Rinduku Masih Berlabuh di Medan Jihad (Kampus Stiba Arraayah)

Selasa, 1 Desember 2020 11:32 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hujan sore hari yang kini terus mengguyur kediamanku membawa lamunanku menerawang jauh. Ya, membawaku pada masa awal perjuanganku tuk singgah di medan jihad ini. Medan yang dihuni oleh para pejuang ilmu dari pelosok negeri.

 RINDUKU MASIH BERLABUH DI MEDAN JIHAD

(Kampus Stiba Arraayah)

 

Hujan sore hari yang kini terus mengguyur kediamanku membawa lamunanku menerawang jauh. Ya, membawaku pada masa awal perjuanganku tuk singgah di medan jihad ini. Medan yang dihuni oleh para pejuang ilmu dari pelosok negeri. Medan yang setiap harinya tak luput dari lantunan ayat suci al-qur’an. Medan yang selalu membawaku dalam kedamaian jiwa dan raga. Bagaimana tidak? Sebab setiap waktu ku dapati nasehat-nasehat penggugah jiwa, kisah-kisah para sahabat dan  salafusshalih,  yang semakin membuat hati dan langkah ini enggan tuk berlari meski kerikil-kerikil tajam menusuk serta badai yang juga tak luput tuk mengahadang perjalananku. Tetap ku ingin mengokohkan pijakan ini hingga batas waktu yang memisahkan walau sesekali ku merintih atas luka yang tergoreskan.

Medan jihad ini adalah kampus tercintaku Stiba Arraayah Sukabumi. Medan jihad yang menyuguhkan kedamaian sejauh mata memandang. Medan jihad para pejuang ilmu yang telah  mengajarkanku banyak hal. Medan jihad yang membakar semangatku terhadap kecintaan dalam menimba ilmu. Medan jihad yang telah membawaku untuk mengenal lebih jauh tentang kalamullah ‘azza wa jalla dan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Disinilah ku dapati arti, tujuan dan makna kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang sungguh ku sendiri tak tau apa itu kehidupan dan untuk apa aku hidup serta deretan pertanyaan lainnya yang selau terlintas dalam benakku. Dan pada akhirnya kutemukan semua jawaban atas  pertanyaan-pertanyaanku itu saat diri ini benar-benar singgah di medan jihad ini. Telah banyak sejarah hidup yang ku ukir disini. Sejarah pencarian titik terang yang akan menjadi bagian dalam perjalanan hidupku. Medan ini pula yang mengajarkanku akan pentingya ukhuwah islamiyah. Saling menyayangi dan menghargai serta menepis jauh rasionalisme.

Tak terasa waktu pun berlalu, delapan bulan sudah kini tak ku pijakkan kaki ini di medan jihadku. Perpisahan yang tak kuduga sebelumnya kini  terjadi atas kehendak-Nya. Ya, kami harus berpisah secara paksa atas wabah pandemi yang melanda Bumi Pertiwi ini. Namun ku percaya ada berjuta hikmah yang akan dibalik semua ini. Aku harus merelakan kenyataan ini walau hati meronta tak ingin berpisah. Hingga  akhirnya ku jatuh dalam rindu yang menyeruak qalbu. Rindu yang tak mampu ku rangkai dan ku ucap.  Dan rindu yang tak mampu ku lukiskan. Rinduku pada para pejuang ilmu  yang telah menemani dan menjadi saksi dalam mengukir sejarah dan perjuangan hidupku di medan jihad ini. Rinduku pada orang-orang hebat yang telah membimbing dan mengajarkanku ilmu yang sebelumnya tabu menurutku. Ilmu yang membawaku dalam meniti jalan hidup yang sesungguhnya. Rinduku pada tempat yang selalu setia menemaniku kala suka dan duka. Serta rinduku pada hujan yang selalu membawa kedamaian dan kebahagiaan tersendiri untukku.

Ternyata penuturan dari salah seorang guruku itu benar, bahwa kala hujan turun penafsiran yang terlintas di benak setiap insan itu beragam. Ada yang menafsirkan bahwa hujan itu 99% adalah air dan sisanya adalah kedinginan, adapula yang menafsirkan bahwa 1% adalah air dan 99% adalah jemuran, lalu adapula yang menafsirkan bahwa hujan itu 1% adalah air dan 99% adalah kenangan, dan berbagai penafsiran lainnya yang beragam. Seperti halnya saat ini, bahwa menurutku hujan itu 1% adalah air dan 99% adalah kerinduan. Rindu yang selalu berlabuh kala rintik hujan membasahi  bumi. Rindu ini pula yang telah menguatkanku tuk selalu memohon kepada Sang Pencipta agar segera ku dapati penawarnya. Dan sungguh ku bersyukur atas rasa rindu yang telah hadir dan menjadi saksi bisu sejarah hidupku. Semoga kelak kaki ini dapat berpijak kembali di medan jihad yang ku rindukan. Wahai Dzat  yang menggenggam bumi dan langit dan seisinya, semoga Engkau segera mengangkat wabah pandemi di Bumi Pertiwi ini dan mengobati rinduku pada medan jihadku, Stiba Arraayah.

 

Penulis: El Khadhraa

Bagikan Artikel Ini
img-content
el khadhraa

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler