Relawan-relawan kesehatan memetakan wilayah-wilayah berisiko COVID-19 di wilayahnya. (Sumber: Dok. Pencerah Nusantara)
Sembilan bulan lebih pandemi COVID-19 di Indonesia dengan angka kasus per 9 November 2020 melebihi 480.000 kasus. Penanganan wabah tidak boleh hanya berasal dari sisi medis atau kebijakan pemerintah, masyarakat juga perlu terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan pandemi ini.
Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) merupakan salah satu strategi penanganan wabah yang tertera pada pedoman penanggulangan COVID-19 revisi kelima. Strategi ini bisa dilaksanakan oleh gugus tugas kewilayahan atau relawan setempat. Menurut Ketua Tim Pencerah Nusantara COVID-19 (PN COVID-19) Mepsa Putra, pengembangan program SBM tidak hanya berfungsi menguatkan peran masyarakat menanggulangi COVID-19, namun juga mempercepat deteksi suspek di suatu wilayah.
“Masyarakat perlu terlibat (SBM) karena mereka adalah garda terdepan yang sebenarnya, namun sebelum itu kami perlu memastikan relawan-relawan ini mendapatkan pelatihan yang cukup agar mereka terlatih dan mahir,” ujarnya. Kegiatan SBM dikembangkan Puskesmas Garuda dan Puskesmas Babatan melalui kolaborasi antara Tim PN COVID-19 dan Kelurahan Campaka dan Kelurahan Ciroyom, Kecamatan Andir, Bandung, sebagai perwakilan wilayah intervensi.
Pemetaan Populasi
Relawan program SMB diberi pelatihan untuk memetakan populasi rentan, yakni orang-orang yang pasca terinfeksi COVID-19 mengalami penurunan kesehatan drastis, seperti lansia, ibu hamil, dan orang dengan komorbid. Secara prinsip, penerapan pemetaan populasi dimulai dengan identifikasi populasi rentan di suatu wilayah.
Kemudian, identifikasi itu akan diterjemahkan ke sebuah peta per rukun tetangga di sebuah wilayah. “Kami sebisa mungkin melakukan pemetaan sampai tingkat paling bawah di kewilayahan seperti rukun tetangga,” ujar dr. Yoghi, Pembina Wilayah Kelurahan Campaka dari Puskesmas Garuda.
Kerentanan suatu RT pada masa pandemi akan terlihat dari peta ini sehingga relawan dan petugas kesehatan setempat dapat memberikan prioritas. “Kalau sudah dipetakan dan diurutkan, pihak RW bisa liat melihat wilayah RT yang berisiko,” jelas Pak Edi salah seorang Ketua RW di Kelurahan Ciroyom.
Pemantauan Gejala
Setelah melakukan pemetaan, relawan juga perlu memantau gejala infeksi COVID-19 yang dialami populasi rentan sebelum divalidasi petugas kesehatan di puskesmas setempat. “Relawan dan gugus tugas dilatih memahami gejala-gejala pada suspek COVID-19. Karenanya, kita berharap penemuan suspek ini menjadi lebih cepat dan dapat ditangani segera di puskesmas,” ujar Evaliza Pelaksana Program Surveilans di Puskesmas Babatan.
Kerelawanan adalah poin kunci menghadapi pandemi COVID-19. Penerapan strategi seperti pemetaan wilayah rentan dan pelatihan relawan adalah beberapa kegiatan berbasis masyarakat yang bisa membantu penanganan pandemi. Sebab, kita memahami, tenaga kesehatan adalah penjaga terakhir, sementara publik luas adalah garda terdepan pemimpin perlawanan terhadap pandemi.
Tentang Pencerah Nusantara COVID-19
Pencerah Nusantara adalah inovasi mengurangi kesenjangan pelayanan publik di bidang kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat dan sejahtera yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Pencerah Nusantara menekankan penguatan pelayanan kesehatan primer (puskesmas) oleh tim pemuda multi-profesi. Pencerah Nusantara COVID-19 hadir menguatkan puskesmas di wilayah Jakarta dan Bandung menghadapi pandemi COVID-19 selama periode 6 bulan masa penempatan. Model Pencerah Nusantara menekankan peran anak muda dalam sebuah tim dengan beragam profesi, pemantauan dan evaluasi, inovasi, dan kolaborasi multi-sektor. Sejak 2015 model intervensi puskesmas berbasis Tim Pencerah Nusantara diadopsi Kementerian Kesehatan sebagai program serupa bernama Nusantara Sehat.
Penulis
Anita Siti Fatonah (Sarjana Kesehatan Masyarakat)
Pencerah Nusantara Kecamatan Andir, Kota Bandung
Relawan-relawan kesehatan memetakan wilayah-wilayah berisiko COVID-19 di wilayahnya
Ikuti tulisan menarik Pencerah Nusantara lainnya di sini.