x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Sabtu, 21 November 2020 07:00 WIB

Dari Sampah Hingga Nuklir, Masa Depan EBT Indonesia Terbuka Lebar

Seluruh upaya untuk menghadirkan energi bersih yang ramah lingkungan terus dilakukan. Indonesia tidak tertinggal dari negara maju, hanya skalanya saja yang masih kecil. PLTN contohnya, Indonesia sudah sejak lama mengembangkan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik. PLN juga dikabarkan telah merekrut ahli nuklir sejak dua puluh tahun yang lalu. Itu artinya, kita telah siap.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keseriusan untuk menghadirkan energi yang ramah lingkungan terus diupayakan. Fokus pemerintah saat ini adalah meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT). Pada tahun 2025, tingkat bauran EBT direncanakan mencapai 23%. Target itu memang berat, tapi bukan berarti mustahil dilakukan. Apalagi jika seluruh komponen telah bersinergi untuk membuat langkah percepatan. Di antaranya bekerja sama dengan negara maju yang telah berhasil mengembangkan EBT mereka dengan sangat baik.

PLN sebagai perusahaan negara yang bertanggung jawab menyediakan pasokan listrik nasional juga tengah melakukan berbagai terobosan. Seiring dengan transformasi energi di dunia, PLN juga mengedepankan green dalam tagline transformasi mereka. Hal itu dilakukan sebagai garis batas dan cara pandang perusahaan di masa depan. Energi ramah lingkungan menjadi prioritas utama.

Mengembangkan Pembangkit Nuklir

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah meyakini bahwa transisi energi perlu dilakukan secara komprehensif. Dengan tujuan, agar Indonesia tidak tertinggal dari kesepakatan masyarakat global, untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik di masa depan. Perkembangan tren energi global mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan transformasi energi. Dalam hal ini, Indonesia memprioritaskan akselerasi pengembangan energi bersih berbasis EBT.

"Hal yang mendorong transformasi energi antara lain perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan, keadilan energi, tren biaya EBT yang terus menurun, upaya peningkatan kualitas udara, dan peningkatan ketahanan energi. Dalam proses transformasi ini, Indonesia terus berupaya untuk mengakselerasi pengembangan EBT agar target 23% EBT pada bauran energi nasional tahun 2025 tercapai," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris, sebagaimana dikutip Detik.com, Kamis 19 November 2020.

Untuk mewujudkan target tersebut, banyak hal dilakukan. PLN berupaya untuk terus mengembangkan pembangunan pembangkit berbasis EBT. Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBm) dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

PLTN sering dianggap menyeramkan. Sebab ada beberapa kejadian kebocoran reaktor nuklir yang berakibat mengerikan di masa lalu. Padahal teknologi telah berkembang pesat saat ini. Pengawasan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik juga semakin ketat dilakukan.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, pengembangan energi nuklir dipersiapkan menjadi opsi penyediaan listrik di masa depan. Beberapa hal yang dirumuskan adalah penelitian, pengembangan, mendorong penguasaan teknologi dan menyusun roadmap nuklir.

Mungkin banyak yang belum mengetahui, Indonesia sebenarnya punya reaktor nuklir yang dibangun untuk kepentingan riset. Itu artinya, PLTN sebenarnya sudah ada sejak lama di negeri ini. Dan sejauh itu pula kondisinya aman. Tiga lokasi itu adalah kompleks nuklir Bandung dengan reaktor TRIGA mark II berkapasitas 2MW, kompleks nuklir Yogyakarta dengan reaktor TRIGA mark II Kartini berkapasitas 100KW serta kompleks nuklir Serpong di Tangerang dengan reaktor serba Guna GAsiwabessy berkapasitas 30MW.

Indonesia Sudah Siap 

Saat ini memang masih banyak kecemasan di tengah masyarakat tentang penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik. Padahal prosedur keamanan yang dilakukan dengan ketat membuat reaktor nuklir itu sangat aman. Pengamanan di lingkungan reaktor nuklir memakai sistem keselamatan berlapis, untuk meminimalisir dampak kerusakan ke manusia dan lingkungan sekitar.

Sebagai informasi, untuk mencegah kejadian buruk seperti di masa lalu, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan pakar-pakar nuklir dunia telah membuat konsep keamanan nuklir. Mereka juga membuat petunjuk pelaksanaan bagi negara-negara anggota IAEA. Konsep keamanan nuklir tersebut diterbitkan IAEA di tahun 2008 dalam Nuclear security series No 7.

Indonesia juga telah menjadi anggota IAEA dan mengajukan misi untuk mengevaluasi sistem keamanan di fasilitas reaktor riset nuklir pada 2001 kemudian dilanjutkan pada 2007

Bahkan jauh sebelum itu, sejak 1970 Indonesia telah menandatangani traktat Non-Proliferasi senjata Nuklir (NPT) dan meratifikasinya di tahun 1975. Semua itu dilakukan demi menjaga keamanan penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik, bukan senjata pemusnah massal. Selanjutnya, Indonesia mengikuti Additional Protocol di tahun 1999 dan tercatat menjadi negara pertama di Asia tenggara yang terikat oleh mekanisme verifikasi yang lebih ketat.

Selain itu, Indonesia juga adalah anggota traktat Zona Bebas senjata Nuklir Asia tenggara yang berlaku sejak 1997. Perjanjian lain yang ditandatangani adalah traktat Pelarangan uji Nuklir komprehensif (CTBT) pada 1996 dan diratifikasi pada Februari 2012. Semua itu membuktikan komitmen Indonesia untuk bertanggung jawab atas penggunaan riset nuklirnya.

Seluruh upaya untuk menghadirkan energi bersih yang ramah lingkungan terus dilakukan. Indonesia tidak tertinggal dari negara maju, hanya skalanya saja yang masih kecil. PLTN contohnya, Indonesia sudah sejak lama mengembangkan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik. PLN juga dikabarkan telah merekrut ahli nuklir sejak dua puluh tahun yang lalu. Itu artinya, kita telah siap.

Untuk itu, paranoia berlebihan tentang nuklir sudah semestinya ditiadakan. Sebab sudah sejak lama Indonesia telah mempunyai raktor nuklir untuk kepentingan riset. Dan sajauh ini semuanya baik-baik saja. Karena protokol keamanannya diawasi dengan ketat oleh berbagai pihak. Dengan begitu, masa depan pembangkitan listrik berbasis EBT terbuka lebar jika memasukkan nuklir ke dalam hitungan.

Zaman baru energi yang ramah lingkungan telah datang. Mulai dari pemanfaatan sampah sampai penggunaan nuklir. Semua itu dilakukan demi menghadirkan esok yang lebih baik bagi segenap bangsa Indonesia.

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB