x

Santri yang sedang mengaji via daring

Iklan

Ajie Prasetya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Oktober 2020

Sabtu, 31 Oktober 2020 17:43 WIB

Kaum Sarungan Merambah Digital

Pandemi datang di tengah ketidaksiapan seluruh elemen. Namun, pondok pesantren sudah teruji mampu bertahan dari zaman ke zaman. Termasuk di beberapa Pondok Pesantren di Yogyakarta yang malah mampu melahirkan inovasi pengajaran kepada para santrinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

YOGYAKARTA -- Saban malam dalam enam bulan ini sangat berbeda bagi kalangan santri Pondok Pesantren Al Barokah, Kota Yogyakarta. Tidak ada lagi suasana belajar kitab atau beribadah yang dilakukan dalam satu atap yang sama.

Namun pondok pesantren sudah teruji mampu beradaptasi dari zaman ke zaman. Termasuk beradaptasi di tengah pandemi. Para kaum sarungan di Ponpes Al Barokah mulai merambah dunia digital, termasuk memanfaatkan media sosial agar tetap terhubung dengan para santri.

Pengelola Pesantren Al Barokah hingga saat ini memang belum membolehkan para santri kembali ke pondok karena khawatir jadi klaster baru penyebaran Covid-19. Tapi itu tak terlalu jadi soal. "Untuk saat ini, alhamdulillah kegiatan pesantren bisa dilaksanakan meskipun hanya lewat streaming di Instagram dan Facebook,” ujar Aulawi Milad Utami, seorang pengurus pendidikan pesantren tersebut. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inovasi pembelajaran melalui Instagram dan Facebook tercetuskan dalam pesantren. Meskipun terbilang asing, pesantren mencoba hadir dalam inovasi pendidikan ini sehingga menjadikan para santri yang berada di rumah tetap aman dan bisa belajar dengan tenang.

Seperti kegiatan biasa yang dilaksanakan dalam pesantren, kegiatan pengajian via Instagram dan Facebook ini dilakukan pada malam hari dan hanya satu jam. 

‘’Sebelum pengajian, santri tentunya diberitahu via grup WhatsApp sehingga tidak akan ketinggalan dalam mengikuti pengajian,’’ kata Tami—nama panggilan Aulawi Milad Utami. 

Pengajian ini dilaksanakan dalam sebuah aula. Hanya ada beberapa santri dalam ruangan itu yang menyimak pengajian dari salah satu kyai. Jarak mereka berjauhan dan tidak lupa ada gawai yang senantiasa merekam pengajian dan menyiarkan langsung via media sosial. Materi pengajian pun tetap  diselingi guyonan kecil lazimnya pengajian pesantren pada biasanya. 

Pengajaran via daring ini memang terbatas, hanya sekedar mengkaji kitab bidang fiqih, tasawuf, dan akhlak seperti Sulamuttaufiq, Nurudz Dzolam, Ushfuriyah sampai Ta’limul Muta’lim. Tidak seperti biasanya yang lebih spesifik karena adanya Madrasah Diniyyah—sebuah sekolah agama yang di dalamnya hanya menyajikan materi keagamaan dari berbagai macam bidang ilmu. 

Menariknya dari pengajian ini jika santri berhalangan hadir, bisa tetap mengakses video pengajian pada hari tersebut di akun Instagram dan Facebook @ppalbarokah sehingga para santri tidak tertinggal dengan materi pengajian.

Tak mau ketinggalan, Pengurus Madrasah Diniyyah Salafiyyah IV Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek L pun menghadirkan inovasi dalam pengajaran. Pada bulan Juli-Agustus mereka menggunakan Zoom dan Google Meet untuk mengikuti kelas Madrasah Diniyyah.

Dalam metode ini, pihak pengurus madrasah sebelum melakukan kegiatan jauh-jauh hari membagikan dahulu poster jadwal kegiatan di grup santri pesantren. Kegiatan madrasah dimulai pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB dengan materi yang beragam dan lengkap. Ada fiqih, sejarah, tajwid, akidah, sampai tauhid. Untuk kitab disesuaikan dengan kelas dari masing-masing santri dimana ada enam kelas di madrasah tersebut, yaitu I’dadiyyah, Ula, Tsani, Tsalis, Robi’, dan Takhasus.

Sekilas tidak ada perbedaan dengan kelas dalam pendidikan formal, namun dalam pengajaran ini santri diminta untuk tetap menghidupkan kamera dan tidak boleh mematikannya. Hal lainnya, santri tetap diwajibkan memakai pakaian sopan dan rapi layaknya ketika mengaji biasa sehingga adab atau tata krama dalam mengaji walau secara daring tidak luntur dalam kegiatan ini.  

Menurut Ikmal Maulanal Huda, santri yang mengikuti kelas diniyyah, mengakui pengajaran ini merupakan hal yang baru di dunia pesantren. ‘’Para santri sedikit kaget dengan hal ini, karena sudah lama tidak mengaji diniyyah di rumah. Sehingga metode pengajaran via Zoom dan Google Meet ini terbilang unik dan inovatif. Meskipun tetap saja enak mengaji secara langsung,’’ kata Ikmal. 

Meskipun dilaksanakan sekitar hanya sebulan dan terasa asing, menurut Ikmal hal ini sangat positif serta berdampak guna menekan angka penyebaran COVID-19. Menurutnya, pondok pesantren  harus tetap menghadirkan terobosan supaya santri  bisa mengaji di kala pandemi. 

Inovasi demi inovasi lahir dari pesantren, terutama dengan memanfaatkan teknologi di dalamnya. Meski begitu masih ada pesantren yang masih mempertahankan pertemuan fisik. Pesantren tersebut bernama Pondok Pesantren Waria Al- Fatah.

Di dalam pesantren ini memang tidak terlihat inovasi yang dilakukan di bidang teknologi atau terkini. Pihak pesantren hanya mengadakan pembelajaran via tatap muka. Tentu ada alasan di balik hal ini, salah satunya dengan jumlah santri yang memang lebih sedikit.

'‘Di pondok ini (Al Fatah) santri hanya berjumlah sekitar 40 orang. Memang di awal pandemi sempat dihentikan kegiatan pengajaran, namun saat ini sudah berangsur pulih tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat,” ujar salah satu ustaz di pesantren tersebut, Adam Farabi.

Dengan jumlah santri yang sedikit dan jarang yang bermukim, pesantren ini memang terbilang unik. Di sini menjadi wadah bagi para transgender untuk mengaji dan diskusi mengenai ilmu agama. Hal lainnya, kebanyakan dari para santri sudah berusia dewasa sehingga pengajian hanya berlangsung  Sabtu dan Minggu.

Pengajian di pesantren ini sudah dimulai beberapa waktu lalu, dengan menggunakan protokol yang ketat. Para santri diwajibkan menggunakan masker dan berjarak dalam kegiatan, bahkan beberapa di antaranya menggunakan pelindung wajah (face shield). Di Pesantren Al Fatah, santri hanya belajar kitab dasar seperti Iqra dan pengajaran musik hadroh.

Setelah pengajian di sore hari, biasanya para santri melakukan kegiatan diskusi dengan sesama santri. Jika tidak sedang pandemi, diskusi sering dilaksanakan bersama  komunitas lain.  

Pesantren dan Kesiapan Dalam Beradaptasi dengan Zaman  

Kehadiran berbagai inovasi pengajaran menjadi bukti bahwa pesantren tetap berada dalam persaingan global. Pesantren tidak gagap terhadap perubahan termasuk terhadap rintangan yang disebabkan pandemi. 

Menurut ketua Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara wilayah Yogyakarta—sebuah komunitas kumpulan santri se-Jogja, Ahmad Nur Islah atau biasa disapa Gus Ishlah, memang perlu diapresiasi. Dia berharap kelahiran inovasi pembelajaran oleh  pesantren terus berlanjut setelah pandemi usai untuk mendukung kemajuan para santri. 

‘’Santri memang sudah terbukti kuat dalam menghadapi kesulitan. Semoga nantinya bisa lahir inovasi dari pesantren lainnya di Yogyakarta dan tidak hanya masa pandemi ini sehingga santri bisa berkhidmah dalam kemajuan dunia pesantren dan pendidikan negeri’’. 

Pandangan lain diberikan oleh Benni Setiawan, dosen Agama Islam Universitas Negeri Yogyakarta.  Menurut dia, hadirnya inovasi dari berbagai pondok pesantren dalam pembelajaran di masa pandemi  menjadi bukti kesiapan pesantren menghadapi perubahan. 

‘’Lahirnya inovasi memang menjadi sebuah keniscayaan, mau tidak mau pesantren harus siap menghadapi perubahan zaman. Termasuk membuat pembelajaran dalam bentuk digital seperti dalam masa kini,’’ kata Benni.

Ke depannya, inovasi pesantren perlu diperluas dengan membuat literatur berupa fiqih digital sehingga santri bisa mengaksesnya lebih mudah. “Tujuannya untuk mencegah degradasi moral dan bisa menjadi sumbangsih juga bagi santri dan pendidikan di Indonesia,” kata Benni berharap.***

 

Laporan ini adalah bagian Program Jurnalisme Isu Pelayanan Publik di Masa Covid-19 yang diselenggarakan oleh GIZ dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

 

 

Ikuti tulisan menarik Ajie Prasetya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB