x

Pantai Sukamade, Banyuwangi. Antara

Iklan

Malikha Emayusita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 November 2020

Minggu, 22 November 2020 07:18 WIB

Fun Off-Road Menuju Pantai Sukamade, Banyuwangi

Perjalanan ke Pantau Sukamade, Banyuwangoi tak hanya menantang adrenalin, namun juga mendekatkan diri dengan alam semesta. Saat di pantai perasaan ikut teraduk saat bertemu penyu, kemudian ketika mengantar kembali ke laut lepas. Emosi yang sama juga terasa kala esoknya melepas tukik ke pantai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sukamade

Pantai Sukamade yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi, terkenal dengan surganya penyu,. Pantai ini merupakan habitat penyu yang dilindungi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika ke sana, saya sekeluarga mengendarai mobil pribadi menuju Pantai Pulau Merah.  Sesampainya di sana kami ganti dengan jeep, karena akses menuju pantai pesisir ini tidak mudah. Jalannya berliku, menanjak, ada yang rusak dan berlumpur.

Rombongan berjumlah 10 orang, maka kami menyewa 2 jeep, kemudian dimulailah petualangan yang memacu adrenalin. Menempuh perjalanan selama 6 jam melewati hutan, jalan yang berkelok-kelok dan terjal berbatu bahkan berlumpur, semakin lama semakin sempit. Lalu menyeberangi beberapa sungai saat mendekati Sukamade. Yang paling menegangkan adalah ketika menyeberangi sungai yang terakhir dan besar dengan kedalaman 40 cm. Ketika menyeberangi sungai besar, mobil rombongan lain terperosok di sungai, dalam kondisi sudah gelap. Sambil menunggu, kami turun ke sungai sembari menikmati suasana sekitar.

Akhirnya masalah terselesaikan, dan bisa melanjutkan perjalanan. Sesampainya  di sana, kami makan malam kemudian jam 20.00 berkumpul dipandu ranger untuk melakukan briefing. Ada peraturan yang harus dipatuhi, yaitu tidak boleh menyalakan senter di area pantai. Cahaya hanya dari senter milik ranger. Selain itu juga tidak boleh menimbulkan suara berisik.

Kami pun berjalan kaki melintasi hutan sejauh 700 m dalam kondisi gelap gulita, diterangi oleh masing-masing senter kami hingga mencapai pantai. Di sini rombongan berhenti, senter dimatikan lalu duduk di pantai menikmati bintang dan deburan ombak di malam hari. Kami larut dalam kesunyian yang menenangkan. Saya rasa perjalanan ini tak hanya menantang adrenalin, namun juga mendekatkan diri dengan alam semesta. Lalu perasaan ikut teraduk saat bertemu penyu.

Beberapa saat kemudian ranger memberitahu bahwa ranger lain menemukan penyu yang sedang bersiap untuk bertelur. Kami pun berlarian menuju semak-semak sejauh sekitar 500 m, tanpa diterangi senter untuk menyambut datangnya penyu yag mau bertelur. Tiba di sana penyu sudah menelurkan beberapa butir.  Senang, diberi kesempatan memegang telur penyu. Ranger menghitung jumlah telur, malam itu penyu menelurkan 120 butir telur.

Kemudian kami mengantarkan kepergian penyu kembali ke laut lepas. Berjalan di belakangnya seperti mengiringi pengantin. Hanya saja kita harus melepas kepergiannya saat penyu menyentuh air laut. Tak terasa semakin larut malam, kita kembali ke penginapan. Kemudian keesokan paginya melepas tukik pulang ke rumahnya di laut lepas, serasa menyaksikan batita belajar jalan. Hanya saja, kita harus merelakan berpisah dengan tukik-tukik saat mereka menyentuh ombak.

Setelah selesai, kita pulang membelah hutan lagi. Di tengah perjalanan tiba-tiba saya tak ingat apa-apa. Begitu tersadar, ada beban berat menimpa saya, terasa sedikit sesak. Berusaha mengingat apa yang terakhir terjadi. Setelah main di sungai, singgah sebentar ke Teluk Hijau, kemudian melanjutkan perjalanan pulang, melintasi jalanan curam. Apakah telah terjadi sesuatu?

Saya lirik keadaan sekitar. Ternyata sebagian tubuh kakak saya yang sedang tertidur telah menimpa tubuh saya, dia juga tertimpa seluruh tubuh anaknya yang terlelap. Kami bagai ikan pindang yang tergeletak tak beraturan dalam besek (kotak anyaman bambu).

Sementara, kakak saya lainnya yang duduk di jok depan juga sedang bermimpi indah. Untungnya tertahan seatbelt, sehingga tak menyentuh dasbor. Di sebelahnya sang sopir tetap fokus menyetir. Sesaat kemudian, semua bangun dan kembali duduk ke posisi semula.

Itulah keseruan kami saat mengunjugi Pantai Sukamade. Masih banyak keseruan lainnya yang tak semuanya bisa diceritakan di sini. Ingin secepatnya kembali ke sana lagi, karena seringkali terbayang penyu dan tukik yang kembali ke habitatnya.

Ikuti tulisan menarik Malikha Emayusita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB