Kau ingat? Beberapa belas tahun lalu, ketika pertama kali matamu terbuka. Setelah berbulan-bulan kau menetap di dalam gelapnya rahim ibu dengan penuh kehangatan, ketenangan dan rasa aman. Akhirnya kau mulai melihat dunia yang begitu terang, menyilaukan.
Kau yang begitu mungil, yang bahkan belum tahu apa dan siapa dirimu sebenarnya, apalagi benda-benda di sekelilingmu. Yang kau tahu hanya satu: menangis. Entah apapun yang kau rasakan dan kau butuhkan, yang kau lakukan tetap saja hanya satu: menangis.
Lalu seiring berjalannya waktu kau mulai tumbuh. Awalnya hanya mampu tengkurap, kemudian merangkak, mulai berusaha berdiri dengan berpegangan, merambat sedikit-demi sedikit, hingga akhirnya kau bisa berdiri sendiri, berjalan bahkan berlari hingga memanjat pohon.
Proses itu tidak hanya memakan waktu berhari-hari, tapi bulan juga tahun-tahun. TK, SD, SMP, SMA, semua telah kau lalui. Tak terasa kini kau menginjak umurmu sekarang.
Wahai diri, umurmu adalah amalmu.
Kini setelah belasan tahun kau hidup di dunia, sudah sebanyak apa amal yang kau perbuat?
Sudahkah kau memanfaatkan umur dan waktumu dengan semaksimal mungkin?
Sebanyak apa? Setinggi pohon? Rumah bertingkat? Gedung pencakar langit?
Sudah cukupkah semua yang kau lakukan untuk bekalmu menuju hari akhir?
Apa yang akan kau persembahkan di hadapan Rabbmu?
Wahai diri, kau tahu hidupmu hanya satu kali.
Tak akan pernah bisa terulang, walau sepersekian detik.
Tak akan pernah bisa terulang, sebanyak apapun kau akan bayar.
Tak akan pernah bisa terulang, meski jiwa sebagai taruhan.
Ingat kembali tujuan awal penciptaanmu, program asalmu. Akhirat adalah tujuan, tapi dunia tetap saja jembatannya. Maka persiapkan dirimu sesiap mungkin.
“Seluruh makhluk yang ada di muka bumi pasti akan binasa, dan yang tetap kekal hanyalah wajah Tuhanmu yang Maha Agung dan Maha Mulia” (QS. Ar-Rahman: 26-27)
Ikuti tulisan menarik الطالبة ٢٠ lainnya di sini.