x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Kamis, 3 Desember 2020 07:09 WIB

Jalan Panjang Melistriki Nusantara, Kini Setrum Sudah Sampai di Dusun-dusun Para Maramowe

Pemasangan jaringan listrik di enam dusun wilayah Mimika Barat, Papua, ini bagai kado natal untuk warga di sana. Penantian panjang itu akhirnya menjadi kenyataan. Untuk tahap pertama, suplai listrik akan dilakukan selama 12 jam sehari. Namun durasi jam nyala akan bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proses elektifikasi di Indonesia terus dilakukan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jalan panjang dan terjal untuk melistriki seluruh wilayah Indonesia terus dilakukan. Memang bukan kerja yang mudah. Alam Indonesia yang beraneka membuat pembangunan jaringan kelistrikan harus benar-benar direncanakan dengan matang. Luasnya wilayah, dengan lautan sebagai penghubungnya, merupakan tantangan yang berat. Namun kerja harus terus dilakukan. Sebab seluruh warga negara berhak menikmati buah dari kemerdekaan.

PLN sebagai perusahaan yang diberi amanat untuk memikul tanggung jawab itu terus bekerja. Percepatan elektrifikasi untuk daerah-daerah terisolir dikebut. Covid-19 sekalipun bukan penghalang untuk mewujudkannya. Kabar terbaru, kampung-kampung di Papua mulai terang. Ada enam kampung yang baru saja mendapat sambungan listrik di Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika, Papua, yaitu Kokonao, Migiwia, Kiura, Mimika, Atapo, dan Apuri.

“Pembangunan kelistrikan di Distrik Mimika Barat ini merupakan sinergi antara PLN, Pemda dan TNI, sehingga Kokonao, Migiwia, Kiura, Mimika, Atapo, dan Apuri bisa terang. Ini merupakan kado Natal untuk masyarakat,” kata Manager PLN UP3 Timika, Martinus Irianto Pasensi, sebagaimana dikutip Kompas.com, Selasa 1 Desember 2020.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada 540 KK yang tinggal di enam kampung itu, dengan total 314 KK telah terdaftar sebagai pelanggan dan telah dinyalakan. Seluruh pelanggan tersebut merupakan warga kurang mampu, sehingga biaya pemasangan listrik dibayarkan menggunakan dana desa. Hanya dengan cara itulah pemasangan jaringan listrik bisa dilakukan. Bagi orang-orang kurang mampu, biaya pemasangan baru jaringan listrik sangatlah besar.

Untuk tahap pertama, suplai listrik di enam daerah itu akan dilakukan selama 12 jam sehari. Namun durasi jam nyala itu akan bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya listrik itu, diharapkan warga setempat memiliki awal baru untuk lebih produktif. Mereka bisa meningkatkan kualitas kehidupan dengan lebih baik.

Kebahagiaan yang dirasakan wargu dusun di sana itu sungguh tak terkira. Listrik adalah sebuah keajaiban. Dengannya mereka bisa memasuki fase peradaban modern. Oleh sebab itu, Kepala Distrik Mimika Barat Ernestina Takati mewakili masyarakatnya menyampaikan rasa syukur atas masuknya listrik di enam desa itu. Penantian panjang itu akhirnya menjadi kenyataan.

“Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada Pemda Mimika dan PLN, yang sudah membantu kami masyarakat Distrik Mimika Barat. Kami bersyukur, ini adalah penantian yang cukup lama bagi masyarakat, hingga akhirnya distrik ini terang,” ucap Ernestina.

Distrik Mimika Barat merupakan distrik tertua di Kabupaten Mimika, dengan penduduk asli Suku Kamoro. Suku ini dikenal memiliki keahlian melukis dan mengukir. Karya mereka telah dikenal dunia. Dalam adat Kamoro, setiap pengukir yang disebut maramowe harus memiliki ciri ukiran tersendiri. Masing-masing pengukir tidak boleh meniru motif ukiran orang lain.

Topografi distrik tempat suku Kamoro tinggal itu didominasi dengan tanah rawa. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Listrik akan membawa perubahan besar di dusun-dusun itu. Keahlian mereka untuk memegang teguh tradisi ukir juga akan semakin mudah untuk dilestarikan. Dengan adanya listrik, ada banyak kemungkinan baru yang terbuka lebar di hadapan mereka.

Rasa suka cita yang demikian meruah dengan masuknya listrik ke daerah ini barangkali adalah hal yang mengherankan bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Namun kondisi alam dan letak dusun yang tersembunyi sering menjadi penghalang percepatan pembangunan. Meski begitu, mereka tak pernah putus harapan. Karena sejak mereka tahu jalan-jalan di Papua dibangun, sekolah dan pasar didirikan, mereka memahami arus perubahan baru saja datang di Bumi Cenderawasih. Mereka merasa sebagai bagian tak terpisahkan dari Indonesia.

Hari ini listrik telah mengunjungi gubuk-gubuk sederhana mereka. Esok hari mereka memiliki kesempatan untuk bermimpi lebih tinggi. Karena listrik adalah penghubung peradaban, jembatan yang akan mengantarkan mereka menuju masa depan gemilang.

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler