Febilah yang mengurusnya. Bakti kepada orangtua yang ditunjukkan oleh Febi ini memperkuat identitas ketionghoaan Febi.

Selipan kecil yang juga dimasukkan dalam novel ini adalah tentang hubungan sejenis. Naomi secara samar-samar digambarkan mempunyai hubungan sejenis dengan Wulandari teman kuliahnya. Wen memang tertarik dengan tema hubungan sejenis ini. Dua novel yang lain, yaitu “Sepasang Remaja Lesbian di Persimpangan Jalan” dan “Janji Sepasang Kekasih Dari Dinasti Ming” juga membahas topik hubungan sejenis ini. Ernest J.K. Wen sepertinya memang menjadikan hubungan sejenis sebagai trade-mark novel-novelnya.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB