x

Iklan

M. Fitrah Wardiman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Maret 2020

Senin, 2 November 2020 06:35 WIB

Pelajaran Penting di Unggahan Youtube Panji Petualang


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kali ini, penulis ingin meresensi unggahan Youtube. Alasannya sederhana, tidak ada bahan cerita lain. Bagi sebagian pembaca, resensi film boleh jadi terdengar biasa. Tapi resensi unggahan Youtube Panji Petualang, mungkin saja sebuah kebaruan.

Videonya berjudul Pahlawan Orangutan dari Spanyol yang diunggah pada 23 Maret silam. Isinya menggambarkan betapa perjuangan mempertahankan habitat hewan bukan perkara mudah.

Cuplikannya cukup pendek. Terbagi ke dalam beberapa episode yang durasinya kurang dari 12 menit. Diperankan oleh Panji Petualang dan Dr Karmele Llano Sanchez, yakni seorang pemerhati hewan asal Spanyol, serta tim International Animal Rescue (IAR) Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jujur saja, kali pertama saya menyimak video ini bukan karena kehendak hati, melainkan karena terpaksa. Kala itu, penulis diberi tugas meresensi film. Awalnya agak kaget. Sempat syok bahkan. “Kok, Youtube Panji Petualang. Memangnya tidak ada yang lain?”, kataku mengesalkan setelah menerima link youtube yang disematkan lewat email.

Namun nyatanya, setelah ditonton, tak butuh waktu lama bagi saya untuk jatuh cinta, bangga, dan kagum kepada para pemerhati satwa di Indonesia.

Bermula dari kota Pontianak, Kalimantan Barat, Dr Karmele Llano Sanchez –akrab disapa Karmele– bersama tim International Animal Rescue (IAR) Indonesia dan Panji, bergerak menuju Kota Sintang. Misi mereka adalah melepas enam orangutan ke habitatnya di Taman Nasional Bukit Baka. Letaknya tak jauh dari Kabupaten Malawi.

Untuk mencapai Taman Nasional Bukit Baka, dari Kota Sintang, dibutuhkan waktu berjam-jam. Ditempuh lewat darat menggunakan mobil bak terbuka. Menyusuri hutan. Jalan berlumpur, berlubang, licin dan becek. Tak jarang ban mobil yang mereka tumpangi terjerembab ke dalam kubangan lumpur hingga harus ditarik menggunakan mobil penolong.

Sementara diatas mobil bak terbuka, hewan primata yang akan dilepas juga ikut terguncang akibat medan yang berbukit. “Melepas orangutan ternyata lebih sulit daripada merehabnya,” kata Panji seperti dikutip dalam video. Namun, lelah dan bahagia tampak setelah mereka berhasil membawa primata cerdas itu ke habitat semula.

Cerita lainnya sepulang dari melepas satwa lindung itu, tim IAR Indonesia kemudian mampir di Kabupaten Malawi. Disana, mereka bertemu dengan Pak Yadi, sapaan akrab, seorang aktivis IAR yang bertugas di Malawi. Mereka bercerita tentang maraknya perburuan satwa di Malawi yang terjadi sejak tahun 2012.

Selain itu, Pak Yadi juga menjelaskan hewan perburuan itu di impor ke Cina untuk dijadikan obat. “Chinese traditional medicine. Jadi itu semua dikirim ke Cina,” sambung Dr. Karmele menimpali pembicaraan.

Bukan hanya orangutan yang jadi perburuan di Kalbar, tapi juga empedu beruang, paruh rangkong gading, sisik trenggiling, dan landak. Semua hewan langkah. Dibunuh, lalu organnya dijual ke penada. Setelah itu dikirim ke Cina untuk diolah menjadi bahan baku obat tradisional.

Ada dua hal menarik disepanjang cerita. Pertama, mengajarkan kita bahwa perburuan satwa merusak ekosistem keseimbangan hidup antara manusia dan hewan. Kedua, kejadian yang dikisahkan adalah bukti konkret lemahnya regulasi perlindungan hewan di Indonesia. Padahal, ekosistem sama pentingnya dengan isu ekonomi. Menyangkut hajat hidup orang banyak.

Bukti tentang lemahnya regulasi perlindungan hewan ini bisa dilihat pada beberapa peristiwa. Ambil contoh di pulau Sumatera misalnya, perkelahian antara gajah dan manusia sudah berlangsung bertahun-tahun. Kasarnya, menjadi agenda liputan tahunan para jurnalis. Belum lagi harimau sumatera yang terancam punah karena menjadi incaran penduduk setempat, sebab dituduh merusak lahan pertanian.

Oh ya. Saat menulis ini, saya jadi ingat berita tentang pernikahan antara manusia dan ular kobra yang pernah terjadi di India. Cukup menghebohkan jagat maya. Selain menyegarkan, juga memberi daya kejut.

Ikuti tulisan menarik M. Fitrah Wardiman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler