x

Penyambungan jaringan listrik di dusun-dusun terpencil Sumatera Selatan

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Rabu, 30 Desember 2020 06:20 WIB

Enam Desa Bercahaya yang Menggenapkan Seratus Persen Eklektrifikasi


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam kondisi tertentu, melistriki dusun-dusun terpencil sangat sulit dilakukan. Oleh sebab itu ada sebagian wilayah yang sebenarnya nyaris seratus persen elektrifikasinya, tapi belum juga bisa mencapainya untuk waktu yang lama. Ini disebabkan karena topografi dan infrastruktur menuju desa itu yang sulit dijangkau.

Bayangkan saja, untuk menjangkau daerah seperti itu, pertugas PLN harus masuk ke dalam sungai dengan kaki mereka, karena tidak ada jembatan. Terkadang di bagian pinggir Indonesia sana, para petugas harus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. Mereka masih harus memanggul kabel, alat-alat, bahkan kadang tiang listrik. Kerja keras melistriki daerah terisolir terus dilakukan. Namun untuk sebagian daerah memang harus menunggu waktu.

Misalnya kisah warga enam desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dan Kabupaten Lahat, mereka harus mengeluarkan biaya mencapai Rp10 juta per rumah tangga. Jumlah itu digunakan untuk biaya pembangunan dan perawatan pembangkit listrik skala mikro menggunakan kincir air.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat dusun yang terpencil itu memiliki inisiatif untuk membangkitkan listrik dengan kincir air. Tapi proses itu memakan biaya besar dan tentu saja merepotkan. Karena setiap ada kendala, warga harus kembali iuran untuk memperbaikinya. Ongkos ini belum termasuk biaya awal tadi. Misalnya ketika terjadi banjir bandang atau ketika debit air tiba-tiba kecil. Dalam kondisi seperti itu, maka warga hanya bisa menggunakan listrik untuk penerangan saja.

Keinginan untuk merasakan masuknya listrik ke desa mereka sudah mereka idamkan sejak dulu kala. Namun nasib baik belum berpihak pada mereka. Sebab untuk mengalirkan listrik ke sana membutuhkan proses panjang dan perjuangan tak kenal lelah. Semua pemangku kepentingan harus duduk bersama. Ada yang membangun jalan. Ada yang memberi izin untuk membersihkan lahan yang akan dilewati tiang dan kabel listrik. Ada pula pihak yang membangun jaringan listriknya.

Proses itu tidak boleh berjalan sendiri. Karena hanya dengan bersinergi, listrik bisa menembus keterbatasan di dusun-dusun terpencil itu.

Sebelumnya, PLN membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 41,898 kilo meter sirkuit (kms). Kemudian juga dibangun jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 33,877 kms. Tak lupa untuk menggenapinya dengan membangun 15 buah gardu, yang masing-masing berkapasitas 50 kilo Volt Ampere (kVA).

"Selama pelaksanaan pembangunan ada beberapa kendala yang mesti kami hadapi, seperti kondisi lapangan di desa-desa tersebut memiliki tantangan dan medan yang cukup berat. Belum lagi tantangan pada saat pengiriman material cukup tersendat akibat di beberapa daerah yang memiliki kondisi geografis berupa perbukitan, serta akses jalan yang sulit dilalui dikarenakan faktor cuaca yang sering hujan," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (S2JB), Daryono, sebagaimana dikutip Bisnis.com, Selasa 29 Desember 2020.

Namun masa lalu yang kelam itu telah berakhir. Kini setelah melalui proses panjang dan sinergi berbagai pihak, enam dusun di Kabupaten Lahat dan Kabupaten OKU Selatan telah menikmati listrik.

Keenam dusun itu ditinggali oleh 1.367 Kepala Keluarga. Dan rumah mereka sekarang bergelimang cahaya di malam hari. Anak-anak tak perlu takut kalau sewaktu-waktu kincir air bermasalah. Sebab jika ada kendala, petugas PLN dengan sigap akan memperbaikinya. Apalagi sekarang sudah ada New PLN Mobile. Mereka bisa melaporkan gangguan sambil selonjoran dengan santai di rumah mereka.

Mereka juga tak perlu repot melakukan perawatan pembangkit untuk menghasilkan listrik. Dengan daya 900 VA listrik PLN yang terpasang di rumahnya, kini warga hanya mengeluarkan biaya tak sampai Rp 170 ribu rupiah sebulan. Jumlah itu bukan hanya untuk biaya penerangan saja, tapi juga digunakan untuk menghidupkan berbagai peralatan elektronik, seperti televisi, kulkas, dan lainnya.

Kabar baik dari enam dusun itu membuat rasio elektrifikasi di Kabupaten Lahat menjadi 100 persen, atau 98 persen untuk seluruh Sumatera Selatan. Angka tersebut bukan sekadar tulisan di atas kertas, tapi sebuah proses panjang yang melelahkan. Keenam dusun itu adalah salah satu kisah bahagia di akhir tahun. Menggenapkan impian yang telah lama mereka nantikan sejak kemerdekaan.

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu