x

Indra Sjafri

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 12 November 2020 21:15 WIB

Indra Sjafri: PSSI akan Setop Pengiriman Tim ke Luar Negeri

Kuncinya, pemain terbaik yang direkrut klub atau timnas suatu negara, tentu yang moncer bernain dalam kompetisi atau kejuaraan dunia. Bukan pemain yang hanya sekadar dibina dan dilatih seperti program Garuda Select dan lainnya. Namun demikian, rencana PSSI.yang di sebut Indra akan menitipkan 1-2 pemain ke klub di Eropa tetap patut dicoba. Namun dengan catatan pemain benar-benar harus layak dan berkualitas. Karena sekadar dititipkan, tentu perkembangan pemain juga bisa terbatas, karena kesempatan ikut berkompetisi pasti kurang. Berbeda bila judulnya, pemain dikontrak. Tentu akan mendapatkan kesempatan menit bermain dalam kompetisi resmi. Itulah seharusnya yang terjadi untuk pemain Indonesia bila bergabung dengan klub luar negeri. Sehingga teruji dan bergigi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Seperti gayung bersambut, publik sepak bola nasional sebenarnya sudah berpikir, untuk apa mengirim 1 tim Indonesia berlatih dan menimba ilmu ke luar negeri jika, namun begitu sampai pada perekrutan pemain timnas sesuai kelompok umurnya, pemain yang telah dikirim dalam 1 tim ke luar negeri, ternyata tidak semuanya layak dan terpanggil ke Timnas Indonesia.

Atas fakta ini, ternyata dalam dalam webinar Youth Football Development bersama Kemenpora, Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri mengungkapkan bahwa PSSI tidak lagi mengirim satu tim ke luar negeri, tapi menitipkan satu atau dua pemain di setiap klub yang ada di luar negeri.

Atas rencana ini, saat saya tanyakan langsung melalui pesan whastapp, Rabu (11/112020), apakah kira-kira Program Garuda Select akan ada yang ke-4 atau tidak?

Indra pun menjawab "Nanti kita lihat, karena kontrak 10 tahun, kita akan diskusikan ulang ke Mola, teknis pelaksanaan, mulai sumber pemain, dan aturan-aturan lainnya.

Sesuai jawaban Indra, saya sampaikan dukungan, bila PSSI tidak lagi mengirim 1 tim ke luar negeri, karena model program ini boleh disimpulkan tak efektif. Mengapa?

Kita lihat saja fakta teranyar. Ada berapa pemain jebolan Garuda Select 1 dan 2 yang terpanggil ke Timnas Indonesia? Padahal dari proses seleksi hingga para pemain mengenyam pendidikan sepak bola di Inggris, tidak main-main dan memakai nama Garuda Select. Namun, hasil olahan Garuda Select yang bahkan menelan anggaran tak sedikit, ternyata tak signifikan bagi kebutuhan timnas dengan pelatih yang berbeda.

Setali tiga uang, Program Garuda Select ini pun sejatinya tak jauh berbeda dengan program pengiriman 1 tim.ke luar negeri terdahulu. Seperti Program Primavera, Barreti, dan SAD Uruguay.

Artinya, program-program pengiriman 1 tim ke luar negeri sudah terdeteksi banyak kekurangan baik yang dirasakan oleh pemain, pelatih timnas, dan publik sepak bola nasional karena sudah banyak kisah-kisah yang menghambat pemain dapat berkembang karena hanya berbeda tempat dan suasana saja, namun timnya sama.

Alhamdulillah, hal ini kini disadari PSSI dan memutuskan ke depannya PSSI tak akan mengirim tim 1 rombongan lagi.

Indra pun menyampaikan alasan logis lainnya dengan menyebut:

“Kalau ramai-ramai (satu tim) maka mereka akan komunikasi dengan Bahasa Indonesia, mungkin kadang-kadang makan-makanan Indonesia juga. Tapi, kalau sendiri, mereka akan dipaksa untuk bisa belajar gaya hidup sepak bola Eropa,” tuturnya.

“Seperti Egy sekarang, dia sudah bisa Bahasa Inggris, sudah terbiasa dengan gaya hidup sepak bola ala Eropa, ini yang kami inginkan," ucapnya lagi.

Untuk itu Indra pun berpikir bahwa bila ada10 sampai 20 anak bermain bersama klub di Eropa, yakin membangun timnas tidak perlu waktu berbulan-bulan. Tidak perlu ada TC jangka panjang. Cukup TC sesuai dengan aturan FIFA, 2 atau 3 minggu sebelum pertandingan.

Sejalan dengan pemikiran Indra, maka pengiriman 1 tim ke luar negeri yang selama ini boleh dibilang ada efek mubazir, buang waktu dan anggaran memang sangat tak signigikan dengan kebutuhan timnas. Sebab, siapa pun pelatih yang dipercaya untuk membesut timnas Indonesia, tidak ada kewajiban harus memilih pemain yang telah tergabung dalam 1 tim yang dikirim ke luar negeri.

Lihat fakta terbaru, dalam Timnas U-19, ada berapa pemain jebolan Garuda Select yang dilirik Shin Tae-yong? Bila dibuat prosentasenya, apakah Program Garuda Select tidak sama dengan program yang gagal? Jawabnya, publik tentu dapat menyimpulkan sendiri.

Sebab, secara logika, muara dari program Garuda Select adalah sama seperti program Primavera, Baretti, dan SAD Uruguay, yaitu menjadi pemain timnas. Namun, faktanya apa daya, tidak semua pemain jebolan program tersebut, terpanggil ke timnas. Lebih parah lagi, dikontrak oleh Klub Liga 1 atau 2 di Indonesia saja tidak.

Untuk itu, mungkin yang terbaik bagi sepak bola Indonesia adalah tetap melakukan seleksi alam. Memutar kompetisi dengan benar dan berkualitasdi semua kelompok umur mulai akar rumput hingga Liga 1.

Dari hasil kompetisi itulah akan tersaring dan terjaring pemain bertalenta yang bisa jadi ditarik langsung oleh klub-klub di luar negeri. Atau akan terjaring pemain terbaik yang masuk timnas di setiap.kelompok umur dulu. Baru setelah pemain tampil moncer di timnas saat bertanding di level Asia Tenggara atau Asia, klub luar negeri akan melirik dan mengontrak sang pemain.

Lihat, setiap usai gelaran Piala Asia, Piala Eropa, America, Africa, Kejuaraan antar Klub hingga Piala Dunia, tentu sesudahnya terjadi perekrutan pemain oleh klub-klub di dunia.

Kuncinya, pemain terbaik yang direkrut klub atau timnas suatu negara, tentu yang moncer bernain dalam kompetisi atau kejuaraan dunia. Bukan pemain yang hanya sekadar dibina dan dilatih seperti program Garuda Select dan lainnya.

Namun demikian, rencana PSSI.yang di sebut Indra akan menitipkan 1-2 pemain ke klub di Eropa tetap patut dicoba. Namun dengan catatan pemain benar-benar harus layak dan berkualitas. Karena sekadar dititipkan, tentu perkembangan pemain juga bisa terbatas, karena kesempatan ikut berkompetisi pasti kurang.

Berbeda bila judulnya, pemain dikontrak. Tentu akan mendapatkan kesempatan menit bermain dalam kompetisi resmi. Itulah seharusnya yang terjadi untuk pemain Indonesia bila bergabung dengan klub luar negeri. Sehingga teruji dan bergigi.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler