x

Iklan

Ainun Suci Qur'ani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Mei 2020

Rabu, 16 Desember 2020 18:55 WIB

Kata Kunci dari Akar Seluruh Masalah Bangsa

Bangsa Indonesia saat ini mencapai puncak dalam menghadapi masalah berbagai permasalahan. krisis terus menerus merambat keseluruh elemen bangsa, krisis ekonomi, krisis politik juga sosial, krisis karakter juga pendidikan, krisis nilai juga moral, sehingga peradaban bangsa Indonesia sedikit demi sedikit menuju jurang kehancuran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berita-berita di tiap media sosial tidak hentinya mengabarkan kondisi bangsa dan negara Indonesia. Tiap hari, tiap jam, bahkan tiap menit hampir disetiap seluruh pelosok-pelosok media sosial ikut memberitakan dan mengabarkan. Isinya tak jarang berita-berita menginformasikan hal-hal negatif yang selalu menghebokan bangsa, baik dalam dunia maya maupun dunia nyata. Pencurian, pelecahan, pembunuhan, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya terus menerus meningkat.

Meski Polri mencatat angka kriminalitas atau kejahatan turun 1,68 persen dari pekan ke-35 atau awal September yang totalnya 4.649 alias 4,49% (Kamis,10 September 2020. Tempo.co), namun tetap saja berita-berita penuh dihiasi  tindakan kriminal. Mabuk-mabukan, perampokan, pencopetan, aksi gen motor, ataupun penjahat kelas bawah yang jelas tak memiliki visi-misi, mungkin  hanya digertak, beres mereka kan kalah tak berkutik. Akan tetapi bagaimana dengan korupsi, penyuapan, penggelapan dan segala hal-hal yang merugikan bangsa dan negara? Sungguh lebih kejam lagi.

Lembaga pemantau indeks korupsi global, Transparency Internasional dalam laporannya berdasarkan surveinya sejak Juni hingga September 2020, menyebutkan Indonesia masuk menjadi negara nomor tiga yang paling korup di Asia. Sedang hasil indeks persepsi korupsi menyatakan bahwa Indonesia ada di skor 40 dan ranking 85 dari 180 negara. Dan tingkat penyuapan mencapai 30% (Rmol.ID, 30/11).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah mengatakan terdapat 169 kasus korupsi selama periode semester satu tahun 2020, hal ini dikatakan selama pemantauan sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2020. Tersangka 372 koruptor dengan nilai kerugian negara sebesar 18,1 Triliun,. Nilai suap yang diketahui dan ditemukan oleh penegak hukum sekitar Rp 20,2 miliar dan nilai pungutan liarnya sekitar Rp 40,6 miliar.

Krisis ekonomi tidak kalahnya terus menerus menggerogoti bangsa, kemiskinan serta kelaparan, juga angka kematian terus meningkat, hingga bangsa dan negara dikejutkan dengan wabah korona, krisis terus merambat hampir keseluruh elemen kehidupan. Berita baiknya dalam  laporan GHI (Global Hunger Indeks) 2020 mencatat, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia lolos dari level serius dan masuk kategori moderat, Indonesia meraih skor 19,1 menempati urutan ke 70 dari 107 negara dalam indeks kelaparan (Lokadata, 26/11/2020).

Saat ini, Indonesia resmi masuk jurang resesi ekonomi. Bersamaan dengan itu, jumlah pengangguran juga melonjak. BPS mencatat jumlah pengangguran periode Agustus 2020 meningkat pesat mencapai 9,77 juta orang. Yang lebih mengejutkan lagi, Utang Luar Negri (ULN) Indonesia terus meningkat, sampai pada akhir Agustus 2020 Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia sebesar US$ 413,4 miliar atau sekira Rp 6. 101,8 triliun dengan kurs saat ini. Indonesia masuk kedalam 10 negara dengan ULN terbesar dibangsa berpendapatan rendah dan menengah.

Lalu melirik dalam dunia pendidikan saat ini, skor Indonesia pada Program for Internasional Student Assesment (PISA) masih dibawa rata-rata. Kemampuan membaca, matematika, dan sains masih rendah. Selain itu hanya sedikit siswa Indonesia yang memiliki kemampuan tinggi dalam satu mata pelajaran dan mencapai kemahiran minimal.

Berdasarkan hasi studi yang dipubliskan oleh The World’s Most Literate Nation’s menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang di survei. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1,000 orang Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca.

Kabar selanjutnya, ternyata terjadi ketimpangan nyata didunia pendidikan Indonesia selama musim pandemi Covd-19. Berdasarkan hasil riset dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, yang dirilis pada 21 Agustus lalu, hampir 69 juta siswa kehilangan akses pendidikan dan pembelajaran saat pagebluk,  hanya 40% orang Indonesia yang memiliki akses internet. Untuk perguruan tinggi, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbud, Abdul Kahar menyebutkan angka putus kuliah meningkat di tengah pandemi, saat ini angka putus kuliah sudah mencapai sekitar 50 persen (JawaPos.com, 20/09).

Bangsa Indonesia saat ini mencapai puncak dalam menghadapi masalah berbagai permasalahan. krisis terus menerus merambat keseluruh elemen bangsa, krisis ekonomi, krisis politik juga sosial, krisis karakter juga pendidikan, krisis nilai juga moral, sehingga peradaban bangsa Indonesia sedikit demi sedikit menuju jurang kehancuran. Dalam suatu wawancara antara Hamza Yusuf (direktur Zaytuna Institute Amerika Serikat) dengan Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Hamza bertanya, What you think is the central crisis, taking pace right now in the muslim world?” Prof Al-Attas menjawab “I said it is loss of adab”, “hilangnya adab”, jadi kata kunci dari akar seluruh krisis yang melanda bangsa ialah adab. Menurut Al-Attas jika bangsa ingin bangkit  dan terbebas dari berbagaai krisis yang membelit mereka, pahamilah adab dan didiklah bangsa ini agar menjadi manusia-manusia beradab.

Adab dalam KBBI artinya kehalusan dan budi pekerti, kesopanan, akhlak. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar mengatakan al adab artinya menerapkan segala yang dipuji orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Berbicara adab, dalam satu waktu juga kita berbicara nilai, moral, akhlak serta karakter. Jadi ketika bangsa mempelajari adab, dari situ pula bangsa mempelajari bagaimana menjadi bangsa yang bernilai dan bermoral, berakhlak juga berkarakter, karena dari adablah bangsa mempelajari segalanya. Jadi ketika adab telah hilang, dari situlah keburukan kan tumbuh terus menerus.

Orang-orang melakukan kejahatan, karena hilangnya rasa malu juga lupa akan jati diri. Orang-orang berkhianat, karena telah hilng rasa amanah di dada. Umumnya anak-anak dituntut belajar karena nilai, bukan karena ia bernilai, akhirnya angka menjadi tujuan tidak peduli pentingnya ilmu yang harus didapat. Adab hilang karena ilmu yang salah sehingga hikmah tiada didapat. Padahal hakikat pendidikan ialah penyerapan adab ke dalam diri, yakni proses membentuk manusia beradab. Indonesia kaya akan alam, namun jika dikelola ditangan yang tidak bertanggung jawab, tiada artinya juga tuk bangsa melainkankan keresahan.

Sejarah dipenuhi dengan deretan kisah dimana sebuah masyarakat mencapai puncak kejayaannya dari hasil reformasi moral keagamaan. Schweizer juga menekankan jika pondasi moral lemah, maka peradaban akan terpuruk, meskipun arus intelektual dan kreatifitas berjalan kuat dilingkungan masyarakat. Toynbee juga berpendapat bahwa kebutuhan nonalamiah manusia yang telah diberikan sains, hampir-hampir menjadi tidak penting bagi manusia apabila dibandingkan dengan keterikatannya terhadap dirinya sendiri, kepada sesama manusia, dan terhadap Tuhan.

Maka agar Indonesia bangsa menjadi yang beradab berperadaban, maka nilai-nilai agama yang ada di Idonesia harus terus dibina dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Membangun dan mengibarkan bendera kejayaan terlebih dahulu didada, maka kan tegaklah peradaban didataran yang sesungguhnya.

Ringkasnya, bangsa dilanda krisis akibat hialngnya adab dalam diri. Memasuki era abad 21, dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK yang begitu modern, begitu maju dengan luar biasanya. Memang maju, tapi apalah arti kemajuan, namun kecemasan dan ketakutan sering menghantui akan hancurnya generasi, krisis akan nilai-nilai moral sehinnga negara marak akan kriminal yang terus melebar luas, akhlak terus merosot dan adab generasi perlahan menghilang. Peningkatan teknologi ilmiah pada abad ke 21 memang memberi kita kemampuan untuk mengatasi kemiskinan, penyakit dan penderitaan manusia yang tidak terhitung. Namun, penurunan nilai-nilai moral dan spiritual, telah menghasilkan peradaban manusia abad ke-21 yang disfungsional, yang berpusat pada keserakahan dan pemenuhan kebutuhan fisik semata.

Dibutuhkan adab dalam membangun sebuah peradaban, jika bukanlah adab, maka terbangunlah peradaban dengan biadab. Mengedepankan nilai-nilai luhur tinggi, akhlak juga moral, dengan bercita-cita besar, lalu jadilah mereka cendikiawan paripurna. Jadi tak wajar, masa kejayaan emas terdahulu diraih dari tangan-tangan mereka cendikiawan terdahulu, karena perdaban hanyalah milik mereka saja yang adil, beramanah, berkarakter juga berakhlak mulia.

 

 

Ikuti tulisan menarik Ainun Suci Qur'ani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler