x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Jumat, 20 November 2020 07:05 WIB

Jannah, Perempuan Difabel yang Berhasil Melampaui Keterbatasannya

Pertamina telah membuktikan, tidak ada yang mustahil di bawah kolong langit ini. Selama seseorang berkemauan keras untuk menerobos batasan. Mitra binaan Pertamina bernama Jannah salah satu contohnya. Ia perempuan, penyandang disabilitas dan tidak memiliki modal. Namun kerja keras telah membuatnya menjadi seorang pengusaha yang bermental baja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada banyak keajaiban yang terjadi di dunia ini. Misalnya di masa pandemi Covid-19 yang umumnya memukul sektor ekonomi, ternyata ada beberapa orang yang sanggup bertahan. Bahkan mereka mengalami peningkatan cukup signifikan. Yang lebih mengagumkan, pemilik usaha itu adalah seorang difabel. Penyandang cacat yang telah membuktikan dirinya mampu mengatasi keterbatasan fisiknya.

Namanya Jannah, usianya menginjak 39 tahun. Ia adalah pemilik UMKM Batik Mayana yang ada di Kota Ternate, Maluku Utara. Tidak hanya Jannah yang difabel, suaminya juga. Pasangan ini telah membuktikan kepada dunia, bahwa kemauan keras mereka telah membuahkan hasil.

Jannah dan suaminya mendapat pembinaan dari Pertamina, melalui Program Kemitraan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Dari proses tersebutlah para pelaku UMKM mendapat bimbingan untuk meningkatkan standar mutu mereka, agar bisa bersaing dengan industri yang lebih mapan. Proses tersebut bertujuan agar UMKM bisa Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga Go Global.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kondisi saya dan suami difabel. Namun saya ingin belajar usaha, akhirnya mulai tahun 2013 bergerak dibidang kuliner. Banyak teman yang penasaran, bagaimana bisa dengan kondisi seperti saya bisa menjalankan usaha. Akhirnya saya pun membuat pelatihan untuk para penyandang disabilitas," kata Jannah, sebagaimana dikutip CNBC Kamis, 18 November 2020.

Keberhasilan Jannah mendirikan usaha itu memicu para penyandang disabilitas lain untuk tidak patah semangat. Jannah dan suaminya memotivasi banyak orang untuk tidak menyerah pada nasib. Mereka menjadi cermin yang jernih untuk melakukan tindakan yang sama. Jannah dan suaminya juga memahami hambatan yang dialami orang-orang difabel, maka mereka berdua memberikan pelatihan secara gratis pada orang-orang tersebut.

Jannah seperti sedang menengok masa lalu saat merintis usaha dengan bersusah payah dulu. Dia beruntung ada Pertamina yang memberikan dukungan. Sehingga ia mengerti bagaimana memajukan usaha, mengemas dengan baik dan memasarkannya.

Tekad Jannah untuk memberikan bimbingan pada penyandang disabilitas berkobar kian besar. Ia akhirnya mendirikan Lembaga Pendidikan Keterampilan Khusus yang diperuntukkan bagi para penyandang disabilitas, anak putus sekolah, dan para janda. Jannah sengaja membidik kelompok lemah itu agar mereka berdaya dan percaya diri.

Ini adalah kisah heroisme yang nyata. Dari ketidakberdayaan menjadi mampu mengangkat banyak orang untuk ikut menembus keterbatasan.

Jannah tidak hanya besar sendiri, ia juga mempekerjakan banyak orang. Sampai saat ini terdapat 34 orang pekerja yang ikut membantu usahanya. Dari jumlah itu, 32 di antaranya adalah penyandang disabilitas. Dengan pengaturan posisi kerja yang tepat, Jannah mampu menempatkan orang-orang dengan kekurangan fisik itu agar tetap bisa bekerja.

Di masa pandemi, saat banyak pengusaha gulung tikar, usaha Jannah malah berkibar. Berkah yang dialaminya tentu juga berkat doa-doa para pekerja disabilitas itu. Mereka yang sekarang memiliki manfaat besar setelah sebelumnya sempat merasa tersisihkan.

Salah satu strategi Jannah untuk bisa bertahan saat pandemi adalah dengan menyediakan produk yang mampu meningkatkan daya imun tubuh berupa minuman herbal. Misalnya seperti kopi jahe dan air guraka instan yang dijualnya. Sekarang Jannah adalah pengusaha profesional. Seluruh katalog produknya bisa dilihat melalui akun media sosial miliknya @nurjannah9984. Sebuah lompatan berpikir yang mengikuti gerak zaman.

Selain itu, upaya Jannah agar usaha garmennya tidak mati adalah menyediakan permintaan konsumen. Di saat pandemi orang-orang membutuhkan APD (Alat Pelindung Diri) berupa masker kain. Jannah bermanuver dengan ikut memproduksinya, kebetulan permintaan masker kain cukup tinggi. Untuk itu di masa pandemi ia justru malah menambah pekerja.

Penghasilan Jannah saat ini mampu meraih omzet hingga Rp100 juta per bulan. Namun Jannah tidak ingin berhenti sampai di sini. Di bawah binaan Pertamina, Jannah berharap usahanya mampu berkembang lebih pesat lagi. Ia bercita-cita ingin memberdayakan banyak orang, terutama para penyandang disabilitas, janda, dan anak putus sekolah.

Pertamina telah membuktikan, tidak ada yang mustahil di bawah kolong langit ini. Selama seseorang berkemauan keras untuk menerobos batasan. Mitra binaan Pertamina bernama Jannah salah satu contohnya. Ia perempuan, penyandang disabilitas dan tidak memiliki modal. Namun kerja keras telah membuatnya menjadi seorang pengusaha yang bermental baja.

Tidak hanya sukses sendiri, ia bahkan mengajak orang-orang difabel lainnya untuk mengikuti jejaknya. Memberikan mereka motivasi, pelatihan dan juga semangat untuk terus mewujudkan mimpi. Semoga saja Jannah-jannah lain akan terus dimunculkan oleh Pertamina. Karena biasanya, kebaikan akan terus tumbuh dan melahirkan kebaikan yang lainnya.

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu