x

Iklan

Hilda Novia Sabila

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Juni 2020

Senin, 30 November 2020 17:18 WIB

Deteksi Senyawa Anti Covid-19 Menggunakan Teknologi Bioinformatika

Artikel ini disusun oleh mahasiswa Pendidikan Biologi UPI, Bandung : Adi Hatia Warman, Dewi Wansantika Gunawan, Hilda Novia Sabila, Nabila Nurullita, Rusydina Alifa Gunawan. Artikel ini merupakan salah satu studi literatur kami terhadap jurnal ilmiah internasional. Tulisan ini diharapkan sedikit banyaknya membantu pencegahan dan penanganan pandemik COVID-19.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada akhir tahun 2019, dunia dihebohkan dengan munculnya wabah Covid-19 karena adanya infeksi Virus Corona yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina. Sudah hampir satu tahun dunia seperti berjalan tanpa arah. Pasien Covid-19 semakin meningkat dan tenaga medis terus berjuang jatuh bangun untuk menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus yang diakibatkan oleh adanya Covid-19 ini.

Hal tersebut mencuri perhatian para ilmuwan untuk melakukan penelitian dalam mencari obat antivirus yang efektif. Namun, nyatanya belum ada obat atau vaksin antivirus yang tepat untuk Covid-19. Di Indonesia sendiri beberapa instansi juga berusaha melakukan penelitian terkait obat yang dapat digunakan untuk mengatasi Covid-19.

Salah satu contoh penelitian obat Covid-19 yang dilakukan oleh instansi dalam negeri adalah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga (UNAIR). Dilansir dari website Unair, ada lima kombinasi obat yang merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB. Lima macam kombinasi tersebut yaitu:
1. Lopinavir atau ritonavir dan azithromycin
2. Lopinavir atau ritonavir dan doxycycline
3. Lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin
4. Hydroxychloroquine dan azithromycin
5. Hydroxy dan doxycycline
Namun, kelima kombinasi obat tersebut belum dapat diperjualbelikan secara bebas dan masih dalam proses uji Badan POM.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berkaitan dengan obat yang tepat untuk CovidD-19, pada penelitian Zhang et al (2020) ditemukan bahwa terdapat senyawa anti Covid-19 pada kandungan Xuebijing. Xuebijing sendiri merupakan salah satu pengobatan herbal tradisional yang digunakan melawan Covif-19 melalui injeksi yang langsung dimasukkan ke dalam peredaran darah. Xuebijing ini terdiri dari lima ekstrak herbal seperti Carthamus tinctorius, Paeonia anomala, Ligusticum striatum, Salvia miltiorrhiza, dan Angelica sinensis. Xuebijing berpotensi sebagai anti inflamasi, penghambat replikasi Virus Corona, penghambat peradangan serta disfungsi koagulasi.

Untuk mengetahui senyawa anti Covid-19 dalam Xuebijing tersebut, Zheng et al (2020) menggunakan beberapa aplikasi bioinformatika. Dimana aplikasi tersebut mampu melihat peran kandungan yang terdapat pada Xuebijing sebagai senyawa anti Covid-19. Mereka menggunakan aplikasi bioinformatika untuk menganalisis datadata yang sudah ada berdasarkan database ilmiah. Misalnya untuk memperoleh informasi tentang protein diperoleh dari Protein Data Bank: (RCSB), untuk mengumpulkan informasi tentang senyawa diperoleh dari database PUBCHEM, dan ada juga KEEG (Kyoto Encyclopedia of Gene and Genome) untuk memperoleh informasi yang dapat menjelaskan jalur mekanisme dari protein. Keseluruhan metode yang digunakan Zheng et al (2020) tersebut dinamakan farmakologi jaringan. Beberapa aplikasi bioinformatika yang digunakan tersebut yakni Cytoscape, Autodock dan Bioconductor.

Berdasarkan penelitian dengan menganalisis data tersebut, didapatkan hasil bahwa 30 senyawa Xuebijing terbukti berpotensi sebagai anti inflamasi berupa efek terapi pada peradangan yang disebabkan COVID-19. Teknologi ini sudah banyak digunakan dan dikembangkan di Cina. Pada dasarnya pengujian senyawa pada bahan yang akan dijadikan obat atau vaksin memang penting dilakukan sebelum diedarkan secara luas. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya efek samping yang mungkin terjadi, dan mengefektifkan kegunaan dari obat tersebut.

Jika diterapkan di Indonesia, penggunaan aplikasi bioinformatika ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada senyawa anti Covid-19 pada obat herbal tradisional. Namun untuk melakukan hal tersebut diperlukan pemahaman mengenai bioinformatika dan biologi molekuler yang mendalam. Dengan adanya beberapa penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia, membuktikan bahwa ilmuwan di bidang ini sudah cukup banyak di Indonesia. Namun kegiatan penelitian semacam ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan melibatkan banyak pihak.

Apabila dihubungkan dengan kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia, negara Indonesia tak kalah kayanya daripada Cina. Banyak sekali tanaman tradisional yang ada di Indonesia dan berpotensi untuk dijadikan sebagai obat tradisional, namun perkembangan obat tradisional Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Cina. Cina mampu memodifikasi obat tradisional bukan dalam bentuk pil lagi, namun dalam bentuk injeksi berdasarkan farmakologi jaringan. Cina memang memiliki aneka tanaman yang tidak Indonesia miliki, namun Indonesia juga memiliki aneka tanaman yang tidak Cina miliki.

 

Referensi

Salavaty, Abbas. What is Computional (in-Silico) Biology? (Online). Tersedia di: https://www.abbassalavaty.com/what-is-in-silico-biology/

Unair News. (2020). Peneliti UNAIR Temukan Lima Kombinasi Obat yang Efektif Lawan Corona. (Online). Tersedia di: http://news.unair.ac.id/2020/06/12/peneliti-unair-temukan-limakombinasi-obat-yang-efektif-lawan-corona-2/ 

Zheng et al. (2020). Examining The Effector Mechanisms of Xuebijing Injection On COVID-19 Based On Network Pharmacology. BioData Mining;13-17. https://doi.org/10.1186/s13040-020-0027-6.

Ikuti tulisan menarik Hilda Novia Sabila lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler