x

Iklan

Dialektika Ruang Publik

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Oktober 2020

Kamis, 5 November 2020 05:58 WIB

Harga Vaksin Covid 19 dI Indonesia Rp200-300 ribuan. Undervaluable or Overvaluable?

Hampir setahun ini dunia telah dilanda ganasnya covid 19. Banyak kematian, ada kesembuhan, ada banyak kasus yang terjadi. Hampir di negara-negara berkembang sudah memasuki tahap resesi termasuk Indonesia. Bagaimana dengan harga vaksin nanti yang akan ditawarkan oleh pemerintah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perekonomian runtuh perlahan-lahan memasuki resesi, daya beli berkurang, uang negara kosong, dompet emak-emak kosong, penjualan pasar-pasar menurun drastis, kegiatan pasar-pasar strategis seperti pariwisata, ritel, ekonomi kreatif, dan koperasi-ukm-umkm merososot tajam. Lalu apa boleh buat, perusahaan-perusahan mulai menurun daya jualnya sehingga terpaksa memecat para pekerja-pekerjanya, PHK besar-besaranpun terjadi sehingga timbullah pengangguran secara besar-besaran.

Kebijakan strategis fiskal pemerintah begitu sulit mencari celah jalan untuk mempertahankan/menambah/memperbaiki modal dan uang kas. Sehingga mau tidak mau harus mencetak uang lagi dan lagi yang bisa membuat inflasi semakin bertambah. Di sisi lain Kebijakan moneter tidak sepenuhnya bisa mengakomodir kegiatan usaha perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, pasar modal, dst. Dengan kata lain corona virus telah menghantam segala sisi perekonomian dunia termasuk Indonesia.

Pemerintah sangat bingung dengan kesehatan dan perekonomian. Kedua sektor penting ini yang sedang dipikirkan sangat keras oleh pemerintah karena harus mengeluarkan uang yang sangat banyak. Dilemanya adalah ketika pemerintah berhati-hati berhemat dengan pengeluaran uang sementara perekonomian dan kesehatan menuntut memerlukan begitu banyak uang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu juga dengan ekonomi keluarga. Emak-emak harus menghemat uangnya untuk mengatur dapur, hutang, keperluan sehari-hari anak dan suami. Emak-emak memutar otak agar uang satu bulan itu cukup dari tanggal 1 sampai tanggal 1 mana yang penting harus dibeli dan mana yang tidak dulu dibeli. Sementara uang dari suami perbulan tidak ada kenaikan bahkan semakin lama ada pengurangan seperti pesangon, bonus, dst. Harga barang dan jasa bertambah naik sementara uang bulanan keluarga tidak bertambah naik yang terpaksa harus memutar otak.

Belum juga mereka butuh releks untuk rekreasi keluarga yang juga butuh dana untuk pergi jalan-jalan. Emak-emak sama seperti menteri keuangan memutar mutar otak soal pemasukan dan pengeluaran. Bedanya emak-emak dalam skala kecil sementara menteri keuangan dalam pemetaan yang sangat besar.

Melihat perekonomian yang sangat mengkhawatirkan bagi setiap manusia, kesehatan adalah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, utamanya soal penanggulangan, proses prosedural penanganan Covid-19 ini. Dari data sehari-hari yang diperlihatkan oleh pemerintah melalui Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Indonesia adalah total kasus 415 ribu orang, sembuh 346 ribu orang, kematian 14.044 orang.

Sementara di seluruh dunia total kasus 46,6 juta orang, sembuh 31,1 juta orang, kematian 1,2 juta orang. Sampai hari ini belum ada obat yang pas bisa menyembuhkan secara total Covid-19. Yang baru ada adalah rencana pembuatan vaksin yang gunanya adalah hanya untuk menambah imun (daya tahan) tubuh seseorang.

Impor Vaksin Bulan Desember

Ketika belum ada satu pun vaksin Covid-19 yang dinyatakan berhasil oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), temasuk vaksin Sinovac asal China, pemerintah Indonesia justru telah memesan jutaan dosis vaksin itu. Uji Klinis akan dilakukan oleh BPOM bulan Desember. Diketahui wilayah Bogor, Depok, Bekasi (Bodebek) di Jawa Barat menjadi target vaksinasi awal dari vaksin yang dibeli jadi oleh pemerintah.

Sementara per hari ini skenarionya, vaksin tipe satu yang dibeli langsung itu jumlahnya hanya 9 juta paket (untuk Bodebek) karena rencananya di Bodebek sebagai episentrum Indonesia. Indonesia diketahui telah memiliki komitmen pembelian vaksin jadi dari tiga produsen vaksin Covid 19, yakni Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac.

Sinovac ini dalam bentuk jadi itu jumlahnya sekitar 3 juta dan itu akan masuk bertahap. Kemudian juga akan masuk dalam bentuk bahan baku yang akan diproduksi di Biofarma. Nah, itu tahap awalnya setara dengan 15 juta. "Bapak presiden mengarahkan bahwa ini akan bisa dimulai saat Badan POM mengeluarkan emergency use authorization (EUA)," kata Menko Perekonomian.

Data Harga Versi pemerintah

PT Bio Farma (Persero) menyampaikan harga untuk vaksin Covid-19 di Indonesia di kisaran Rp200 ribu, tidak akan memberatkan pemerintah. Menurut Heri Subiakto Sesmenkominfo harga vaksin sekitar Rp200–300 ribu rupiah.

Data harga Versi Masyarakat

Fadli Zon mengatakan bahwa gubernur Sao Paulo Brasil kontak dengan China harga vaksin sekitar US$ 2 per dosis. Menkes Polandia Bilang harga sekitar 2 Euro. Vaksin akan ada nanti sekitar musim semi (Maret –April). Barangnya sekarang masih gaib.

Analisis Harga Vaksin

Kata kunci konsep target vaksin adalah smart, spesifik, measureable. Kalau seandainya harga jual 2 US$ (20 ribu) atau 2 Euro (Rp30 ribu) di Brasil dan Polandia dan akan dijual seharga Rp200 ribu/dosis di Indonesia, artinya ada selisih 170 ribu s.d 180 ribu rupiah per dosis dari return vaksin. Tentu ada biaya-biaya untuk biaya uji klinis BPOM, biaya Riset Analisis Vaksin, biaya produksi, biaya operasional, biaya marketing dan biaya lain-lainnya.

Modal

Jika uji coba vaksin yang akan masuk adalah 15 juta dosis dengan harga 2 Dolar atau 2 Euro artinya 15 juta dosis X 2 US dolar =  30 juta US dolar versi Brasil, 15 juta dosis X 2 euro = 30 juta euro versi Polandia. 30 Juta US dolar versi Brazil = 30 juta US$ X Rp.10.000 = Rp. 300.000.000.000,-/ 300 milyar.

Kalau 30 juta euro versi Polandia = 30 juta euro x Rp.15.000,- = Rp. 450.000 Juta / 450 milyar. Artinya pemerintah harus mengeluarkan uang sebesar 300 – 450 milyar rupiah untuk pembelian 15 juta dosis dengan target uji coba awal Debotabek desember nanti.

Penjualan

Jika penjualan per dosis adalah Rp200 ribu, maka 300 milyar x 200 ribu = Rp. 300.000.000.000,- X Rp. 200.000,- = Rp. 60.000.000.000.000.000,- = Rp.60 Ribu trilyun versi dolar negara Brazi. Dan 450 Milyar x 200 ribu = Rp.450.000.000.000,- X Rp.200.000,- = 90.000.000.000.000.000,- = Rp.90 ribu trilyun versi euro Polandia. Artinya penjualan vaksin oleh pemerintah mencapai Rp 60 ribu / 90 ribu trilyun per 15 juta dosis.

Artinya Rp60 ribu trilyun per 15 juta dosis = 4.000 juta per dosis / Rp 4 milyar per dosis. Dan artinya Rp 90 ribu trilyun dibagi 15 juta dosis = 6.000 juta per dosis atau Rp6 milyar per dosis. Jika dosis habis dibeli masyarakat, penjualan pemerintah mencapai 4-6 milyar rupiah. (koreksi lagi ya teman-teman kalau saya salah hitung, banyak banget nol nya)

Pertanyaan selanjutnya untuk biaya apa saja 4-6 milyar per dosis dari hasil penjualan tersebut menurut pemerintah?

Tentu saya tidak bisa menjawabnya karena saya tidak bisa menjabarkan biaya biaya yang terjadi atas pembuatan vaksin. Yang pasti ada biaya-biaya yang sangat besar menurut saya yaitu biaya produksi dan biaya riset uji coba. Kalau diasumsikan biaya produksi dan biaya riset mencapai 80%, maka 80% x 4 milyar = 3,2 milyar atau 80% x 6 milyar = 4,8 milyar per dosis. Masih ada 0,8 milyar dan 1,2 milyar untuk biaya-biaya lainnya.

Apakah dengan pendapatan pemerintah yang mencapai 4-6 trilyun per dosis dari penjualan, harga 200 ribu per dosis untuk masyarakat itu menjadi undervaluable atau overvaluable?

Terus terang saya hanya karyawan biasa. Saya merasa harga Rp200 ribu adalah begitu mahal bagi saya. Rp100 ribu pun masih terasa mahal bagi saya. Betapa tidak, dengan harga Rp100 ribu per dosis pun pemerintah masih mendapat keuntungan penjualan sebesar 2 – 3 milyar per dosis. Artinya 80% dari penjualan untuk biaya produksi dan riset adalah 1,6 – 2,4 milyar, sisanya 0,4 dan 0,6 milyar masih bisa untuk membiayai yang lainnya. Mungkin dengan harga 25 ribu – 50 ribu per dosis masih masuk akal menurut saya. Bagaimana menurut teman-teman? Mungkin ada analisis-analisis lain yang bisa dipaparkan walaupun ada perbedaan pendapat, saya dengan senang hati menerimanya. Semoga analisis saya bisa bermanfaat.

Sekian dan terimakasih.

Ikuti tulisan menarik Dialektika Ruang Publik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler