x

Kondisi posyandu saat pandemi

Iklan

Fina Akhmala Diny

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Oktober 2020

Sabtu, 31 Oktober 2020 12:45 WIB

Menanti Posyandu Bersemi Kembali

Indah kerap kerepotan saat jadwal imunisasi anaknya tiba. Sebab, ia harus mencari bantuan ke para tetangga untuk mengantarnya ke puskesmas pembantu yang berjarak sekitar enam kilometer dari rumahnya. Maklum, ia menjadi orang tua tunggal yang harus mengasuh anaknya seorang diri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SIDOARJO — Indah kerap kerepotan saat jadwal imunisasi anaknya tiba. Sebab, ia harus mencari bantuan ke para tetangga untuk mengantarnya ke puskesmas pembantu yang berjarak sekitar enam kilometer dari rumahnya. Maklum, ia menjadi orang tua tunggal yang harus mengasuh anaknya seorang diri.
 
Kerepotan itu terjadi setelah posyandu di kampung Indah menutup layanan saat pandemi Covid-19 terjadi. “Sedari anak saya lahir awal tahun ini imunisasi di posyandu selalu bisa, soalnya dekat dan nggak terlalu lama antrinya,” tutur Indah, 10 Oktober 2020.
 
Selain karena jaraknya yang jauh, Indah juga kerap dilanda kecemasan saat harus membawa bayi ke puskesmas pembantu. Pasalnya, jumlah pasien di puskesmas pembantu lebih banyak. Alhasil, antrian makin panjang. Ia juga khawatir terinfeksi Covid-19 di tengah banyaknya jumlah pasien yang datang.
 
Indah adalah warga Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang selama ini mengandalkan posyandu untuk mendapatkan layanan imunisasi. Sejak pemerintah melakukan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19, pelayanan imunisasi di Posyandu Desa Wage pun ditutup sementara waktu sejak April 2020 . 
 
“Pelayanan posyandu dialihkan ke puskesmas pembantu yang berada di balai desa,” kata Wagino selaku kader Posyandu Desa Wage.
 
Posyandu Desa Wage biasanya menyasar 52 balita. Sebelum ditutup, berbagai layanan rutin diselenggarakan di posyandu tersebut mulai dari timbang berat dan tinggi badan, konsultasi gizi, pemeriksaan ibu hamil, pemberian vitamin A, termasuk imunisasi.
 
Saat ini,  pelayanan Posyandu Desa Wage hanya terbatas memberikan vitamin A pada balita secara door to door. Sedangkan pemeriksaan rutin untuk ibu dan anak bisa diakses melalui bidan setempat dengan biaya mandiri. Selebihnya, untuk pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas pembantu. Inilah yang membuat kunjungan warga ke puskesmas pembantu pun akhirnya semakin tinggi.
 
Bukan hanya Indah yang merasakan dampak, tapi ada masalah lain yang muncul karena penutupan posyandu. Wagino menjelaskan, pihaknya tidak dapat melakukan pemeriksaan intensif terhadap tumbuh kembang anak di Desa Wage. 
 
Menurut dia, meskipun kader posyandu bisa tetap melayani dengan protokol kesehatan yang ketat, namun penutupan sementara dianggap langkah terbaik. “Meminimalisasi risiko jauh lebih penting, terlebih lagi anak – anak  sangat rentan tertuliar Covid – 19 ini,” kata Wage.
 
Di sisi lain saat ini jumlah kelahiran di masa pandemi ternyata lebih tinggi. Ketua RW Desa Wage, Asri bercerita, terhitung sejak April hingga Oktober 2020, ada 20 kelahiran di lingkungannya. Padahal tahun sebelumnya, angka kelahiran hanya berkisar 10-15 bayi setiap tahun.
 
Peningkatan angka kelahiran tersebut dirasakan langsung oleh tenaga medis yang menangani ibu hamil dan anak. Saat melakukan imunisasi, jumlah terbanyak penerima imunisasi terdapat di rentang usia 1 – 3 bulan. 
 
Sarana prasarana untuk mendukung imunisasi memang mencukupi, akan tetapi tenaga kesehatan yang menangani cukup terbatas. Oleh karena itu, pihak puskesmas menghimbau pengelola posyandu untuk mendata secara berkala penambahan peserta imunisasi  di puskesmas pembantu.
Beberapa ibu yang merasakan langsung dampak setelah posyandu tidak beroperasi akhirnya menyuarakan aspirasi kepada pengelola kader posyandu. Mereka berharap posyandu tetap melayani dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. 
 
Kader posyandu, Wagino merespon keluhan dari warga tersebut. Dia mengatakan masih berembug dengan pihak terkait untuk bisa mewujudkan aspirasi warga. 
“Opsi pertama yang bisa kami lakukan adalah menggelar layanan secara online atau dengan melakukan kunjungan langsung. Tujuannya agar tidak ada kerumunan apalagi dengan membawa anak-anak, ” tuturnya. [fad]
 
Laporan ini adalah bagian Program Jurnalisme Isu Pelayanan Publik di Masa Covid-19 yang diselenggarakan oleh GIZ dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
 
######
 
Selain kendala tersebut, ada personal yang mengkhawatirkan jangkauan lokasi imunisasi yang sekarang. Jarak antara lokasi rumah dengan pustu lumayan jauh sedang ibu tersebut merawat anaknya seorang diri.
 
“Sedari anak saya lahir awal tahun ini imunisasi di posyandu selalu bisa soalnya dekat dan nggak terlalu lama antrinya, kalau sekarang saya harus minta bantu tetangga kalau anak saya mau imunisasi. Antrinya lama terus panas juga, jadi anak saya nangis terus,” tutur bu indah terkait kendala saat imunisasi di pustu. 
 
Selain itu, indah juga menjelaskan jika ada seorang ibu bercerita jikalau dia khawatir anaknya bisa tertular virus karena di pustu terlalu banyak massa walaupun pihak disana telah menerapkan protokol kesehatan. Hal tersebut dikarenakan ruang yang tidak terlalu lebar serta tenaga medis yang kurang. Adapun  saat ada masalah dalam proses pemberian vaksin terhadap balita sehingga menunda antrian yang lainnya. 

Ikuti tulisan menarik Fina Akhmala Diny lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler