x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Selasa, 22 Desember 2020 16:51 WIB

Mengejar Esok Bermentari dari Dusun Terisolir Fatulunu NTT

Dalam sejarah, ikhtiar untuk merawat pembangkit listrik yang mengalami kerusakan di zaman Jepang dilakukan sekuat tenaga. Berbagai intrik politik di tanah air sesudahnya menambahi beban berat itu. Namun proses percepatan elektrifikasi terus diupayakan untuk terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, dengan segenap keterbatasannya. PLN sebagai perusahaan negara yang diberikan amanat itu berupaya untuk bertransformasi demi menjawab tantangan zaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia yang terdiri dari wilayah yang sangat luas membuat percepatan pembangunan jaringan kelistrikan mengalami hambatan. Topografi Indonesia yang merupakan jajaran pulau-pulau yang disatukan laut menghadirkan fakta tak terbantahkan, perlu kerja keras untuk mengalirkan listrik ke seluruh pelosok Indonesia. Daerah-daerah terisolir menunggu keadilan sosial hadir di sana sejak Indonesia merdeka.

Dalam sejarah, ikhtiar untuk merawat pembangkit listrik yang mengalami kerusakan di zaman Jepang dilakukan sekuat tenaga. Berbagai intrik politik di tanah air sesudahnya menambahi beban berat itu. Namun proses percepatan elektrifikasi terus diupayakan untuk terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, dengan segenap keterbatasannya. PLN sebagai perusahaan negara yang diberikan amanat itu berupaya untuk bertransformasi demi menjawab tantangan zaman.

Dalam catatan PLN, sepanjang tahun 2020 telah berhasil menyambungkan listrik ke 111 desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah itu mencakup 82.484 Kepala Keluarga (KK) yang ada di sana. Mereka yang sebelumnya mendambakan masuknya listrik, akhirnya berhasil menikmatinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Terima kasih PLN yang telah menyalakan listrik di desa kami di mana dulu desa ini terisolasi, Sekarang kebutuhan masyarakat selama ini sudah terjawab, listrik sudah hadir dan terang,” kata Yusuf Misa, salah seorang Warga Desa Fatulunu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, Selasa 22 Desember 2020. 

Ia adalah salah satu warga yang merasakan kebahagiaan tak terkira. Mungkin bagi kebanyakan orang kota, itu adalah sesuatu yang lumrah. Tapi bagi mereka, masuknya listrik adalah anugerah yang luar biasa. Dengan listrik itu mereka mampu mengejar saudara-saudara mereka yang lainnya. Sebab gerbang menuju zaman kemajuan baru saja terbuka.

Sebelumnya, hanya beberapa warga saja yang mampu menggunakan genset untuk menikmati listrik. Biaya yang harus dikeluarkan kurang lebih Rp200 ribu semalam. Jumlah sebesar itu tentu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu saja. Mereka yang hidupnya pas-pasan harus pasrah menerima nasib.

Mayoritas masyarakat di sana hanyalah petani kecil. Kerja hanya cukup untuk makan saja. Apalagi di daerah yang terisolir yang sulit dijangkau, mengharapkan listrik masuk ke desa mereka adalah sebuah keajaiban. Ada di antara desa-desa itu yang tak memiliki jalan yang layak, tidak ada jembatan yang menghubungkan dengan desa lainnya.

Namun keajaiban itu terjadi. Berkat kegigihan banyak pihak, impian untuk menikmati listrik diwujudkan. Sebab proses yang ditempuh memang tidak mudah dan butuh waktu lama. Dalam beberapa kejadian, petugas PLN harus masuk ke dalam sungai dan memanggul beban berat di pundak mereka. Masih pula harus berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Kondisi seperti itu masih ditambah pandemi Covid-19 yang mengancam di sepanjang pertemuan dengan manusia yang lainnya.

Semua tantangan telah dilewati. Kini, masyarakat desa itu hanya perlu membayar paling banyak Rp100 ribu per bulan, karena mereka telah menikmati listrik dari PLN. Mereka yang dulu hanya mampu berangan-angan, sekarang telah menemui kenyataan.

Proses panjang untuk menghadirkan infrastruktur listrik di 111 desa itu telah selesai dilakukan. PLN harus membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 664 kilo meter sirkuit (kms). Kemudian menyambung Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 738 kms. Sebanyak 209 unit gardu dengan total kapasitas mencapai 10.450 kilo volt Ampere (kVA) juga dibangun untuk melengkapinya.

Khusus Desa Fatulunu tempat Yusuf Misa tinggal, PLN juga membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 2,6 kms, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 5,4 kms, dan 1 buah gardu dengan kepasitas 50 kilo Volt Ampere (kVA). Semua itu dilakukan untuk menerangi desa tersebut dan membangunkan penduduk di sana dari tidur panjangnya.

Kini dengan adanya listrik, orang-orang telah memasuki zaman baru. Kaki-kaki mereka akan lebih gesit berlari menuju esok yang lebih bermentari. Mereka memiliki kesempatan untuk setara, berdaya dan berani menegakkan kepala untuk mengejar saudara sebangsa mereka yang lainnya. Sebab listrik adalah gerbang peradaban modern, dengannya manusia memunculkan keajaiban dan kemungkinan-kemungkinan yang tak terbayangkan sebelumnya.

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB