Sudah hampir satu tahun ini pandemi Covid-19 melanda dunia yang sangat berdampak terhadap kehidupan manusia. Salah satunya pada aktifitas belajar-mengajar. Di Indonesia, aktifitas pembelajaran mulai diberlakukan sejak Maret oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19.
Online learning ini dilakukan pada berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Namun, pada pelaksanaan online learning ini banyak sekali hambatan yang terjadi. Seperti keterbatasan fasilitas pendukung hingga ketidaksiapan mental siswa belajar dirumah.
Tidak hanya siswa yang mendapat hambatan, orang tua pun mengalami hal tersebut. Apalagi orang tua yang memiliki pekerjaan. Disamping harus bekerja, mereka mempunyai pekerjaan baru yaitu mengawasi dan memantau anaknya belajar dirumah.
Keadaan seperti ini membuat mental anak terganggu. Ditambah, pada anak remaja sedang aktif nya dalam berinteraksi sosial. Belum lagi dengan pembelajaran online ini, membuat anak stres karena pembelajaran yang sulit melalui online. Anak juga tidak terlalu fokus untuk menyerap dan memahami materi yang disampaikan karena banyak nya gangguan. Belum lagi selama pandemi ini guru banyak memberikan tugas.
Kebanyakan keluhan orang tua mengenai anak yang suka lupa tugas sekolah bahkan ada yang beralasan bermain laptop untuk melakukan tugas padahal tidak melakukan hal tersebut. Untuk itu, kebanyakan orang tua berharap anaknya segera kembali ke sekolah walaupun ada beberapa yang kurang sepakat.
Ikuti tulisan menarik Aulia Maulida lainnya di sini.