x

Film If Anything Happens, I Love You. (Dok. Netfilx).

Iklan

Muthyarana Darosha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 April 2020

Kamis, 24 Desember 2020 06:24 WIB

If Anything Happens, I Love You: Ketika Keheningan Bicara Lebih Keras daripada Kata-Kata

Mungkin sudah terlambat untuk menuliskan sebuah review atas film ini. Tapi tak apa, mungkin tulisan ini akan membantu sebagai rujukan untuk memilih film apa yang akan ditonton pada libur akhir tahun ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mungkin sudah terlambat untuk menuliskan sebuah review atas film ini. Tapi tak apa, mungkin tulisan ini akan membantu sebagai rujukan untuk memilih film apa yang akan ditonton pada libur akhir tahun ini.

Film ini diawali dengan adegan sepasang kekasih yang duduk saling berhadapan, namun tanpa kontak mata sedikitpun. Tak ada kata, hanya bayangan hitam. Bayangan mereka berdebat, tapi mereka hanya duduk terdiam. Hidup seakan tanpa warna, hanya hitam dan putih. Apakah mereka tengah menghadapi ombak rumah tangga menuju perceraian? Apa yang sebetulnya terjadi?

Cat berwarna yang mengering pada diding sekitar rumah dan pemutar vinyl yang tak sengaja diputar oleh kucing mereka, membawa pada sebuah memori. Scene ini ternyata sedikit memperjelas arah cerita. Bahwa, sepasang kekasih ini kehilangan sesuatu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kecurigaan mulai muncul ketika wanita berusaha menghindari sebuah ruangan dengan raut  yang tak senang. Sedangkan sang pria hanya duduk menonton televisi dengan minuman bersoda dalam genggamannya. Keduanya seakan-akan memperlihatkan usaha pengalihan mereka  dari sebuah kesedihan. Hingga ditayangkan adegan wanita yang kemudian tertegun saat menemukan sebuah baju kaos kecil berwarna biru di dalam mesin cucuo. Tentunya scene tersebut memberikan clue yang cukup jelas: mereka telah kehilangan seorang anak.

Selanjutnya, adegan dibawa pada kilas balik momen bahagia keluarga kecil itu. Ingatan tentang perempuan kecil itu membanjiri. Perempuan kecil itu digambarkan sangat menikmati dan mencintai kehidupannya. Bagaimana bersemangatnya ia saat bermain bola, menyelinap di halam rumah untuk ciuman pertamanya, hingga suatu hari ia pergi ke sekolah dan tidak pernah kembali lagi. 

Sebelum suara tembakan bersambut sirine ambulans, ditunjukkan bagaimana siluet sepasang orang tua tersebut berusaha menahan gadis tersebut untuk tidak berjalan menuju sekolahnya. Namun, tetap sia-sia karena itu hanyalah sebatas bayangan. Pada scene ini kedua pasangan seakan mengutarakan sebuah penyesalan, ‘andai hari itu kami tidak membiarkannya berangkat.’ Atau dapat juga dipersepsikan sebagai metafora bahwa tak ada yang bisa melawan takdir. 

Hingga sampai pada scene yang sangat menyayat hati. Ketika gadis tersebut mengirimkan pesan teks singkat dengan harapan kedua orang tuanya dapat membaca. Sesuai judulnya, pesan terakhir itu ditulis “If anything happens, I love you.” Jika sesuatu terjadi, aku menyayangimu.

Tak ayal, banyak penonton yang berderai air mata saat menonton film ini. Sebab, begitu jelas pergeserannya, bermula dari film yang disetting dengan nuansa kesedihan, ternyata menjadi sebuah film tragedi yang menyayat hati. Emosi berlapis tersaji dalam film berdurasi 12 menit ini. Kebahagiaan, kesedihan, penyesalan, juga kemarahan. 

Tidak ada dialog dalam film ini. Musik menjadi bagian yang penting. Selain itu, animasi yang ditampilkan dengan warna hitam-putih menjadikan nuansa film semakin menyentuh hati. Beberapa adegan memang ditampilkan berwarna, seperti cat tembok yang mengering, baju biru kecil yang diambil dari mesin cuci, kue ulang tahun, hingga yang paling kontras adalah bendera amerika yang terpampang di sekolah. Ini mengisyaratkan bahwa memori-memori bersama gadis kecil itu memberikan warna dalam kehidupan sepasang kekasih tersebut. 

Memang, 12 menit ini merupakan film yang bisu. Namun seperti kata pepatah, ‘keheningan berbicara lebih keras daripada kata-kata.’ Pepatah itu benar adanya dalam film ini. Emosi penonton seakan dihantam dalam film yang hanya berdurasi 12 menit ini. Jujur, sulit menghabiskan film ini tanpa terisak. 







 

Ikuti tulisan menarik Muthyarana Darosha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB